TOD Metro DeBar dan TOD Baranangsiang digarap dengan total investasi sekitar Rp3,9 triliun. Kedua proyek berstatus BOT dengan masa waktu hingga 30 tahun.
PropertiTerkini.com – Salah satu syarat untuk transit oriented development (TOD) adalah connectivity. Bahkan tanpa TOD pun tetap dibutuhkan connectivity. Dengan adanya konektivitas, maka akan semakin menarik bagi konsumen untuk beli dan tinggal di dalam kawasan tersebut.
Baca Juga: Perbedaan TOD dan TAD: TOD Harus Penuhi 8 Prinsip
“Konektivitas itu bisa dengan sangat mudah mengangkat siapapun yang tinggal dalam kawasan itu untuk ke mana-mana,” ujar Robert Yapari, Presiden Direktur Trivo Group di Jakarta Timur, Sabtu (27/4/2019).
Atas dasar itulah, menurut Robert, Trivo Group mengembangkan beberapa kawasan hunian dengan memfasilitasi semua kebutuhan hidup, baik bagi para penghuni maupun masyarakat umum lainnya.
Salah satunya yang tengah dikembangkan adalah proyek TOD Metro Stater yang berada persis di lahan Terminal Depok di Jalan Margonda Raya, Depok. Proyek ini juga terkoneksi langsung dengan Stasiun Commuter Linne Depok Baru.
“Proyek ini juga sudah disebut sebagai TOD Metro DeBar. Debar itu Depok Baru,” imbuh Robert.
Metro Stater dikembangkan di lahan seluas 3 hektar milik Pemerintah Kota Depok. Proyek ini dikembangkan dengan status BOT (built, operate, and transfer) atau bangun, bina, serah dengan Pemkot Depok selama 30 tahun.
Baca Juga: Sakura Garden City, Dilengkapi Jembatan Penghubung ke Stasiun LRT Ciracas
“Di Depok, ada dua TOD yang sudah disetujui oleh DPRD-nya, yakni TOD Metro Debar dan TOD Pondok Cina. Kami sudah mendapatkan hak untuk membangun di atas lahan milik Pemkot dengan luas 3 hektar,” jelas Robert.
Rencananya Trivo akan membangun lifestyle mall, retail, 3 tower hunian, dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Termasuk juga terminal bagi angkutan kota, maupun bus yang melayani rute ke Bandara Soekarno Hatta, Busway dan Trans Depok. Proyek ini dikembangkan dengan total investasi sekitar Rp3 triliun yang akan dikeluarkan secara bertahap.
Adapun apartemen disediakan dalam beberapa pilihan tipe, yakni tipe studio (32 m2), tipe satu kamar tidur (56 m2) dan tipe dua kamar tidur (66-79 m2). Apartemen dibanderol mulai dari Rp600 jutaan hingga Rp1,5 miliar.
“Saat ini sedang pengerjaan pondasi bore pile. Kami estimasi selesai Juni 2020 untuk terminal dan mal. Sementara residensial ada 3 tower, dimana setiap 6 bulan selesai 1 tower. Jadi enam bulan setelah mal, selesai tower pertama, enam bulan berikutnya tower kedua, dan seterusnya,” urainya.
TOD Baranangsiang
Selain mengembangkan TOD Metro Debar, Trivo Group juga akan segera mengembangkan hunian berkonsep TOD di Bogor yang disebut TOD Baranangsiang. Proyek ini juga berstatus BOT dengan masa waktu 30 tahun.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Begini Konsep Hunian Coliving Senilai Rp1 Triliun
“Masih dalam tahap perizinan. Belum selesai, karena masih antara Pemkot Bogor atau Kementerian Perhubungan. Sehingga masih menunggu,” kata Robert.
“Tapi sudah punya hak dan kerjasama dengan Kota Bogor, tapi sekarang status stasiunnya sudah bukan lagi milik Pemko Bogor, sudah menjadi milik Kemenhub,” lanjutnya.
Untuk mengembangkan TOD Baranangsiang, Trivo Group menganggarkan investasi sekitar Rp900 miliar untuk membangun hunian vertikal, juga pusat belanja dan beberapa fasilitas TOD lainnya.
Baca Juga: Wajah Baru Poins Square: Terhubung Skybridge ke Stasiun MRT
“Realisasinya belum tahu kapan, tapi saya berharap tahun ini bisa selesai kepastian pemilikan itu, sehingga lahannya bisa diserahkan. Selama lahan belum diserahkan, berarti saya belum bisa berbuat apapun,” tutup Robert.