Menjadi wirausahawan muda, siapa takut? Modal pas-pasan tak apalah. Terpenting adalah niat, kemauan dan keberanian untuk memulai, melangkah maju. Demikian dilakoni pria muda 29 tahun asal Jakarta ini. Kini, ia telah memiliki sebuah usaha sendiri “fashion sotre” yang menjual beragam mode pakaian, dengan pangsa pasar khusus selera anak baru gede (ABG).
Sore menjelang malam, sebuah fashion store yang terletak di depan stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), Jalan Affandi Nomor 32, Gejayan, Yogyakarta, silih berganti didatangi anak-anak baru gede alias ABG. Rupanya mereka tengah berbelanja kaos dan beberapa jenis pakaian lainnya. IndoTrading News yang menyambangi toko tersebut berkesempatan mewawancarai salah satu pemilik usaha ini.
Frankie Dehan Stiefhenrie, pria muda enerjik ini rupanya telah lama menyimpan hasrat untuk berwirausaha. Selepas lulus dari Jurusan Perhotelan, Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Ambarrukmo Palace Tourism Academy (AMPTA), Yogyakarta, 2006 lalu, ia kemudian melamar kerja ke beberapa hotel dan perusahaan lain. Kemudian, ia beralih profesi, bekerja di kapal pesiar, sejak awal 2010. Ia pun melanglang buana ke beberapa negara di Eropa dan Amerika dengan kapal yang kerab berganti pula. Meski pekerjaannya cukup menguras fisik, namun ia terus menikmati pekerjaan di atas laut tersebut. Apalagi gaji yang dibayarkan pun cukup tinggi.
Namun demikian, ‘virus’ entrepreneur terus saja menggelayut dan menghantuinya. Ia pun akhirnya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dan berhenti dari pekerjaannya tersebut. Pemuda 29 tahun ini memulai petualangan dengan tantangan yang baru. Pekerjaan yang pernah dia jalankan diakui sebagai sebuah pengalaman dan modal yang sangat berharga.
“Sekitar tiga tahun saya bekerja di kapal pesiar. Inilah waktu yang pas untuk saya kumpulkan dana,” ujar Angkie, demikian dia biasa disapa.
Tiga tahun dihitung sebagai waktu yang cukup untuk mengumpulkan modal. Pada 2013, Angkie mulai mencari-cari peluang usaha yang cocok untuk dikembangkannya. Ia sempat berpikir membuka usaha kuliner sebagaimana yang pernah ia mimpikan saat kuliah. Namun, peluang pertama, di depan mata adalah ‘dagang pakaian’. Angkie pun menangkap peluang emas tersebut dan mulai merancang konsep distro/fashion store sebagai usaha pertamanya.
“Saya lihat peluang ini sangat bagus, terutama untuk di Kota Yogyakarta. Peminatnya banyak, dan jenis pakaian yang hendak saya jual, sepertinya juga belum ada di kota ini,” katanya.
Ya, berbagai jenis pakaian yang hendak di gelar menyasar langsung ke selera anak-anak muda, khususnya ABG. Mode dan style anak muda zaman sekarang inilah yang dibidik Angkie sebagai sebuah peluang bisnis menjanjikan. Sebut saja T-shirt Macbeth, Famous, Hurley, DC, Vans, Rebel 8, Afends, Lucky 13, Dickies, dan lainnya.
Produk-produk fashion tersebut dijajal di sebuah distro yang kemudian dinamakan “Check-In Fashion Store”. Lokasi yang dipilih pun terbilang cukup strategis, di tengah kota, persis di sisi salah satu jalan utama di Yogyakarta, dan tak jauh dari beberapa pusat keramaian serta pusat aktivitas pendidikan.
Usaha distro ala Check-In Fashion Store ini bukanlah tanpa perencanaan dan konsep yang matang. Selain membidik peluang pasar yang masih terbuka lebar, Angkie juga telah mempertimbangkan segala risiko dan tantangan yang bakal dihadapi ke depannya. Ia sadar, bahwa perjuangannya dalam bisnis ini bakal mendapati persaingan yang tensinya kian meninggi.
“Segala sesuatu memang ada risisko. Tapi saya sudah konsepkan dan rencanakan dengan matang. Dengan demikian, saya pun berani untuk terus melangkah, mengembangkan bisnis ini,” ungkap pria kelahiran Jakarta, 30 Januari 1984 ini.
Harga Terjangkau
Berbagai produk, seperti kaos, kemeja, sweater & jacket, dan celana (panjang & pendek) yang ada di Check-In Fashion Store tersebut dipastikan memiliki kualitas terbaik. Terutama kaos, produk ini dihadirkan dengan tampilan tema-tema yang ngetrend dan memikat para ABG. Maka tak heran, para kawula muda tersebut pun selalu mendatangi toko berukuran sekitar 4×3 meter tersebut. Dan, kaos adalah produk yang paling sering dibeli.
“Semua produk ini kami datangkan langsung dari beberapa supplier di wilayah Jawa Barat,” tegas Angkie sembari melayani beberapa pembeli.
Dia melanjutkan, “Ketika dicuci atau disetrika pun, tulisan atau gambar sablonan pada pakaian tersebut tidak akan rusak. Nah, inilah yang membedakan produk kami dengan lainnya.”
Selain beragam tema dan pilihan warna, serta mode dan motif pada berbagai produk tersebut, ternyata brand juga menjadi salah satu opsi pilihan konsumen. Ada sekitar delapan brand terkenal yang dihadirkan di Check-In Fashion Store, diantaranya, DC, Macbeth, Hurley, dan beberapa lainnya.
Menurut Angkie, meskipun konsumennya rata-rata adalah siswa SMP dan SMA, namun mereka sudah paham dalam memilih jenis dan brand yang disukai. Namun demikian, Angkie tak mematok harga khusus pada brand-brand tertentu yang lebih laris.
“Semua hampir sama saja. Harga memang sangat bergantung pada kualitas, dan jenis produknya. Namun, semua yang kami jual di sini adalah harga yang sangat terjangkau, sebisa mungkin kami sesuaikan dengan daya beli pelanggan kami,” tuturnya.
Harga produk yang dipasarkan di Check-In Fashion Store bervariasi antara Rp 75 ribu – Rp 85 ribu untuk berbagai jenis kaos. Sementara celana panjang mulai Rp 160 ribu – Rp 170 ribu; celana pendek Rp 155 ribu; dan kemeja Rp 125 ribu – Rp 135 ribu; serta jacket dengan harga sekitar Rp 165 ribu.
Meski baru sekitar lima bulan berjalan, namun Check-In Fashion Store kini telah menjadi pilihan baru bagi kaum muda. Gencarnya kegiatan promosi, terutama melalui media sosial, diakui Angkie menjadi salah satu titik tolak kemajuan usahanya. Jika sebelum hari raya Idul Fitri, penjualannya masih berkisar antara 4-6 pcs per hari, namun kini telah meningkat rata-rata per hari bisa terjual sekitar 6-10 pcs.
“Saat Lebaran, omzet kami naik drastis. Bahkan, seminggu sebelum Lebaran, kami pernah menjual sebanyak 31 pcs dalam sehari,” tegas Angkie.
Usaha patungan bersama seorang temannya yang diawali dengan modal Rp 20 juta ini pun kini perlahan mulai menunjukkan trend positif. Dalam sebulan rata-rata pendapatan bersih telah menyentuh Rp 2 juta lebih.
Melihat geliat usahanya yang kian membaik, lelaki penyuka musik, membaca, dan memasak ini semakin tertantang untuk terus memajukan usahanya itu. Namun dia sadar bahwa tantangan semakin besar akan menghampiri, maka sejumlah strategi ia lakukan.
“Salah satu yang rajin saya lakukan adalah mempromosikan berbagai produk saya di media online, khususnya jejaring sosial. Paling tidak semakin banyak orang yang tahu keberadaan Check-In Fashion Store dengan berbagai produknya ini. Dan ini sangat efektif,” tegasnya.
Lainnya, Angkie melanjutkan, terus berinovasi atau mencari informasi soal trend dan gaya yang menjadi kesukaan anak-anak muda yang terus berkembang. “Ada beberapa produk lain yang juga disukai anak-anak muda. Salah satunya topi yang sekarang dalam proses pengadaan produknya.”
Kini Angkie mulai menikmati bunga-bunga usahanya ini. Meski masih terbilang kecil, namun dia optimis, usahanya ini bakal mendulang sukses besar. Bersama temannya mereka berbagi peran. Angkie bertugas pada promosi dan pemasaran, sementara temannya lebih konsen ke distribusi dan pengadaan produk.
“Keuntungan kami bagi dua, disamping membayar gaji seorang karyawan,” ucap dia.
Angkie, pendatang baru di dunia bisnis. Angkie adalah pengusaha muda, wirausahawan muda yang tak patah arang mewujudkan impiannya.
Kini Angkie telah mulai merajut impiannya. Kapan giliran Anda? [pius klobor/IndoTrading News]
Berminat dapatkan produk-produk menarik ini?
Hubungi Check-In Fashion Store:
Jl. Affandi No. 32, Gejayan, ( Depan RRI), Yogyakarta
PH : 08562578322 / 081265431817
PIN : 26D8AA10 / 2344CBA7
FB : jogja check-infs
Twitter : @checkinfs