PropertiTerkini.com, (HONG KONG) — Cap rate industri di kawasan Asia Pasifik mengalami pergerakan paling signifikan pada kuartal pertama 2025, menurut laporan terbaru dari perusahaan jasa profesional global, Colliers.
Laporan berjudul Asia Pacific Cap Rates Report Q1 2025 mengungkap bahwa meskipun sebagian besar pasar tetap stabil, sektor industri menunjukkan lonjakan signifikan yang mencerminkan kekuatan fundamental dan inovasi meski di tengah tantangan kelebihan pasokan.
Baca Juga: Lonjakan Permintaan Ruang Kantor di Asia Pasifik Capai 16% pada 2024, Prospek 2025 Tetap Positif
“Saat investor menyesuaikan strategi dengan kondisi global dan lokal, peluang mulai muncul di sektor dan pasar yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang kuat dan aktivitas pasar yang solid,” ujar CK Lau, Managing Director of Valuation & Advisory Services Colliers Asia.
Dalam laporan ini, Colliers memantau 19 pasar utama di kawasan Asia Pasifik, dan menemukan bahwa 12 di antaranya menunjukkan stabilitas cap rate.
Namun, sektor industri tampil mencolok berkat tingginya minat investor yang didorong oleh pertumbuhan e-commerce, teknologi kendaraan listrik, dan pengembangan infrastruktur logistik.
Di Indonesia, khususnya Jakarta, sektor industri mengalami penurunan cap rate (compression) yang signifikan.
Hal ini mengindikasikan minat investor yang meningkat terhadap sektor tersebut, didorong oleh ekspektasi pertumbuhan dan stabilitas jangka panjang.
Sementara itu, pasar India, khususnya di kota-kota seperti Bengaluru dan Mumbai, menunjukkan ketahanan yang kuat dengan cap rate yang tetap stabil di tengah tingginya aktivitas sewa properti komersial.
Cap Rate Industri dengan Performa Beragam di Asia Pasifik
Laporan ini juga menemukan bahwa secara regional, para investor tetap bersikap hati-hati di tengah ketidakpastian seputar tarif global dan pemangkasan suku bunga, sehingga mereka memilih investasi yang tergolong murah namun memiliki margin keamanan yang signifikan.
Temuan utama dalam laporan tersebut meliputi:
Baca Juga: Gangguan Keamanan di Kawasan Industri Penghambat Investasi, Awas Investor Minggat!
- Australia: Pasar masih sepi, dengan sedikit pergerakan cap rate di sektor perkantoran dan industri.
- China: Aktivitas pelepasan portofolio aset non-produktif oleh perusahaan manajemen aset meningkatkan peluang investasi, dengan respons awal yang positif dari pasar.
- Hong Kong: Tingkat kekosongan tinggi dan arus modal yang hati-hati menekan sektor perkantoran dan industri.
- Jepang & Taiwan: Pasar di Tokyo dan Taipei tetap stabil tanpa perubahan signifikan.
- Korea Selatan: Pasar perkantoran Seoul menunjukkan ketahanan, sementara sektor industri mulai pulih seiring mengecilnya gap harga dan meningkatnya investasi asing, khususnya di sektor logistik.
- Thailand: Aktivitas industri di Bangkok dipacu oleh sektor kendaraan listrik, logistik, dan pusat data. Meskipun pasokan meningkat, nilai sewa tetap stabil.
- Filipina: Manila menunjukkan permintaan kantor yang tumbuh dengan nilai kapital tetap stabil, meskipun kekosongan diprediksi meningkat karena pasokan baru masuk ke pasar.
- Singapura: Dengan lingkungan investasi yang stabil, yield aset tetap dan volatilitas cap rate rendah.
- Indonesia: Kawasan industri di Jakarta mengalami penurunan cap rate yang signifikan pada kuartal pertama. Hal ini didorong oleh tingginya permintaan dari investor, perubahan ekspektasi menuju pertumbuhan dan stabilitas, serta fundamental yang kuat seperti sektor e-commerce dan kendaraan listrik.
Kantor dan Ritel Berada dalam Persimpangan Jalan

Selain sektor industri, laporan ini juga menyoroti sektor perkantoran dan ritel yang tengah menghadapi dinamika baru.
Sektor perkantoran disebut berada pada “persimpangan jalan” di berbagai pasar, memerlukan pendekatan yang hati-hati dan adaptif.
Sementara itu, sektor ritel dinilai tengah mendefinisikan ulang proposisi nilainya dengan mengandalkan kekuatan lokal dan menyesuaikan diri terhadap perubahan perilaku konsumen.
Di tengah ketidakpastian global, pasar dengan pondasi domestik yang kuat seperti Filipina menunjukkan ketahanan yang menjanjikan.
CK Lau menambahkan bahwa investor saat ini lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama karena ketidakpastian global terkait tarif dan suku bunga.
“Mereka cenderung mencari investasi yang memberikan margin keamanan yang besar,” pungkasnya.
***
Baca berita lainnya di GoogleNews
———
KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: redaksi@propertiterkini.com
Email Iklan: iklan@propertiterkini.com