PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Pasca pandemi Covid-19, bisnis hotel di Jakarta dan Bali terus meningkat, dimana mencapai pertumbuhan terbaiknya di 2023 lalu.
Selama 2023, banyaknya event-event yang digelar secara offline, baik yang diselenggarakan di hotel ataupun yang memerlukan hotel sebagai akomodasi, sehingga sangat membantu kinerja hotel secara keseluruhan.
Baca Juga:Â Sektor Properti 2024, Apakah Masih Sama dengan 2023? Begini Penjelasan JLL
Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia mengatakan, untuk tahun 2024, tingkat hunian hotel biasanya akan turun jelang Lebaran kemudian akan meningkat pasca Lebaran, terutama di Bali, dan diperkirakan akan terus meningkat sampai akhir tahun.
“Secara umum, perhotelan di Jakarta dan Bali cukup stabil karena peningkatan sudah terjadi sejak 2022 dan puncaknya di 2023 lalu,” kata Ferry.
Hingga akhir 2024, kata Ferry, kinerja bisnis perhotelan, baik dari sisi okupansi (AOR) maupun tingkat harga kamar (ADR) diperkirakan juga bisa terjaga atau bahkan meningkat.
Pasokan Hotel di Jakarta dan Bali Terbatas
Hotel di Jakarta dan Bali mendapat pasok kamar di Q1 2024 ini. Tambahan pasok kamar hotel bintang-3 baru di Jakarta sebanyak 105 kamar menambah jumlah total pasok menjadi 42,485 kamar.
Sedangkan untuk Bali, pasok baru sebanyak 457 kamar merupakan renovasi dari salah satu hotel bintang-5 di daerah Sanur yang menjadikan total pasok kamar hotel di Bali menjadi 58,854 kamar.
Baca Juga:Â Begini Proyeksi Industri Hospitality di Tahun 2024
Pasokan mendatang untuk Jakarta masih didominasi oleh hotel bintang-3 dan bintang-4. Sedangkan untuk Bali justru didominasi oleh hotel bintang-5.
Menurut Ferry, penambahan suplai kamar hotel di Jakarta dan Bali, serta di Surabaya sudah jauh lebih rendah dibandingkan sebelum-sebelumnya.
Bahkan, kata dia, sebelum pandemi, sempat mengalami pasokan cukup berlebih, terutama di Surabaya yang tumbuh cukup agresif.
“Tetapi kemudian setelah pandemi dan sampai sekarang, pasok jumlahnya sangat moderat sehingga ini juga membantu meningkatnya kinerja hotel secara keseluruhan, baik di Jakarta, Surabaya dan Bali,” jelas Ferry.
Okupansi Hotel
Tingkat keterisian atau okupansi hotel di Jakarta dan Bali juga terus membaik pasca pandemi Covid-19.
Data Collier Indonesia menunjukkan, selama periode 2018 – Q1 2024, tahun 2023 menandai kinerja terbaik bagi hotel di Jakarta.
Baca Juga:Â Courtyard Bali Nusa Dua Resort Hadirkan Kolam Terpanjang
Dimana okupansi hotel di Jakarta hampir menyentuh 80%. Sementara tahun 2019 berkisar 63%.
“Tingkat keterisian hotel pada tahun 2023 lalu sangat bagus sekali, bahkan melebih pencapaian sebelum pandemi” ungkap Ferry.
Menurut dia, semakin banyaknya kegiatan offline, baik yang diselenggarakan di hotel maupun yang membutuhkan hotel sebagai akomodasi sangat membantu mendongkrak kinerja hotel.
Di awal 2024, seperti yang sudah diperkirakan, kinerja tercatat menurun dibanding Q4 2023, yakni tidak mencapai 60%.
Bulan Ramadhan yang jatuh di bulan Maret berpengaruh terhadap tingkat keterisian karena kegiatan offline dan MICE cenderung menurun frekuensinya.
“Diperkirakan kinerja akan mulai meningkat 1-2 minggu setelah Lebaran,” tambah Ferry.
Tingkat keterisian hotel di Bali juga terus membaik sejak pandemi 2020. Bahkan di sepanjang 2023, trennya sudah menyamai pencapaian di 2019 lalu, yakni di atas 80%.
Baca Juga:Â Paradise Indonesia Resmikan Hotel Hyatt Place Pertama di Makassar
“Tingkat hunian hotel di Bali pada tahun 2023 sudah sama dengan sebelum pandemi. Ini berarti sudah normal,” sebutnya.
berdasarkan area, kawasan Kuta/Legian/Seminyak/Canggu masih menjadi pilihan menginap para wisatawan.
Namun, terjadi peningkatan tingkat hunian di daerah Ubud yang secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa sebaran wisatawan semakin luas.
Kawasan Nusa Dua masih menjadi pusat kegiatan MICE khususnya yang berkala internasional.
Di Q1 2024 ini, khususnya di bulan Maret, pasar domestik agak sedikit menurun. Namun diperkirakan akan mulai meningkat saat libur Lebaran.
Harga Rata-rata Hotel di Jakarta dan Bali
Banyaknya kegiatan offline di Jakarta tidak hanya mengangkat tingkat keterisian, tapi juga mengangkat tingkat harga kamar rata-rata.
“Pada tahun lalu, harga rata-rata hotel di Jakarta memang belum mencapai seperti di tahun 2019, namun sudah mendekati,” ungkap Ferry.
Baca Juga:Â Pasar Apartemen di Jakarta: Masih Ada Harapan Positif di 2024
Adapun harga rata-rata hotel di Jakarta pada 2023 berkisar USD 100-an untuk hotel bintang 5. Untuk hotel bintang 4 sekitar USD 60-an dan bintang 3 berkisar USD 40-an.
Tahun 2018, harga rata-rata hotel di Jakarta menyentuh angka sekitar USD 120 untuk hotel bintang 5. Hotel bintang 4 berkisar sekitar USD 60-an, sementara hotel bintang 3 sekitar Rp USD 50-an.
Pada tahun 2019 sedikit menurun, namun masih cukup stabil. Harga hotel bintang 5 di Jakarta rata-rata berkisar USD 110-an, hotel bintang 4 USD 60-an dan hotel bintang 4 di kisaran USD 50-an.
Namun turun drastis di 2021, yang menyentuh USD USD 60-an untuk hotel bintang 5, sementara hotel bintang 4 dan bintang 3, masing-masing berkisar USD40-an dan USD 30-an.
“Sejalan dengan tingkat keterisian, tingkat harga rata-rata di Q1 2024 juga menurun, hal ini terjadi karena memang keduanya berkorelasi erat,” tegas Ferry.
Diperkirakan kinerja akan mulai meningkat 1-2 minggu setelah Lebaran. Biasanya korporasi dan juga institusi pemerintah sudah melakukan aktivitas offline.
Di Bali, tingkat harga kamar (ADR) rata-rata pada 2019 merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan 2018. Harganya berkisar di atas USD 250-an untuk hotel yang berlokasi di Ubud.
Baca Juga:Â Hunian Bergaya Neo-Luxury Senilai Rp500 Miliar Akan Diluncurkan OXO Group Indonesia, Juni 2024
Sedangkan hotel di area Jimbaran/Pecatu/Ungasan berkisar USD 200, di Nusa Dua & Tanjung Benoa berkisar USD 110 dan yang berlokasi di Kuta & Legian Area berada di bawah USD 100.
Sementara pada 2023 lalu, Ubud juga masih menjadi lokasi dengan harga rata-rata tertinggi di Bali, yakni menyentuh USD 250-an.
Di Jimbaran/Pecatu/Ungasan juga hampir sama, di atas USD 200-an, menyusul Nusa Dua & Tanjung Benoa di kisaran USD 160-an, kemudian Sanur USD 100 dan Kuta & Legian Area berkisar USD 60-an.
Ferry mengatakan, jumlah kedatangan wisatawan asing dan domestik terus meningkat. Kegiatan offline juga terus meningkat.
“Dampaknya, kinerja occupancy (AOR) maupun ADR juga ikut meningkat,” imbuhnya.
Colliers Indonesia memperkirakan, tingkat harga rata-rata masih akan meningkat seiring dengan naiknya angka kunjungan wisata.
Baca Juga:Â Perkantoran di Jakarta Q1 2024: Tingkat Hunian Diperkirakan Naik, TB Simatupang Favorit di Luar CBD
“Wisatawan asal India selama dua tahun terakhir ini terus meningkat, namun jumlah wisatawan asal China masih sangat sedikit, sehingga India menjadi pasar mancanegara terbesar kedua setelah Australia,” tutup Ferry.
Baca berita lainnya di GoogleNews