PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Proteksi properti menjadi sorotan di tengah meningkatnya ancaman bencana di Indonesia. Negara ini menempati peringkat kedua dunia sebagai negara paling rawan bencana menurut World Risk Report 2023.
Sejumlah bencana seperti banjir besar, cuaca ekstrem, dan gempa bumi mempertegas pentingnya langkah mitigasi, termasuk perlindungan finansial melalui asuransi. Namun, hingga kini kepemilikan asuransi properti masih sangat rendah.
Baca Juga: Two Sudirman Private Residences Tawarkan Hunian Premium: 87 Unit Terjual, Kini Harga Naik!
Indonesia berada di pertemuan empat lempeng tektonik utama, sehingga sangat rentan terhadap gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, hingga cuaca ekstrem.
Dalam beberapa bulan terakhir, banjir bandang di Bali, banjir besar di Jabodetabek, dan gempa bumi berkekuatan M4,7 di Bekasi pada Agustus lalu, menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat dan dunia usaha.
Meski demikian, tingkat kepemilikan asuransi properti masih jauh dari ideal. Data PT Reasuransi MAIPARK Indonesia (MAIPARK) mencatat hanya sekitar 0,1% dari total 64 juta rumah tinggal di Indonesia yang memiliki perlindungan properti.
“Masih banyak masyarakat dan pelaku bisnis yang memahami pentingnya pengelolaan keuangan, tetapi belum menjadikan asuransi sebagai bagian dari strategi perlindungan aset. Padahal, tanpa proteksi, kerugian akibat bencana bisa berlipat ganda dan menghentikan aktivitas usaha secara tiba-tiba,” ujar Ignatius Hendrawan, Direktur & Chief Technical Officer Allianz Utama Indonesia.
Baca Juga: Dapat Aduan Sering Banjir, Kementerian PKP Panggil Pengembang Arthera Hill 2
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), banjir menjadi bencana paling sering terjadi sepanjang 2024 dengan lebih dari 1.400 kejadian dan kerugian ekonomi mencapai lebih dari Rp500 triliun. Cuaca ekstrem dan kebakaran hutan berpotensi menimbulkan kerugian hingga Rp800 triliun.
Bencana juga menurunkan PDB per kapita hingga Rp7,43 juta dalam setahun. Sektor perdagangan dan manufaktur menjadi yang paling terdampak, dengan kerugian tidak langsung mencapai Rp23,96 triliun dan Rp19,51 triliun per tahun.
“Kerentanan Indonesia terhadap bencana sudah terbukti. Tanpa langkah mitigasi yang kuat, termasuk perlindungan finansial melalui asuransi, kerugian yang ditimbulkan bisa sangat luas,” tegas Ruben Damanik, Strategic Planning & Risk Management Group Head MAIPARK Indonesia.
Allianz Siapkan Solusi Menyeluruh Proteksi Properti
Baca Juga: Program Sharp Class Latih 25 Siswa SMKN 39 Jakarta, Siap Kerja di Bidang Elektronik

Sebagai bagian dari Allianz Group, Allianz Utama menawarkan produk Property All Risk dengan cakupan perlindungan luas untuk aset bisnis seperti kantor, pabrik, gudang, dan bangunan komersial lainnya.
Perlindungan juga dapat diperluas untuk risiko banjir, gempa bumi, dan pencurian, termasuk potensi kehilangan pendapatan akibat terhentinya operasional pasca bencana.
Baca Juga: Pakuwon Property Expo 2025 Hadir Meriah: Rayakan 43 Tahun Perjalanan Pakuwon Group
“Allianz percaya bahwa proteksi asuransi bukan sekadar menjaga aset fisik, tetapi juga menjaga kesinambungan bisnis dan stabilitas ekonomi. Kami berkomitmen meningkatkan literasi asuransi agar semakin banyak pelaku usaha menyadari pentingnya perlindungan ini,” ungkap Ignatius Hendrawan.
***
Untuk berita santai yang tak kalah seru, mampir juga ke: PropertiPlus.com






