LRT Sumatera Selatan berbeda dengan LRT Jabodebek yang menggunakan U-shaped Girder, LRT Jakarta menggunakan Box Girder. LRT Sumatera Selatan menggunakan I Girder. Investasi LRT Sumatera Selatan yang sebelumnya sebesar Rp12 triliun dapat ditekan menjadi Rp10,9 triliun.
propertiterkini.com – Light Rail Transit atau LRT Sumatera Selatan dipastikan akan siap beroperasi pada pertengahan Juli 2018 mendatang. Dengan demikian, sarana transportasi massal ini dapat mendukung perhelatan pesta olahraga Asian Games 2018, dimana Palembang menjadi salah satu tuan rumah kegiatan tersebut.
Baca Juga:
- LRT Palembang dan Polemik “Mark Up” Prabowo
- Ada LRT dan BORR, Bogor pun Melebar
- Bandung Selatan Berbenah Menyambut Megapolitan 2045
“Kementerian Perhubungan memastikan tingkat keamanan dan keselamatan dalam pengoperasiannya nanti,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Zulfikri, dalam keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Minggu (24/6/2018).
Terkait hal tersebut, lanjut Zulfikri, Kemenhub telah melakukan serangkaian pengujian sarana dan prasarana LRT pada bulan Mei 2018 dan uji coba dinamis telah dilakukan pada Kamis (21/6/2018) lalu, dari stasiun Jakabaring menuju stasiun Palembang Icon.
Pembangunan LRT Sumatera Selatan, menurut Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, merupakan amanah dari Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 Tahun 2015 dan Perpres 55 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Perpres Nomor 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatra Selatan.
“Perpres tersebut menugaskan PT Waskita Karya (Persero) Tbk, sebagai pelaksana Pembangunan Prasarana Kereta Api Ringan/LRT di Sumatra Selatan serta PT KAI (Persero) sebagai operator LRT Sumatra Selatan,” tambah Zulfikri.
Pekerjaan pembangunan LRT Sumatera Selatan, tambah Dirjen Perkeretaapian, sepanjang ± 23 kilometer dilengkapi dengan 13 stasiun, 1 depo dan 9 gardu listrik dengan menggunakan lebar jalur rel 1067 mm dan third rail electricity 750 VDC telah dimulai sejak Oktober tahun 2015 dengan pembiayaan APBN.
“LRT Sumatera Selatan ini akan menghubungkan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin menuju kawasan sport city Jakabaring. Selain digunakan sebagai sarana transportasi yang dapat mengurangi beban jalan raya dan penggunaan kendaraan pribadi, juga akan digunakan sebagai venue untuk perhelatan Asian Games tahun 2018,” ujarnya.
Jenis pekerjaan LRT Sumatera Selatan ini, tambah Dirjen Perkeretapian, sangat bervariasi mulai dari pekerjaan konstruksi, stasiun, sarana, depo yang luas, penanganan tanah yang disebabkan oleh karakteristik yang berbeda serta pekerjaan yang memerlukan penguasaan teknologi tinggi baik untuk jenis sarana, infrastruktur dan sistem fasilitas operasinya, dimana secara keseluruhan berupa konstruksi layang (elevated track) dengan dilengkapi third rail untuk power supply serta menggunakan teknologi slab track (tanpa ballast) pada jalur rel serta menggunakan sistem persinyalan fixed Block.
Investasi Rp10,9 Triliun
Terkait polemik pernyataan soal mark up biaya pembangunan LRT Sumatera Selatan beberapa waktu lalu, Zulfikri menjelaskan bahwa dari karakteristik jenis konstruksi dan teknologi yang digunakan, maka mengakibatkan adanya variasi biaya konstruksi masing-masing LRT dan sudah sesuai dengan harga pasar.
“Berbeda dengan LRT Jabodebek yang menggunakan U-shaped Girder, LRT Jakarta menggunakan Box Girder, sedangkan LRT Sumatera Selatan menggunakan I Girder. Lebar spoor LRT Sumatera Selatan adalah 1.067 mm sedangkan LRT Jabodebek dan LRT Jakarta lebar spoor-nya adalah 1.435 mm,” jelas Zulfikri.
Adapun nilai investasi secara keseluruhan dalam pembangunan LRT Sumatera Selatan ini, menurut Dirjen Perkeretaapian, merupakan total biaya sarana dan prasarana LRT yang tidak dapat terpisahkan.
“Sehingga, nilai investasi apabila dibagi panjang jalur kereta api tersebut dinilai masih cukup realistis dan telah dilakukan perbandingan dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Sebagai contoh, seperti di Malaysia biaya untuk pembangunan LRT Kelana Jaya Line diketahui sebesar Rp817 miliar/km sedangkan untuk biaya pembangunan LRT di Manila sebesar Rp907 miliar/km,” tambahnya.
Anggaran pemerintah yang digunakan dalam pembangunan LRT Sumatera Selatan ini, menurut Zulfikri, telah diproses secara akuntabel dimana telah dilakukan review secara berlapis mulai dari review oleh konsultan independen yang berkualifikasi internasional, audit internal maupun audit eksternal oleh instansi terkait agar sesuai dengan prinsip Good Coorporate Governance.
“Sebelumnya, usulan pembiayaan untuk proyek LRT ini oleh kontraktor awalnya diajukan sebesar Rp12 triliun, namun setelah melalui beberapa tahapan review biaya tersebut dapat ditekan menjadi Rp10,9 triliun,” kata Zulfikri.
Dalam pelaksanaan pembangunannya, menurut Zulfikri, PT Waskita Karya (Persero) dibantu oleh konsultan pengawas (supervisi) yang berkualifikasi Internasional yakni SMEC Internasional asal Australia.
“Perusahaan tersebut telah mempunyai pengalaman yang cukup luas di beberapa negara di kawasan Asia, Australia, dan Afrika, Eropa, serta Amerika,” pungkasnya.