Sunday, May 11, 2025
Pintu Baja Fortress, Canggih untuk Keamanan Rumah Maksimal

Dari Buah Pala ke Jam Tangan Kayu

Demo Below News

Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk menyelesaikan sebuah produk jam tangan kayu. Bahan baku kayu, seperti sonokeling (maple) sudah tersedia.

Ilham Pinastiko,
Founder dan CEO Pala Nusantara

PropertiTerkini.comPeter Henlein boleh dinobatkan sebagai pengrajin jam pertama di dunia. Tapi siapa sangka, anak muda asal Bandung ini pun menjadi pertama bahkan pioneer pembuatan jam tangan yang syarat akan makna ke-Indonesiaan. Jam tangan yang lebih personal dan mencirikan penggunanya mengikuti gaya hidup modern.

Sebut jam tangan, itu sudah biasa bagi banyak orang. Apalagi ketika melingkar brand terkemuka di tangan mereka, seperti Rolex, Casio, atau Seiko. Tapi, apakah kebanggaan itu hanya sekadar menjadi kebanggaan hambar belaka lantaran nama besar jam tangan tersebut? Bagaimana rasanya ketika mengenakan jam tangan yang ‘hanya’ buatan anak negeri namun punya arti dan cerita yang syarat akan sejuta makna?

Tidak banyak yang menggeluti bidang ini, bahkan boleh dibilang masih langka. Tapi Ilham Pinastiko berani melawan arus kebiasaan ikut-ikutan sebagian banyak anak muda untuk menekuni pembuatan jam tangan.

Ide itu bermula dari sebuah proyek yang tengah ditangani Ilham beberapa tahun lalu. Perjalanan mengitari pelosok Nusantara dalam kegiatan menghimpun komoditi dan resep makanan untuk sebuah program kuliner tersebut mempertemukan Ilham dengan buah Pala yang telah lama dikenal sebagai rempah asli dari Indonesia.

Niat untuk memperkenalkan produk asli Indonesia ke luar negeri pun tercetus. Bukan buah Pala atau produk kuliner yang ingin dia kembangkan tapi jam tangan.

“Produk apa yang bisa membuat orang luar langsung tahu soal Indonesia? Kalau rotan sudah banyak, bahkan orang Jerman pun sudah produksi rotan. Jadi dari seluruh dunia, hanya buah Pala yang sangat identik dengan Indonesia, bahkan sudah sejak dulu,” kisah Ilham kepada Property and The City, akhir Mei lalu.

Tepat 2015 lalu, nama Pala Nusantara resmi menjadi merek produk jam tangan kayu milik Ilham. Melalui usahanya itu, Ilham mampu memroduksi beberapa jenis jam tangan unik sebagai produk fashion dan gaya hidup masa kini.

Pioneer

jam tangan kayu pala nusantara
Bahan kayu untuk pembuatan jam tangan dari kayu./ dok. Pala Nusantara

Ilham terlahir dari keluarga akademisi, perpaduan non eksak dan eksak. Ayahnya Dr Agus Sachari, M.Sn adalah salah satu penggagas desain produk, kini guru besar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (ITB). Sementara ibunya adalah seorang arkeolog, peneliti batuan yang juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Bandung.

‘DNA’ seni ayahnya sepertinya lebih kuat mengalir pada anak muda 29 tahun ini hingga menghantarkannya mendalami Desain Produk Industri di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB, hingga lulus pada 2009 lalu.

“Ibu saya sempat tidak setuju saya menggeluti bidang desain produk ini. Dia lebih sepakat saya bekerja sebagai PNS,” cerita putra pertama dari tiga bersaudara ini.

Meski begitu, Ilham tetap bertekad mewujudkan impian masa kecilnya menjadi seorang pengusaha sukses. Ketiban rezeki, tahun 2010 Ilham teken kontrak sebagai konsultan untuk mendevelop produk-produk berbasis digital literacy di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Kementerian Pendidikan. Modal yang didapatkan cukup untuk mendirikan sebuah studio arsitektur dan interior di Bandung.

Pertengahan 2012, Ilham menerima permintaan untuk mengembangkan sekaligus sebagai konsultan produk jam tangan kayu dari sebuah usaha yang tengah berkembang. Ilham menciptakan beragam variasi jam tangan kayu menjadi aksesoris dan gaya hidup yang kemudian melambungkan brand usaha tersebut.

Melihat peluang yang besar itu, Ilham kembali mendalami desain produk, yang kemudian dikhususkan pada kerajinan jam tangan, hingga meraih gelar Magister Desain di ITB pada 2014. “Ilmu saya memang ada di jam. Tesis saya juga spesifik membahas soal jam tangan,” tegas Ilham.

Setelah melalui riset panjang, pada Februari 2015 Ilham meresmikan nama Pala Nusantara sebagai brand usahanya kini. Nama yang tidak sembarang nama. Nama yang memiliki arti dan filosofi mendalam mengenai cita-cita mulia pemuda kelahiran Bandung, 3 Desember 1986 untuk memperkenalkan produk Nusantara ke belahan dunia.

Eksklusif

jam tangan kayu dari pala nusantara
(dok. Pala Nusantara)

Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk menyelesaikan sebuah produk jam tangan dari kayu tersebut. Ilham telah memiliki bagan dan infrastruktur memadai untuk menjalankan usahanya. Bahan baku kayu, seperti sonokeling (maple) sudah tersedia. Namun yang menjadi kendala adalah mencari komponen berkualitas dan cocok dengan desain dan model jam tangan kayu Pala tersebut.

“Tentunya yang berkualitas, bukan abal-abal,” cetus Ilham.

Semua komponen luar jam tangan, seperti strap dari kulit atau bodi dari kayu adalah karya tangan pengrajin lokal melalui Pala Nusantara, memanfaatkan material lokal. Sementara komponen inti, bagian dalam jam, seperti mesin diimpor dari Miyota Jepang, sedangkan jarum dari China. Untuk mendatangkan komponen-komponen jam tangan tersebut, Ilham berpartener dengan rekannya, Slamet Riyadi, lulusan Desain Produk Industriari ITB yang kini tengah meraih gelar Ph.D-nya di Design Management, Chiba University, Jepang.

“Jarum juga harus saya impor karena yang ritel di Indonesia sudah banyak brand yang gunakan. Dan tentunya saya mencari kualitas yang terbaik, karena dial (jarum) ini merupakan salah satu nyawa dari jam tangan,” terang Ilham.

Saat ini usaha yang berlokasi di Jl. Kaum Cipaganti No. 44/35A, Bandung ini sudah mampu memroduksi lebih dari 100 pcs jam tangan per bulannya. Produk tersebut pun benar-benar merupakan sajian eksklusif dengan target pasar yang lebih mix market, sehingga menjadi lebih spesifik.

Ilham sangat menjaga konten produknya itu agar selalu berada pada orang-orang tepat, yang memang sangat ingin mengetahui dan mencintai Indonesia. Orang-orang yang mau bercerita tentang Indonesia.

“Salah satu misi saya adalah bagaimana orang atau pengguna produk saya ini, bisa menjadi media storytelling kepada orang lain,” kata Ilham.

Dalam setahun perjalanan Pala Nusantara, Ilham telah memroduksi beberapa varian produk jam tangan yang terbuat dari kayu sonokeling (maple) dan pinus. Sementara untuk dasi kupu-kupu, bisanya menggunakan kayu eboni maupun maple. Jam tangan kayu ini dipasarkan mulai dari Rp965 ribu per pcs.

Paket jam tangan tersebut sudah lengkap dengan profil serta cerita sejarahnya, juga masa garansi selama 1 tahun. Sementara untuk dasi, Ilham mematok harga mulai Rp285 ribu untuk dasi berwarna putih, dan Rp330 ribu untuk dasi cokelat yang terbuat dari kayu eboni. “Dasi ini adalah handmade yang murni dikerjakan oleh pengrajin lokal,” kata Ilham.

Dan sebagai bentuk pelayanan kepada pelanggan, Ilham tengah menyiapkan pemesanan produk melalui website yang bisa disesuaikan dengan model desain dari pembeli (custom). Hal ini dimaksudkan agar produk jam tangan tersebut lebih memberikan kesan personal penggunanya.

“Jadi nantinya costumer bisa memiliki produk yang didesain sendiri. Caranya, nanti masuk ke website kami dan memilih kombinasi warna pada dua layer jam tangan. Ini dimaksudkan agar jam tangan tersebut lebih personal dan mencirikan penggunanya,” kata Ilham.

Warna Bercerita

jam tangan kayu dari pala nusantara
Pala Biru./ dok. Pala Nusantara

Saat ini jam tangan Pala hanya tersedia dalam satu model desain, namun dengan beberapa pilihan warna. Setiap warna pada jam tangan berukuran 350 mm x 350 mm ini memiliki arti dan cerita sejarah yang menempel erat dengan beberapa suku asli di Indonesia.

Pala Merah, sebagaimana dikisahkan Ilham memiliki cerita sejarah yang sangat mendalam dibalik kehidupan masyarakat Suku Toraja. Warna merah diambil dari filosofi warna-warna tanah di ukiran kayu tradisional dari suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan tersebut. Unsur (warna) merah sering disebut sebagai Litak Matarang dalam istilah lokal sebagai gambaran akan darah manusia yang dianggap sebagai kehidupan.

Urang Kanekes, Orang Kanekes atau orang Baduy/Badui – merupakan salah satu suku dari etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten – juga turut menginspirasi Pala Biru. Orang Badui memiliki beragam kebiasaan adat termasuk pakaian dengan corak warna yang memiliki arti tersendiri. Badui dalam dikenali dari pengikat kepala yang berwarna putih, sementara badui luar biasanya mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna biru gelap (warna tarum).

“Jadi warna biru-nya ini lah yang jadi inspirasi saya untuk membuat Pala Biru,” cerita Ilham.

Sementara warna cokelat pada Pala Cokelat pun memiliki cerita yang sangat erat dengan kebiasaan dan sifat orang Suku Jawa yang dikenal sangat rendah hati dan terampil. Dengan demikian, jam tangan Pala Cokelat ini menjadi identitas dan sifat ramah penggunanya.

Pala Riset

Kini Ilham telah menjadi seorang entrepreneur, meski baru meluncurkan brand Pala Nusantara itu sekira sebulan lalu. Dia terus berjibaku membuktikan bahwa dirinya pun bisa seperti orang-orang hebat lainnya. Ilham juga terus melakukan riset terhadap produk-produk baru yang mungkin belum pernah dibuat di Indonesia.

“Tahun 2012 lalu belum pernah ada yang bisa buat jam tangan kayu, saya dan partner saya bisa bikin itu. Kenapa sekarang tidak?”

Inilah rencana besar Ilham yang juga segera diwujudkan, yakni mendirikan workshop dan studio sendiri bernama “Pala Riset”. Nantinya melalui Pala Riset tersebut akan dilakukan berbagai penelitian terhadap berbagai potensi dan peluang sebuah produk baru.

“Jadi saya akan terus mencoba berbagai produk baru melalui Pala Riset ini,” kata pria pehobi billiard ini.

Bertahap memang, kini Ilham tengah membangun sebuah workshop kulit dan kayu di daerah Cipaganti, Bandung. Ilham menegaskan bahwa dia akan terus fokus pada produk-produk aksesoris yang eksklusif, seperti strap jam tangan, strap kamera, dan tas wanita. Bahkan dia telah memimpikan jam tangan digital yang bisa terintegrasi dengan sistem Android dan iPhone bisa diproduksi di Pala Nusantara.

“Apalagi kalau bisa berkolaborasi dengan dua adik perempuan saya. Yang satu desain produk dan satu lagi arsitek. Ini tentu menjadi sangat luar biasa.” Dengan demikian, sambung Ilham, “Mungkin saya juga bisa memenuhi permintaan ibu saya menjadi PNS. Tapi sekalipun PNS, saya lebih ingin menjadi dosen,” pungkas Ilham. [Pius Klobor/Majalah Property and The City]

- Advertisement -
Demo Below News

BERITA TERKAIT

Mesin Cuci Sharp Terbaru
Mesin Cuci Sharp Terbaru

BERITA TERBARU

Demo Half Page