Youtube Channel PT
Sunday, January 26, 2025
Iklan Youtube Properti Terkini

Tantangan dan Peluang Industri Baja di Tahun 2025: 5 Fakta Penting yang Harus Anda Ketahui

Persaingan ketat dengan baja impor, terutama dari Tiongkok, menjadi salah satu ancaman utama bagi produsen lokal.

PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Industri baja Indonesia menghadapi tahun 2025 dengan tantangan global sekaligus peluang besar yang berpotensi mendorong sektor konstruksi domestik.

PT NS BlueScope Indonesia, salah satu pemain utama di industri baja nasional, optimis bahwa sektor ini akan terus berkembang meskipun ada kendala yang harus diatasi.

Baca Juga: Atasi Ancaman Gagal Konstruksi, Pemerintah dan Produsen Baja Dorong Penggunaan Baja Ber-SNI

“Kami berkomitmen untuk mendukung pembangunan infrastruktur dalam negeri dengan menyediakan baja berkualitas tinggi yang sesuai dengan kebutuhan proyek-proyek strategis,” kata Wakil Presiden Sales dan Marketing PT NS BlueScope Indonesia Irfan Fauzie dalam keterangan tertulisnya.

Secara umum, sektor konstruksi Indonesia diperkirakan akan terus menggeliat dan menjadi pendorong utama perekonomian nasional pada tahun 2025.

Hal ini tentunya dapat memberikan dampak terhadap industri baja yang menjadi salah satu material utama berbagai proyek infrastruktur.

Baca Juga: Inovasi Produk Berkelanjutan, Kunci Transformasi dan Kesuksesan Semen Merah Putih di 2025

Dalam laporan terbaru, lima tantangan utama yang akan dihadapi industri baja diidentifikasi bersama dengan strategi untuk memanfaatkannya sebagai peluang pertumbuhan.

1. Tantangan Kelebihan Kapasitas Global

Produksi baja global yang berlebih, mencapai 632 juta ton pada 2022, memengaruhi pasar secara signifikan.

Sementara OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) memproyeksikan bahwa tambahan kapasitas sebesar 158 juta ton akan terjadi pada periode 2024-2026.

Persaingan ketat dengan baja impor, terutama dari Tiongkok, menjadi salah satu ancaman utama bagi produsen lokal.

Widodo Setiadharmaji, Direktur Eksekutif IISIA, menyatakan lonjakan ekspor baja Tiongkok pada 2023, yang meningkat 39% menjadi 92 juta ton, telah menambah persaingan dalam pasar global.

Baca Juga: Townhouse di Bali: Tren Hunian Modern yang Semakin Diminati di Tahun 2025

“Sementara itu, pada 2023, impor baja dari Tiongkok ke Indonesia meningkat tajam hingga 42%, mencapai 4,05 juta ton, yang memicu kesulitan bagi produsen baja lokal untuk bersaing. Hal ini disebabkan harga baja dari Tiongkok yang lebih murah, mengingat dukungan pemerintah Tiongkok terhadap industri baja mereka,” terangnya.

Meski begitu, situasi ini juga memunculkan peluang untuk meningkatkan kebijakan perlindungan, seperti penerapan tarif anti-dumping dan pengawasan ketat terhadap baja impor.

Dengan langkah ini, produsen baja dalam negeri dapat lebih kompetitif di pasar domestik.

2. Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang Lebih Kompetitif

Salah satu faktor positif bagi industri baja Indonesia di tahun 2025 adalah kebijakan HGBT yang diperpanjang melalui Kepmen ESDM No. 255.K/MG.01/MEM.M/2024.

Kebijakan ini memberikan tarif gas yang lebih rendah, memungkinkan produsen baja untuk menekan biaya produksi.

Baca Juga: Tren Generasi Muda Miliki Rumah di Sepanjang 2024: Pilihan Hunian yang Mencerminkan Masa Depan

Efisiensi biaya produksi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan daya saing lokal tetapi juga memperluas potensi ekspor produk baja Indonesia ke pasar internasional.

3. Fokus pada Produk Baja Khusus: Peluang Baru

Industri baja kini mengalihkan fokus ke produk baja khusus yang bernilai tambah tinggi, seperti electrical steel, baja kereta api, dan baja berkualitas tinggi untuk proyek infrastruktur.

PT NS BlueScope Indonesia, misalnya, terus berinovasi dalam pengembangan produk baja untuk konstruksi gedung tinggi, infrastruktur transportasi, dan pembangkit listrik.

Hal ini tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga membuka peluang besar di pasar ekspor.

4. Proteksionisme Global yang Semakin Menguat

Negara-negara seperti Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa telah meningkatkan kebijakan proteksionisme untuk melindungi pasar domestik mereka.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Tentang AZKO (Sebelumnya ACE Hardware), Home Life Improvement Partner Baru Indonesia

Mengutip IISIA (The Indonesian Iron and Steel Industry Association), negara-negara tersebut di atas telah menerapkan kebijakan proteksi untuk melindungi industri baja domestik mereka, termasuk tarif impor yang lebih tinggi bagi produk baja asal Tiongkok.

Amerika Serikat mengenakan tarif sebesar 25% untuk produk baja dari Tiongkok, sementara India menaikkan tarif bea masuk baja menjadi 10-12%.

Bahkan, negara-negara ini juga memperkenalkan tarif tambahan dan kebijakan trade remedies untuk mengurangi dampak produk baja murah dari luar.

Indonesia perlu mencontoh kebijakan ini untuk melindungi pasar lokal dari produk baja murah yang tidak sesuai standar.

Kebijakan seperti tarif anti-dumping dan pengawasan impor yang ketat sangat penting untuk menjaga daya saing pasar baja domestik.

5. Penguatan Standar Nasional Indonesia (SNI)

Untuk menghadapi banjir produk impor berkualitas rendah, pengawasan terhadap standar kualitas baja di Indonesia harus diperketat.

Penyesuaian kebijakan impor dengan kapasitas produksi lokal juga menjadi langkah penting untuk melindungi konsumen dan produsen lokal.

Baca Juga: Menteri PU Dody Targetkan Bendungan Jragung Selesai Oktober 2025

Menurut Irfan Fauzie, penerapan SNI yang ketat akan memastikan produk baja di pasar domestik memenuhi kualitas yang diharapkan.

“Hal ini penting untuk melindungi konsumen dan industri baja lokal dari produk baja murah yang tidak memenuhi standar kualitas,” ujarnya.

 

industri baja, produsen baja, industri baja indonesia, produk baja, baja, peluang dan tantangan industri baja,
Industri baja (Ilustrasi oleh Pexels – Gray Concrete Building Interior)

Optimisme Industri Baja Indonesia Menyongsong Tahun 2025

Meskipun banyak tantangan, PT NS BlueScope Indonesia optimis dengan pertumbuhan sektor konstruksi yang akan terus menjadi pendorong utama permintaan baja di Indonesia.

Dengan adaptasi kebijakan yang mendukung dan fokus pada inovasi produk, tahun 2025 diharapkan menjadi periode pertumbuhan signifikan bagi industri baja Indonesia.

Baca Juga: Pan Pacific Hotels Group Cetak Sejarah dengan Sertifikasi GSTC di Oseania

“Kami siap mendukung pasar dengan produk baja yang memenuhi kebutuhan konstruksi yang spesifik dan berkualitas tinggi, serta siap bersaing di pasar global,” tutup Irfan.

Baca berita lainnya di GoogleNews

———
KONTAK REDAKSI:
Telepon: 021-87971014
Ponsel: 0813 8225 4684
Email Redaksi: [email protected]
Email Iklan: [email protected]

- Advertisement -
Demo Below News

BERITA TERKAIT

Klaster Lily, Paramount Petals
Klaster Lily, Paramount Petals

BERITA TERBARU

Demo Half Page