PropertiTerkini.com, (SINGAPORE) — Sektor perhotelan Asia Pasifik kini menjadi pusat perhatian investor global. Laporan terbaru Colliers’ Asia Pacific Hospitality Insights edisi Mei 2025 menunjukkan bahwa setelah fase pemulihan pasca-pandemi, sektor ini kini memasuki tahap stabilisasi dengan pertumbuhan yang lebih terukur dan berbasis kinerja pada 2025.
Mike Broomell, Managing Director Colliers Indonesia, menyatakan bahwa, magnetisme global Bali terus menarik investasi mewah, sementara inti bisnis Jakarta mengalami perubahan akibat permintaan yang bergeser dan pengetatan fiskal.
Baca Juga: Cap Rate Industri Melonjak di Q1 2025: Investor Fokus ke Jakarta dan Seoul
“Untuk berkembang, pelaku perhotelan harus menerapkan diversifikasi, kelincahan digital, dan pemberdayaan domestik — mengubah tantangan hari ini menjadi keunggulan kompetitif besok,” ujarnya.
Laporan Colliers tersebut juga mencatat bahwa meski volume transaksi properti hotel di Asia Pasifik turun 19% pada kuartal pertama 2025, minat investor terhadap pasar dengan likuiditas tinggi tetap kuat.
Tingkat hasil (yield) meningkat hingga 5,4%, mencerminkan kehati-hatian akibat ketidakpastian geopolitik dan awal tahun yang secara historis memang cenderung lambat.
Namun, Colliers memproyeksikan adanya peningkatan aktivitas investasi seiring dengan stabilnya kondisi pasar dan meningkatnya kebutuhan untuk mengalokasikan dana.
Jepang, Korea Selatan, dan Australia menjadi pasar paling aktif, sementara Singapura menonjol sebagai destinasi investasi untuk kekayaan lintas generasi.
Baca Juga: 78% Profesional Asia Pasifik Nilai AI Bawa Dampak Positif Kuat bagi Perusahaan Real Estat
Govinda Singh, Executive Director Colliers APAC Capital Markets, menjelaskan bahwa strategi investor kini bergeser dari sekadar mengejar kompresi cap rate ke pendekatan berbasis pertumbuhan pendapatan dan arus kas.
“Fokusnya sekarang adalah menambahkan nilai melalui strategi operasional dan pengalaman tamu,” ungkapnya.
Pasar Berkinerja Tinggi Dorong RevPAR Naik 2,1%
Kinerja hotel di Asia Pasifik tetap tangguh, didorong oleh kenaikan tarif rata-rata harian (ADR) dan peningkatan tingkat hunian.
Revenue per Available Room (RevPAR) naik 2,1% dibandingkan tahun lalu — jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 0,4% antara 2023 dan 2024. Hal ini menunjukkan peningkatan permintaan dan kondisi pasar yang membaik.
Baca Juga: Harga Rumah di Jogja Melesat 10,9%: Segmen Murah Diburu, Mewah Dilirik
Singh menyebutkan bahwa negara seperti Singapura, Jepang, Australia, dan Korea Selatan mendapat manfaat dari strategi investasi dan operasional yang proaktif.
Kota-kota seperti Phuket, Tokyo, New Delhi, Mumbai, dan Osaka memimpin pertumbuhan ADR karena permintaan domestik yang kuat, lonjakan wisatawan internasional, dan posisi pasar yang efektif.
India Jadi Mesin Pertumbuhan Baru, Diversifikasi Pasar Sumber Jadi Kunci

Negara-negara yang sebelumnya sangat bergantung pada wisatawan asal Tiongkok — seperti Thailand, Vietnam, dan Korea Selatan — kini mulai mengandalkan wisatawan India yang semakin mapan dan banyak melakukan perjalanan luar negeri.
“Traveler India dari kelas menengah dan atas kini tidak hanya menghabiskan lebih banyak per kunjungan, tetapi juga mencari pengalaman perjalanan yang lebih bernilai,” jelas Singh.
“Hal ini memungkinkan destinasi untuk mempertahankan tarif kamar yang tinggi meskipun jumlah kunjungan belum sepenuhnya pulih,” lanjutnya.
Baca Juga: CSR BCA Rehabilitasi Rumah Prajurit TNI, KASAD: 4.000 Rumah Rusak Berat
Diversifikasi pasar sumber dinilai penting untuk memperluas musim kunjungan, meningkatkan belanja wisatawan, dan mengurangi ketergantungan pada pasar tunggal.
Ini menjadi strategi yang krusial dalam menjaga keberlanjutan pendapatan hotel di kawasan Asia Pasifik.
***
Baca berita lainnya di GoogleNews
———
KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: redaksi@propertiterkini.com
Email Iklan: iklan@propertiterkini.com