![]() |
Alfonsa Horeng Hangati Yale University dengan Tenun Ikat Flores (Foto: inilahflores.com) |
Alfonsa Horeng dikenal cukup piawai dalam memberdayakan masyarakat lokal. Salah satu bukti nyata keberhasilannya adalah berhasil memperkenalkan, mempromosikan dan memasarkan berbagai produk binaannya, seperti Tenun Ikat asal Flores, NTT, hingga ke berbagai negara.
Namun tidak hanya itu, berbagai kegiatan pemberdayaan lain juga dia lakukan. Ia menelusuri dan mendatangi berbagai desa dan kampung untuk berdiskusi, sehering dan saling membagi ilmu pengetahuan. Dan yang terpenting adalah Alfonsa giat membina kreatifitas masyarakat setempat untuk semakin berkembang, mandiri, dan berdaya saing. Dan tak hanya tenun ikat, berbagai kreatifitas lainnya pun didorong, seperti berkebun & bercocok tanam, beternak, hingga kerajinan, seni musik & tari, serta aktivitas lainnya.
Berikut nukilan wawancara Alfonsa Horeng, Seniman Tenun Ikat Flores yang disampaikan kepada IndoTrading News, beberapa waktu lalu:
Selain membina dan memberdayakan masyarakat lokal di bidang tenun ikat, apalagi yang Anda lakukan?
Saling berbagi bermacam pengetahuan, baik dari kami, maupun dari masyarakat setempat. Kita tahu bahwa masyarakat lokal memiliki pengetahuan yang begitu-begitu saja. Masih yang formal-formal saja, masih kurus, jadi harus kita asup lagi. Jadi intinya bahwa berbagai kegiatan yang kami lakukan ini lebih kepada shering ilmu dan pengalaman, bukan soal perdagangan atau mencari keuntungan bisnis.
Berarti lebih pada mengedukasi masyarakat setempat?
Ia. Jadi dengan begitu berbagai aspek bisa kita masuki dan berdayakan, seperti art/seni, budaya, ekonomi kreatif, perdagangan, pertanian, dan lainnya. Jadi tanpa ilmu ya selalau tidak bisa jalan sebagaimana dikembangkan juga tanpa product knowledge, tanpa pengetahuan, tentu akan susah untuk bergerak. Itulah fondasi yang coba kami bangun dan kami kampanyekan ke berbagai tempat yang kami kunjungi.
Jadi tidak hanya fokus ke tenun ikat saja?
Kami juga kembangkan kreativitas masyarakat di bidang lainnya. Tidak melulu pada tenun ikat seperti yang sudah banyak diberitakan. Setiap tempat kami datangi dan langsung berdialog dengan masyarakat, mereka maunya seperti apa, apa yang bisa dan ingin mereka lakukan. Kami ikuti kemauan, kami bina dan bimbing kreativfitas mereka. Seperti yang sedang kami lakukan terakhir ini adalah musik. Kami berlatih untuk kemudian mengkolaborasikan dengan orkestra kampung-kampung untuk tujuan melestarikan kearifan dan budaya lokal.
Kegiatan ini masih difokuskan di Pulau Flores?
Di Flores tapi tidak seluruhnya, karena memang terlalu luas. Kami masih fokus di sekitar Maumere, Ende, hingga ke Flores Timur.
Berapa anggota binaan Anda bersama kelompok Lepo Lorun?
Total anggota binaan kami hingga saat ini, baik laki-laki maupun perempuan berjumlah sekitar 932 orang. Jumlah tersebut melingkupi berbagai bidang kreativitas. Sementara untuk tenun ikat saja ada sekitar 420 orang lebih. Jadi kami tidak membatasi-batasi atau mengkotak-kotakan mereka, apa yang bisa mereka lakukan atau kreasikan, akan kami fasilitasi, bimbing, dan kami bina, sehingga mereka tetap berkreasi dan bisa berproduksi untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, termasuk juga untuk dijual.
Seperti tenun ikat yang sudah dipromosikan ke luar negeri?
Itu salah satu contohnya. Jadi dari ilmu yang kita bagikan tersebut, maka secara finansial mereka pun akan mendapatkan keuntungan. Jadi dengan melakukan berbagai kunjungan dan promosi ke luar negeri, maka kita mendapatkan pesanan dan pembelian dari pameran, hasil show, sumbangan, dan lainnya. Satu hal yang perlu saya tegaskan, bahwa produk yang kami produksi, tidak semuanya dijual tapi, ada beberapa yang akan menjadi master peace atau untuk kita simpan di gallery/display, dan juga bisa untuk kita repro lagi
Untuk tenun ikat sendiri, berapa banyak kain yang bisa diproduksi per bulannya?
Dikarenakan sejak awal tujuan kami bukan mencari keuntungan, maka kami pun tidak pernah menghitung, berapa banyak yang kami produksi. Semua itu akan berjalan sendiri, apa adanya. Kami memang tidak punya tenaga khusus untuk mendata ataupun menghitung semua itu. Dan untuk tenun ikat ini, para anggota binaan menggunakan dua jenis benang, ada yang sintetik dan benang yang dipintal sendiri dari kapas. Jadi ada kain yang 100 persen alami, dan kombinasi. Tenun tersebut bisa digunakan sendiri dalam keseharian, maupun untuk keperluan adat. Jadi apa yang mereka ingin buat, kami ikuti saja, tergantung kreativitas dan kesadaran mereka, karena mereka juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan meraka sendiri, mereka juga harus berkebun, beternak, kegiatan adat, dan lainnya.
Dengan begini, kami juga berharap agar kelak mereka lebih mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan tidak hanya bergantung pada satu mata pencaharian saja.
Lalu bagaimana dengan tanggapan masyarakat yang didatangi?
Sangat positif, meski pada awalnya banyak juga yang pesimis. Jadi memang ada desa-desa yang lebih kristis menjadi fokus kami untuk didatangi. Kami semangati dan motivasi mereka untuk bangkit dan berkreasi. Kami modali dengan ilmu juga bahan baku/mentah, dan ketika produknya sudah jadi, kami beli produk mereka dengan harga yang layak. Sementara yang suka musik dan tarian juga kami fasilitasi dan kami dukung dengan membuat acara-acara pentas dan lainnya.
Kabarnya Anda sudah ke berbagai negara untuk mempromosikan dan memasarkan produk-produk binaan Anda?
Sebenarnya lebih kepada mempromosikan dan memperkanlkan ke berbagai negara akan sebuah produk dan budaya yang masih lestari terjaga hingga saat ini. Sebagaimana diketahui, tenun ikat Flores bukan sekadar produk tenunan saja, tapi lebih dari itu menyimpan berbagai unsur di dalamnya. Baik seni dan keindahan, budaya istiadat, dan ini adalah warisan nenek moyang yang terjaga hingga saat ini.
Kami juga menggunakan tenun sebagai media untuk menjalin dan menjaga keharmonisan hubungan bilateral dengan negara luar. Jadi tidak hanya pemerintah saja, kami sebagai akar rumput, terutama dari pelosok Indonesia pun punya peran untuk bangsa. Kami datang ke berbagai universitas dan tempat pertemuan untuk membagi ilmu dan budaya kami. Kita juga mau tanamkan kepada dunia luar bahwa memang kita sediri punya ilmu, punya kekuatan di dalam kearifan lokal sendiri. Jadi tenun dan pantun atau musik, anyaman, atau apa pun yang kita buat dari hasil kreatifitas kita, riil yang bisa kita raba, kita sentuh, kita lihat. Itu yang kita visualisasikan. Jadi soal harga dan keuntungan, itu tidak terlalu penting. Semua itu akan berjalan dengan sendirinya. Mereka tertarik, pastinya mereka akan mencari dan menghubungi kita.
Beberapa negara terakhir yang Anda kunjungi?
Terakhir kami ke Amerika Latin, seperti Meksiko, Ekuador, dan Peru. Kami masuk ke beberapa universitas di sana dan saling berbagi, mengeksploitasi seni dan budaya. Mereka sangat antusias, terutama ketika kami mendemonstrasikan cara dan teknik menenun. Karena dalam menenun ada berbagai nilai muatan lokal yang sangat menarik bagi mereka. Nah dengan begini, tentu dampak positifnya adalah produk-produk kami akan disenangi oleh mereka. Dan ketika mereka berkunjung ke Indonesia, mereka pun pastinya akan mendatangi tempat kita.
Bagaimana dengan dampak ekonomi lainnya?
Secara ekonomi memang dampaknya sangat baik bagi kami. Namun yang terpenting adalah nilai-nilai seni dan budaya yang kami tanamkan bersama kegiatan yang kami ikuti. Seperti misalnya kami membuat sebuah stand exhibition, namun tidak menjual produknya. Kami hanya memajang dan dibarengi dengan penjelasan nilai-nilai filosofinya. Jadi pengunjung yang hendak masuk harus membayar dulu. Dengan begitu, mereka akan semakin paham akan produk yang kita sampaikan tersebut.
Kabarnya Anda memiliki beberapa toko/showroom di beberapa kota, termasuk Jakarta?
Itu hanya untuk titipan dari ibu-ibu. Jadi sebenarnya itu bukan milik kami. Kami sendiri belum punya cukup biaya, karena barang ini prinsipya bukan barang massproduction. Kalau ini kebutuhan tersier istilahnya, jadi yang punya duit lebih atau para kolektor baru bisa beli.
Apa mimpi dan rencana Anda selanjutnya?
Yang jelas kami akan terus mengembangkan kreativitas masyarakat lokal. Perkembangan ke arah kreatifitas yang lain juga semakin digali lagi, tidak hanya soal tenun ikat saja. Banyak hal yang sedang dan akan terus kami lakukan untuk membantu memandirikan dan memajukan masyarakat di desa maupun kampung-kampung. Dengan begitu, kehidupan mereka pun akan semaki layak dan sejahtera, lantaran bisa mendapatkan penghasilan lain, selain bertani. [pius/IndoTrading News]
- Advertisement -