Seorang akademis Turki mengklaim temuannya bahwa Nabi Nuh memanggil anaknya melalui ponsel
Kisah Nabi Nuh tentu melekat erat di benak masyarakat Indonesia dan dunia, terutama pemeluk agama Keristen/Katolik, Islam, dan Yahudi
Dalam kitab suci ketiga agama tersebut, baik Taurat, Alkitab, dan Al-Qur’an diceritakan dengan jelas masa hidup Nabi Nuh bersama keluarganya yang selamat dari terjangan air bah.
Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Dia diperkirakan tinggal di wilayah Selatan Irak modern. Benarkah pada masa Nabi Nuh sudah ada teknologi komunikasi telepon genggam?
Pernyataan kontroversial belum lama ini diungkapkan oleh seorang akademisi asal Turki, Yavuz Örnek, yang mengatakan bahwa telepon genggam sudah ada sejak zaman Nabi Nuh. Tidak hanya itu, bahkan Nabi Nuh sendirilah yang menggunakan handphone tersebut untuk memanggil anaknya segera naik ke bahtera/kapal sesaat sebelum terjangan banjir (air bah).
Pernyataan dosen Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Istanbul ini disampaikan di saluran TRT 1 milik pemerintah, pada 6 Januari 2018 lalu. Yavuz Örnek mengatakan bahwa Nuh berkomunikasi dengan anaknya melalui telepon seluler karena mereka sangat jauh satu sama lain.
“Ada gelombang setinggi 300 sampai 400 meter dan anak laki-laki Nabi Nuh jauhnya beberapa kilometer,” kata dia.
“Alquran mengatakan bahwa Nuh berbicara dengan anaknya. Tapi bagaimana mereka bisa berkomunikasi? Apakah itu sebuah keajaiban? Bisa jadi. Tapi kami yakin dia berkomunikasi dengan anaknya melalui telepon seluler,” tegas Örnek.
Klaim Örnek tak hanya itu. Bahkan bahtera Nuh yang dibangun atas perintah Tuhan, menurut Örnek, Nuh membuatnya dari material pelat baja. Sementara bahan bakar kapal tersebut juga sudah menggunakan energi nuklir.
“Saya seorang ilmuwan, saya berbicara berdasarkan sains,” Örnek menambahkan.
Hingga saat ini para ilmuwan dan petualang masih mencari-cari keberadaan bahtera Nuh yang hilang selama bertahun-tahun tersebut.
Sebuah tim pencari Kristen evangelis mengklaim bahwa mereka menemukan sisa-sisa bahtera Nuh di bawah salju dan puing-puing vulkanik di Gunung Ağrı Turki di provinsi timur Ağrı, menurut laporan berita National Geographic pada 30 April 2010.
Sumber: www.hurriyetdailynews.com]