PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Hingga triwulan pertama 2023, properti Indonesia masih mengalami tekanan pada beberapa sektor. Meski demikian, optimisme pasar tetap positif menyambut pemulihan.
Laporan terbaru JLL Indonesia mengungkapkan bahwa permintaan positif terlihat di ruang perkantoran Grade A pada awal tahun 2023. Pada kuartal pembuka tahun 2023 ini, tingkat hunian sektor perkantoran berada di angka 70% untuk kawasan CBD dan 71% untuk kawasan non-CBD.
Baca Juga: PT Puradelta Lestari Tbk Siapkan Zona Industri Khusus untuk Data Center di Kota Deltamas
“Tingkat hunian masih tetap tertekan dikarenakan jumlah permintaan yang masih terbatas dan adanya pasokan gedung kantor yang baru selesai dibangun, masing-masing berada di koridor Sudirman dan Cempaka Putih (Jakarta Pusat),” kata Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia.
Untuk kawasan CBD, pasokan baru lainnya diperkirakan akan selesai dibangun di area Thamrin pada triwulan ke depan, sehingga berpotensi menambah jumlah pasokan sektor perkantoran sekitar 40 ribu meter persegi.
“Sedangkan untuk kawasan non-CBD, diperkirakan masih akan ada penambahan sekitar 70 ribu meter persegi pada tahun 2023 dari dua proyek yang berlokasi di Jakarta Selatan,” ungkapnya.
Baca Juga: Tiga Sektor Ini Terbukti Tetap Tangguh di Tengah Pandemi
Angela Wibawa, Head of Office Leasing Advisory JLL Indonesia menambahkan, setelah aktivitas dan permintaan terhadap sektor perkantoran Grade A perlahan mengalami peningkatan pada tahun 2022, triwulan pertama tahun 2023 kembali menunjukkan keberlanjutan dampak positif dicabutnya PPKM oleh pemerintah.
Dengan kembali normalnya aktivitas sosial ekonomi dan bertambahnya tantangan global, lanjut Angela, pertimbangan terhadap pemilihan ruang kantor masih amat ditentukan oleh strategi penghematan biaya yang disertai peningkatan kualitas dan mengecilnya kebutuhan ruang masih terus ditemukan.
“Hal tersebut juga dipengaruhi upaya penyesuaian workplace strategy dan penerapan hybrid working oleh berbagai perusahaan di era new normal ini. Situasi ini menyebabkan tingkat hunian perkantoran terus tertekan yang juga berdampak pada harga sewa gedung perkantoran,” terangnya.
Baca Juga: Kementerian PUPR Rampungkan 24 Infrastruktur di Kawasan Pariwisata Danau Toba
Sektor Properti Pusat Perbelanjaan
Beralih ke pusat perbelanjaan di Jakarta, terlihat bahwa restoran dan fasilitas hiburan ramah keluarga kembali mendominasi aktivitas peritel pada triwulan ini. Dibalik tren ini, beberapa peritel internasional mulai aktif membuka cabang pertamanya di pusat perbelanjaan di Indonesia.
“Tingkat hunian pusat perbelanjaan relatif stabil berada di angka 88% mengingat tidak adanya pasokan baru yang beroperasi di triwulan ini. Total pasokan pada tahun 2023 diperkirakan sekitar 115.000 meter persegi,” jelas Yunus.
Kondominium Wait and See
Baca Juga: Pengunjung Meningkat, Mal dan Hotel Metland Gelar Ragam Program Menarik
Sementara sektor properti untuk kondominium menurut Yunus, permintaan di triwulan pertama ini terpantau masih lemah. Mayoritas calon pembeli masih melakukan pendekatan wait and see, sementara pengembang tetap berfokus untuk mendorong penjualan produk apartemen eksisting.
“Tingkat penjualan relatif stagnan di angka 61% dan tidak ada peluncuran kondominium baru di wilayah Jakarta,” tegas Yunus.
Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL mengatakan, aktivitas penjualan kondominium di Jakarta belum pulih secara menyeluruh, namun penyerapan terlihat di kelas menengah dengan harga di bawah Rp3 miliar, mengingat keterjangkauan merupakan salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh pembeli khususnya end user.
“Persaingan dapat dikatakan tidak bertambah secara signifikan ditandai dengan tidak adanya peluncuran proyek baru di triwulan ini. Hal ini dioptimalisasi oleh pengembang melalui kerja sama dengan operator-operator properti virtual untuk mengelola penggunaan unit,” jelasnya.
Kata Vivin, pengembang juga melakukan beberapa upaya untuk menarik pembeli antara lain melalui fleksibilitas penggabungan unit, penambahan mezanin, atau penawaran bonus-bonus, seperti voucher belanja, unit semi-furnished atau bebas biaya service charge.
“Proyek-proyek yang menunjukkan komitmen konstruksi cenderung lebih diminati calon pembeli baik end-user maupun investor, sebagai indikasi kepercayaan pasar terhadap reputasi pengembang,” ungkap Vivin.
Baca Juga: The Ritz-Carlton Bali Hadirkan Cita Rasa Makan Malam Romantis
Sektor Pergudangan Tetap Sehat
Untuk sektor pergudangan, Farazia Basarah, Head of Logistics and Industrial JLL menjelaskan bahwa tidak ada pasokan baru yang selesai dibangun di awal tahun 2023 sehingga tingkat hunian ruang pergudangan modern di Jabodetabek terpantau tetap sehat di angka 93%.
“Beberapa proyek pergudangan masih dalam proses konstruksi dan direncanakan akan mulai beroperasi di triwulan kedua dan ketiga. Pada triwulan ini permintaan positif didominasi oleh penyedia jasa logistik, FMCG, dan manufaktur/end-user. Beberapa penyewa dari industri e-commerce dan last-mile delivery diketahui tidak memperpanjang masa sewanya,” kata Farazia.
Tren Positif Sektor Perhotelan
Julien Naouri, Senior Vice President, Investment Sales Asia, JLL Hotels & Hospitality Group mengatakan bahwa Indonesia telah melihat peningkatan yang signifikan dalam hal kedatangan wisatawan internasional pada kuartal pertama tahun 2023.
“Bersamaan dengan tren positif ini, sektor perhotelan telah menunjukkan kinerja yang kuat, dengan peningkatan tingkat hunian dan pendapatan per kamar yang tersedia. Hal ini menciptakan lingkungan investasi yang menguntungkan, karena investor terus menyadari potensi jangka panjang dari industri pariwisata Indonesia,” jelasnya.
Sektor Properti Lainnya
Melanjutkan tren di tahun 2022, JLL melihat minat para investor asing dan lokal terhadap Indonesia sebagai tujuan investasi masih terpantau aktif di awal tahun 2023. James Allan, Country Head JLL mengatakan, selain pergudangan modern, permintaan lahan industri juga diminati oleh perusahaan manufaktur dan FMCG juga menjadi daya tarik bagi investor dan pelaku bisnis, baik lokal maupun internasional.
Baca Juga: Dukung Mudik Lebaran 2023, Kementerian PUPR Sediakan 146 Sarpras di 46 Titik
“Di sisi lain, sektor properti alternatif seperti pusat data (data centre), pendidikan dan kesehatan juga merupakan sektor yang dilirik oleh para pelaku bisnis properti. Pembangunan infrastruktur dan transportasi massal diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan properti,” pungkasnya.