Tarakusuma memiliki empat pabrik helm, salah satunya dikhususkan untuk produk ekspor ke Eropa, Amerika, Australia dan Asia. Perusahaan ini menjadi pelopor helm SNI di Indonesia.
Masyarakat Indonesia, terutama pengguna sepeda motor tentu sudah tak asing lagi dengan merek helm seperti MDS, KYT, INK, BMC, atau HIU. Namun demikian, belum banyak yang tahu bahwa ternyata helm-helm tersebut diproduksi oleh perusahaan lokal Indonesia.
Baca Juga:
- Yuk, Mari Berkreasi Membuat Kerajinan Rumah Jamur ‘Lilin’ Unik dan Cantik dari Toples/Botol Kaca
- Bermula Suka, Inayah Panen Omzet dari Bisnis Tas “Jeans”
- Ini, Penggiat Kewirausahaan Sosial, Pemenang Kusala Swadaya 2013
Adalah PT Tarakusuma Indah, produsen helm asal Indonesia yang sudah sejak 1980-an menekuni bisnis ini. Saat ini, Tarakusuma telah memproduksi sebanyak tujuh merek helm, yakni MDS, KYT, INK, BMC, dan HIU, serta Tsunami. Selaian itu, Tarakusuma juga memegang lisensi helm asal Italia, yakni AGV, helm yang biasa digunakan Valentino Rossi, pembalap MotoGP.
Jenis helm yang diproduksi mulai dari full face, open face, motocross dan modular (flip up), termasuk juga tipe helm top racing helmet untuk pembalap profesional dengan composite fiberglass hingga model street untuk penggunaan di dalam kota.
“Produk-produk kami mengisi seluruh segmen, mulai dari menengah ke bawah, hingga menengah ke atas. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 85.000 hingga Rp 1,9 juta,” ujar Promotion Manager PT Tarakusuma Indah, Simon Mulyadi, kepada IndoTrading.com, di kantornya, Tomang, Jakarta (11/10/2012).
Merek dan Desain, Kekuatan Pasar
Helm Merek MDS, INK, dan HIU./ Foto: Tarakusuma
Tujuh merek yang diproduksi oleh Tarakusuma tersebut bisa jadi merupakan salah satu strategi merebut pasar di Indonesia. Pasalnya, setiap jenis dan tipe helm diproduksi dengan karakteristik, corak desain dan tampilan yang berbeda-beda.
Merek INK, misalnya, ditujukan untuk segmen menengah ke atas. INK (Indonesia Korea), yang merupakan hasil kerja sama antara perusahaan Indonesia dan Korea tersebut lebih spesifiknya untuk pengendara motor touring. Sementara KYT (Kyoto), merupakan produk hasil transfer teknologi dengan Arai Jepang, dan lebih fokus ke balap. Di segmen pasar menengah, Tarakusuma punya merek MDS dan BMC, sedangkan HIU dan Tsunami, ditujukan untuk segmen pasar bawah.
Menurut Simon, dalam memproduksi helm-helm tersebut, pihaknya selalu memperhatikan berbagai aspek, terutama berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan pengendara. Lebih dari itu, inovasi desain atau keindahan estetika pun menjadi faktor yang sangat penting.
“Semua merek, baik untuk segmen atas, menengah, maupun bawah, memiliki kualitas yang sama, yakni berstandar SNI, dan semuanya telah diiuji di laboratorium kami,” terang Simon sembari menambahkan, Tarakusuma memiliki empat pabrik. Keempat pabrik tersebut yakni di Cakung-merupakan pabrik lama dan dua lainnya di Kawasan Industri Lippo Cikarang. Masih di lokasi yang sama, satu pabrik lagi dikhususkan untuk produk ekspor, seperti ke Asia, Eropa, Amerika dan Australia, dengan merek yang berbeda.
“Pabrik kami didukung oleh penerapan teknologi terkini hasil kerja sama dengan beberapa negara, seperti Jepang, Korea, dan Eropa,” tegasnya.
Simon menjelaskan, untuk menjangkau pasar-pasar di Indonesia, Tarakusuma telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, terutama toko-toko ritel, gerai supermarket juga toko/bengkel sepeda motor untuk memasarkan produk-produknya.
“Hingga kini, kami memiliki lebih dari 50 gerai yang memasarkan produk-produk helm dari Tarakusuma, yang telah tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia,” jelasnya.
Pelopor Helm SNI
Helm BMC dan INK produksi Tarakusuma./ Foto: Tarakusuma
Tarakusuma tak hanya dikenal sebagai produsen helm yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun, namun perusahaan ini juga dikenal sebagai produsen helm sepeda motor pertama di Indonesia. Lebih dari itu, Tarakusuma adalah perusahaan pertama, pelopor helm SNI.
Inisiasi SNI tersebut dimulai pada 1992. Di mana saat itu, standar (SNI) 1811 1990, yang kemudian sekarang direvisi menjadi SNI Wajib yaitu SNI 1811 2007.
Tak berhenti di situ, dengan perluasan pangsa pasar ke mancanegara, Tarakusuma melakukan riset dan pengembangan alih teknologi dari Eropa, dimana Tarakusuma berhasil terakreditasi dengan beberapa sertifikasi internasional penting untuk pasar mancanegara, seperti standar Eropa (E2205), DOT FMVSS 218, SNELL dan AS (AUSTRALIAN STANDARD).
Atas berbagai pencapaiannya sebagai pelopor helm SNI tersebut, Simon bilang, perusahaannya ditunjuk oleh pemerintah sebagai Duta SNI untuk mensosialisasikan penerapan SNI pada produk helm di Indonesia. [Pio/IndoTrading News]