Indonesia Property Watch (IPW) kembali merilis hasil survei pasar perumahan di tanah air. Laporan ini menunjukkan tren positif pasar perumahan yang diperkirakan mulai berada di jalur yang menjanjikan.
“Setelah sedikit terjadi penurunan di semester I/2017, peningkatan penjualan mulai terlihat di semester II/2017 dan diperkirakan terus berlanjut sampai awal tahun 2018,” ujar Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch, melalui keterangannya yang dipublikasikan hari ini, Selasa (20/3/2018).
Dijelaskan, pada Q4/2017, penjualan perumahan di area Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek)-Banten mencapai 2.457 unit atau terjadi peningkatan 62,4% (qtq) dengan kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Banten, seperti yang sebelumnya telah dirilis sebesar 124,6% (qtq). Selanjutnya diikuti oleh wilayah Bogor, Depok, dan Bekasi sebesar 3,5% (qtq). Sedangkan penjualan di Jakarta mengalami penurunan 13,3% (qtq).
Baca Juga:
- Rumah Murah Semakin Naik Pamor: Presiden Jokowi Resmikan Rumah Murah di Villa Kencana Cikarang
- CITAYAM-CILEBUT: Cerita Rumah Pinggiran yang (lagi) Naik Pamor
Seiring dengan hal tersebut, nilai penjualan naik sebesar 46% (qtq) pada Q4/2017 dengan perkiraan transaksi sebesar Rp1.084.170.961.329. Nilai penjualan tertinggi berada di Banten sebesar 79% (qtq), diikuti oleh Bodebek 29,9% (qtq). Sementara penurunan terjadi di Jakarta sebesar 7,7% (qtq).
Rumah Subsidi Turun
Sedangkan dari sisi harga perumahan, sebut Ali, permintaan rumah di segmen Rp300 – 1 miliar masih mendominasi sebesar 44% dari total penjualan rumah meskipun terjadi penurunan komposisi dari sebelumnya 46,1%.
Adapun rumah dengan harga Rp150 – 300 jutaan mengalami kenaikan permintaan dari 26,4% menjadi 34,4% dari total penjualan rumah sampai akhir 2017.
Baca Juga:
- Mumpung Murah, Beli Rumah Sekarang! Jangan Samai Jokowi yang Ngontrak 9 Tahun Baru Bisa Beli Rumah
- Terjual 95%, Tiang Pancang Kawana Golf Residence Dimulai April 2018
“Penurunan terjadi di segmen rumah subsidi yang turun dari 17,0% menjadi 14,9%. Tren penurunan terjadi juga di segmen rumah seharga di atas Rp 1 miliar dari 10,3% menjadi 6,7%,” jelas Ali.
Meskipun terjadi kenaikan, lanjutnya, tingkat penjualan ini masih lebih rendah 9,8% (yoy) dibandingkan total penjualan rumah tahun 2016.
Penurunan yang terjadi pada tahun 2017 lebih dikarenakan anjloknya penjualan rumah yang terjadi di semester I/2017. Namun demikian kondisi yang terjadi tersebut tidak mencerminkan kondisi tren pasar perumahan sebenarnya karena lebih terganggu oleh isu-isu sensitif seputar Pilkada DKI Jakarta yang membuat dampak psikologis bagi pasar untuk sedikit menahan pembelian propertinya.
“Sehingga tahun 2018 ini, pasar perumahan akan tetap berada dalam posisi tren naik dan semakin meningkat sampai akhir semester I/2018,” tegasnya.
Hal ini juga disambut oleh beberapa pengembang yang sudah mulai meluncurkan produk-produk barunya di awal-awal tahun 2018 sehingga pasar perumahan pada semester I/2018 diperkirakan relatif lebih aktif dibandingkan tahun sebelumnya.
Banten, tertutama di Serpong atau Tangerang memang kawasan yang paling diminati. Apakah selanjutnya menyusul Bekasi, Cikarang hingga Karawang dan Purwakarta yang tengah digenjot pembangunan infrastrukturnya?
Wilayah Serpong disebut sudah mencapai titik jenuh lantaran harga terlampau mahal. Pengembangan proyek baru terutama kelas menengah ke bawah pun melebar hingga ke Maja, Lebak, Banten. Wilayah ini pun sudah terkoneksi dengan infrastruktur dan moda transportasi massal, commuter line dari Tanah Abang ke Maja, bahkan hingga Rangkas Bitung.
[…] Survei Pasar Perumahan: Banten Tertinggi, Selanjutnya… […]