Tidak banyak orang menekuni kegiatan merajut yang masih dianggap sebagai aktivitas sampingan atau sekadar untuk mengisi waktu luang tersebut. Tauhkah Anda, ternyata hobi merajut pun menjadi peluang usaha yang mendatangkan keuntungan finansial yang begitu menggiurkan?
Inilah yang mulai dietekuni oleh Nanik, ibu rumah tangga asal Tangerang ini. Dia tak pernah menyangka, kegiatan merajut yang awalnya hanya sekadar mengisi waktu luang tersebut ternyata menjadi peluang usaha yang kini mulai rutin digeluti.
“Produk pertama yang saya buat adalah slipper pada sekitar tahun 2007-an. Bentuknya seperti kaus kaki, dan biasanya digunaakan oleh ibu-ibu saat pengajian,” tutur Nanik, pemilik usaha Nath Crochet kepada IndoTrading News.
Sebenarnya Nanik sudah bisa merajut sejak kelas enam sekolah dasar. Ia diajarkan oleh ibunya yang juga sering mengisi waktu luang dengan kegiatan merajut.
“Ibu bilang, wanita harus bisa merajut. Saat itu saya hanya diajarkan dasar-dasarnya saja, belum sampai membentuk sebuah produk atau bentuk apapun,” ujarnya. Namun, kegiatan merajut tersebut tak berlangsung lama. Dengan berbagai kesibukannya, Nanik bahkan hampir melupakan keahlian yang diwarisi ibunya tersebut.
Baru pada akhir tahun 1999, setelah melihat berbagai produk rajutan yang dipajang di sebuah bazaar, Nanik kepincut ingin menekuni kegiatan tersebut. “Saya melihat di sebuah bazaar, ternyata ada produk rajutan yang dipamerkan. Dari situ saya tertarik. Akhirnya saya mulai mencoba mengingat dan melakukan apa yang pernah diajarkan ibu.”
“Saya memulai dari produk-produk yang memang saya senangi, seperti slipper, dan beberapa lagi,” sambung Nanik.
Kegiatan tersebut pun menjadi rutinitas barunya disaat waktu luang. Menggunakan benang katun lokal, berbagai produk, terutama slipper dengan variasai warna dan ukuran dibuat oleh Nanik. Teman-temannya pun semakin banyak yang meminati hasil rajutan Nanik. Satu persatu mulai memesan dan akhirnya tak disadari, rajutan Nanik semakin dikenal luas.
“Banyak yang suka dengan rajutan saya, maka saya pun mulai menjualnya,” ucap Nanik sumringah.
Nanik pun resmi merintis sebuah usaha yang kemudian dinamai “Nath Crochet”. Nath, yang adalah panggilan akrab dari Nanik, sementara Crochet berarti merajut/merenda.
Sabar Mendulang Rupiah
![]() |
Peluang Usaha Nanik, Mendulang Rupiah dari Rajutan |
Perlahan namun pasti. Meski sangat terbatas akan modal usaha, namun Nanik tak putus asa. Ia terus berusaha, apalagi keluarga pun sangat mendukung aktivitas barunya itu. Pameran-pameran kecil di teras dan emperan toko, serta di pelataran kantor-kantor ia ikuti.
“Suatu waktu, saya bertemu dengan ibu Utami Sumbodo yang juga menekuni usaha yang sama,” ceritanya.
Terbangunnya komunikasi dengan Utami, pemilik usaha D’Krea ternyata sangat mendukung pengembangan Nath Crochet. Pada 2012, Nanik bersama Utami pun mengikuti pameran pertamanya di ajang pameran kerajinan nasional “Inacraft 2012”.
“Saat itu kami masih nebeng di stand teman,” tegasnya.
Mendapatkan respons yang cukup memuaskan di Inacraft 2012, pada tahun ini, di ajang pameran kerajinan Crafina 2013, Nanik dan Utami kembali memamerkan produknya di stand yang mereka sewa sendiri.
Adapun produk-produk kerajinan tangan hasil rajutan Nanik yang dipajang dipameran tersebut berupa tempat tisu, perhiasan, sarung HP, sandal, dan berbagai pernak-pernik lainnya. “Hampir semua produk saya berukuran kecil. Yang besar seperti taplak meja, taplak tempat tidur, tas, dan lainnya juga bisa, tapi tergantung pesanan,” katanya.
Produk rajutan, Nath Crochet dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu hingga jutaan rupiah. Seperti slipper dibandrol dengan harga mulai dari Rp 150 ribu, sandal (tali sulaman) Rp 100 ribu, sarung bantal mulai Rp 250 ribu-350 ribu. Adapaun produk lainnya, seperti sarung HP dijualnya seharga Rp 20 ribu, sementara tempat tisu seharga Rp 75 ribu. Rata-rata keuntungan yang didapat sekitar 50 persen untuk setiap produknya.
“Harga setiap produk sangat bergantung dari benang yang digunakan, juga ukurannya. Untuk taplak yang besar, seperti untuk di tempat tidur rata-rata di atas Rp 1 juta. Sementara ongkos pembuatannya mulai dari Rp 75 ribu hingga Rp 500 ribu,” jelasnya.
![]() |
Slipper, salah satu produk andalan Nath Crochet (Foto: Pius) |
Konsumen dari berbagai daerah pun mulai memesan produk rajutan Nath Crochet. Nanik juga sering menitipkan produknya jika ada pameran ke luar negeri. Inovasi pun terus dilakukan guna menghadirkan berbagai produk dengan variasi terbaru. Ini semata-mata dilakukan guna terus mengembangkan dan memajukan usahanya tersebut.
Kini, usaha yang baru serius dijalankan sejak pertengahan tahun lalu itu mulai mendulang Rupiah. Pundi-pundi Rupiah perlahan terus meningkat hingga cukup untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya.
“Saya berharap segera punya workshop sendiri, dan karyawan yang mahir bekerja untuk memajukan Nath Crochet,” harapnya. [pius klobor/IndoTrading News]
- Advertisement -