![]() |
Yulie (Foto: Pius) |
Yulie, melalui usaha Abel’s kini fokus memproduksi beragam perhiasan dan aksesori wanita dengan bahan utama adalah logam kuningan dan tembaga.
MEMULAI usaha, harus dari mana? Pertanyaan ini mungkin akan terlontar dari setiap orang yang berkeinginan atau hendak memulai sebuah usaha. Pun demikian terjadi pada Yulie Wijayasari yang sempat kebingungan mau melanjutkan usaha perhiasan batu alam milik ayahnya, Djoko Prihatmoko, di Solo, Jawa Tengah.
Tepatnya sekitar empat tahun silam, Yulie, panggilan wanita berjilbab ini mulai menekuni profesi barunya sebagai seorang wirausaha. Tak punya bekal ilmu atau keahlian di bidang perhiasan dan aksesori, bukan berarti Yulie tak punya nyali. Niat berwirausaha begitu kuat, maklum, darah seni dari ayahnya ‘tertanam’ kuat pada dirinya. Ibu rumah tangga ini pun terbilang nekad ambil keputusan, banting stir meninggalkan pekerjaannya sebagai karyawan yang sudah belasan tahun ia lakoni.
“Awalnya, usaha perhiasan ini hanya sampingan. Pekerjaan utama saya sebagai karyawan, jadi istilahnya hanya bantu-bantu saja. Itupun usaha perhiasan dari batu alam milik ayah saya,” kata Yulie mengawali cerita suksesnya kepada IndoTrading.com di Pameran UKM Fesyen dan Aksesoris, di KUKM Convention Center, Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Kamis (4/4/2013).
Dengan modal pas-pasan yang diambil dari tabungannya, Yulie terus coba dan mencoba, mengikuti kata hatinya. Dia terus mencari dan menemukan berbagai informasi untuk mengkreasikan batu-batu alam yang indah tersebut.
“Jadi dulu, saya juga memulai dari mengolah barang-barang jadi. Ternyata kita beli barang jadi kemudian dirubah sedikit saja sudah bisa tampil beda,” katanya mengenang.
Yulie pun memulai dari plastik. Material yang mudah didapatkan tersebut kemudian dikombinasikan dengan berbagai material lain, teramasuk juga batu-batu alam dan dikreasikan menjadi berbagai perhiasan unik. Dan, respon pasar positif. Meski bermula dari teman-temannya, berbagai aksesori tersebut kemudian terus menyebar dan permintaan pun terus meningkat.
“Semua jenis dan model produk saya desain sendiri. Selanjutnya bersama pengerajin kami kerjakan dan hasilnya cukup menarik minat banyak orang,” tuturnya.
Perkuat Nuansa Etnik
Yulie kian gencar mempromosikan produk-produknya. Usahanya tersebut pun dinamai Abel’s yang diambil dari nama panggilan putri semata wayangnya, Dhigma Putri Sabila. Dan Abel’s pun kini fokus memproduki produk-produk bernuansa etnik dan eksotik dengan bahan utama logam kuningan.
Pilihan ini, sebut Yulie, lantaran dia ingin tampil beda dengan produk perhiasan lainnya. Menurutnya, aksesori model ‘lama’ seperti rantai dengan manik-manik dari kayu, batu alam, atau plastik sudah banyak dilakukan pengrajin lain.
“Lagian bahan kuningan juga kebih mudah dibentuk dan hasilnya pun lebih sempurna,” tegasnya.
“Akhirnya kami pilih untuk lebih fokus ke perhiasan dengan material utama logam, khususnya kuningan dan tembaga. Tapi material lain seperti kayu, tulang, perak, dan batu juga tetap kami gunakan untuk beberapa item produk, juga bisa dikombinasikan dengan material lain,” terangnya.
Dan sejak saat itu, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) ini mulai hadir menyemarakkan bisnis aksesori tanah air.
Dibantu tujuh pengrajin yang telah mahir di bidangnya, seperti memotong, menatah dan mematri, beragam produk pun diproduksi dari usahanya yang berlokasi di Jalan Merapi 1 Nomor 2, Cengklik, Nusukan, Solo, Jawa Tengah ini. Produk-produk tersebut antara lain kalung, gelang, cincin, bros, aksesori pakain seperti kancing, aksesori tas, juga anting, dan kepala ikat pinggang. Intinya, beragam aksesori wanita bisa diproduksi di UKM Abel’s tersebut.
“Ada juga permintaan dari desainer semacam hiasan kepala dari kuningan, dan berbagai aksesori lainnya. Ini juga pernah kami kerjakan,” kata Yulie.
“Kami juga bisa membuat kalung-kalung dengan liontin lempeng logam yang berukuran besar. Bentuknya pun bermacam-macam, seperti bentuk oval yang dipadukan batu alam di tengahnya. Ada pula berbentuk kupu-kupu, bunga, dan berbagai variasi lainnya,” sambung Yulie.
Yulie mengaku, ide untuk menghasilkan semua rupa desain dan model produknya tersebut didapatkannya melalui berbagai media, seperti dari internet, buku, majalah, televisi, juga dari masukan para pembeli atau pelanggannya.
“Intinya, jika kita ingin terus bertahan dan bisa bersaing dengan usaha lainnya, maka kita juga harus terus berinovasi dan mengikuti tren. Misalkan sekarang orang lebih menyukai aksesori yang bergaya minimalis atau simpel, maka kita hadirkan produk tersebut, tentu dengan model yang bervariasi,” ungkap Yulie.
Kini, Yulie dan Gatot giat mengembangkan usaha tersebut. Mereka saling berbagi peran, mulai dari desain, hingga proses pengrjaan-finishing, juga pemasarannya. Produk-produknya dipasarkan mulai dari harga Rp 40-an ribu hingga jutaan rupiah.
Pameran Pasar Terbaik
Informasi akan keunikan dan eksotiknya produk-produk Abel’s terus tersiar ke berbagai kalangan. Pesanan terus datang, baik dari ibu-ibu rumah tangga, desainer, mahasiswa, maupun pengusaha dan kalangan public figure lainnya. Ada pula dari masyarakat biasa yang sangat tertarik akan produk-produk ini.
Merasa semakin tinggi permintaan, Yulie dan Gatot memutuskan untuk mendistribusikan produknya ke gerai dan butik-butik di pusat perbelanjaan batik di Solo. Dengan kerja sama tersebut, mereka juga berharap kelak usaha juga produknya tidak hanya terkenal di Solo, melainkan juga ke luar daerah tersebut.
Namun, cara inipun dinilai kurang efektif. Yulie dan Gatot memutuskan untuk menjual produk-produknya itu melalui pameran. Maka, berbagai event pameran pun mereka ikuti, baik di kota Solo, maupun di daerah lain, seperti di Bandung, Surabaya, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, dan kota-kota lainnya, bahkan ke luar negeri, seperti Malaysia. Belakangan, usaha ini pun telah terakomodasi oleh pemerintahan setempat melalui Dinas Koperasi dan UKM Surakarta.
“Jadi kami juga selalu diajak oleh Dinas Koperasi dan UKM untuk mengikuti berbagai pameran, seperti salah satunya pameran Inacraf beberapa waktu lalu di JCC, Jakarta. Sejak terlibat dalam berbagai pameran tersebut, kami tidak lagi menjual produk melalui butik atau toko batik. Jadi selain pameran, kami juga melayani pemesanan produk,” jelasnya.
Kata dia, pameran menjadi pilihan tepat, pasalnya melalui ajang tersebut penjual bisa langsung berinteraksi dengan pembeli. Lebih dari itu, juga dapat membangun jaringan untuk kelanjutan bisnis dikemudian hari.
“Pameran memang paling efektif, terutama untuk usaha kecil seperti kami. Orang yang berkunjung ke sini pasti sudah punya gambaran bahwa produk yang dipamerkan belum tentu ada di mall atau pusat perbelanjaan. Apalagi peserta pameran kan berasal dari berbagai daerah dengan ragam produk yang unik dan menarik,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, transaksi dalam pameran juga riil dan langsung diketahui hasilnya. “Efek dari pameran ini akan terus berlanjut, dan biasanya pesanan pun semakin meningkat pasca pameran,” jelasnya.
Kini, dari usahanya tersebut Yulie dan Gatot mamapu meraih omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan. [Pius Klobor/IndoTrading News]
- Advertisement -