Oleh:Ā Kris Banarto, MM, CPM
Perkembangan teknologi digital telah mengubah ekosistem bisnis. Organisasi dituntut kreatif untuk melakukan perbaikan-perbaikan baik pada sisi manajemen maupun SDM.
Selain itu organisasi harus cerdik menganalisis perubahan perilaku konsumen dan dapat menangkap peluang yang ada sebagai dampak dari perkembangan teknologi digital yang begitu cepat.
Baca Juga:Ā Mau Tahu 5 Poin Penting dalam Menyusun “Marketing Plan?ā
Organisasi dapat mempelajari strategi pesaing dan mengalihkan pelanggannya kepada produk atau layanan. Namun, organisasi juga dapat menjalin kolaborasi dengan siapa saja, termasuk kompetitor untuk membuat produk yang disukai konsumen.
Salah satu upaya yang cukup signifikan agar bisnis bertumbuh adalah dengan memaksimalkan kinerja SDM melaluiĀ coaching.Ā SDM menjadiĀ human capital yang tak ternilai dan berdampak besar.
Mari kita akan belajar apa ituĀ coaching.
SejarahĀ Coaching
IsilahĀ coachingĀ pertama kali dikenal tahun 1830, untuk bimbingan para mahasiswa di Oxford University. Kala itu dosen pembimbing yang berhasil menghantarkan mahasiswa lulus dengan baik disebut denganĀ coach.
Tahun 1861 para pelatih olahraga menggunakan istilahĀ coachingĀ untuk menangani para atlet. Mereka dibimbing melalui latihan agar menjadi atlet yang tangguh dan meraih juara. Kepada pelatih yang berhasil itu dijulukiĀ coach.

Baca Juga:Ā Etos Kerja Karyawan Penting untuk Meraih Kinerja Puncak
Adalah John Whitmore, seorang penulis dan atlet balap mobil, bersama dengan Thomas J. Leonard, seorang eksekutif dan penulis memperkenalkan coaching pada dunia bisnis tahun 1970.
Akhirnya tahun 1995, mereka berdua dan teman-temanya mendirikan Internasional Coach FederationĀ (ICF), sebagai organisasi profesiĀ coach.
Pengertian Coaching
Kata harfiahĀ coachĀ berasal dalam bahasa inggris, menunjuk kata sifat berarti kereta, gerbong atau bis wisata atau bis jarak jauh. Sedangkan kata kerjanya berarti mengangkut dengan kereta.
Dengan pengertian ituĀ coachĀ berfungsi untuk menghantarkan orang dari suatu tempat menuju tempat tujuan. MenjadiĀ coachĀ harus bersedia menjadi instrumen atau alat bagi orang lain untuk menemukan versi terbaik dirinya.
Dari pengertianĀ coachingĀ secara harfiah tersebut minimal ada 3 filosofi dalamĀ coaching:
Adanya kebaruan, yaitu menghantarkan individu dari tempat lama kepada tujuan yang baru.
Bahwa tujuan harus sesuai dengan keinginan penumpang atau klien bukan keinginanĀ coach.
Baca Juga:Ā Diperpanjang! Beli Rumah Bebas PPN Hingga Akhir 2021
Menyadarkan individu akan posisinya, sekarang ada di mana dan hendak ke mana. Dengan kata lain asalnya seperti apa dan hendak sebagai apa.
KarenaĀ coachĀ sifatnya menghantarkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka dalam prosesĀ coachingĀ akan terjadi proses-proses antara lain membimbing, mengarahkan, mengajari, melatih, memberi tahu, memantau kemajuan, memberiĀ feedback, berempati dan berbagi pengalaman.
DefinisiĀ CoachingĀ menurut ICF
DefinisiĀ coachingĀ menurut ICF adalah hubungan kemitraan dengan individu atau kelompok dalam sebuah pemikiran dan proses kreatif yang menginspirasi mereka untuk memaksimalkan pribadi dan potensi profesional dalam pencapaian tujuan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan ada 3 hal utama dalamĀ coaching:
Pertama, Kemitraan
Dalam KBBI mitra diterjemahkan sebagai teman; sahabat; kawan kerja; pasangan kerja; rekan. Merujuk terjemahan ini kemitraan merupakan hubungan yang sejajar antara coachĀ danĀ coacheeĀ (klien atau mitra) layaknya teman.
Kemitraan tidak dapat muncul begitu saja namun, membutuhkan kepercayaan dariĀ coachee.Ā MakaĀ coachĀ harus dapat menjalin kedekatan, keterbukaan dan kesamaan denganĀ coachee.
Kedua, Proses Kreatif
CoachingĀ merupakan proses kreatif dalam suatu perjalanan pembelajaran dan bukan sekali jadi atau instan. Namun membutuhkan proses panjang.
Coanching sebaiknya melibatkan seni bertanya eksploratif (menjelajah, menyelidiki, menjajaki), membangun ide dan mengetahui potensi coachee. Kemudian memberdayakan dan memaksimalkan potensi itu.
Ketiga,Ā Tujuan
Tujuan utama dariĀ coachingĀ adalah menciptakan perubahan perilaku coachee agar mencapai tujuan yang dinginkan. Dibutuhkan pencapaian kesadaran coachee.
Menjadi tugas yang tidak ringan dariĀ coachĀ untuk dapat menggali potensiĀ coacheeĀ dan menghantarkan pada tujuan, mengingat karakterĀ coacheeĀ sudah terbentuk lama.
Baca Juga:Ā Optimis Target Marketing Sales Tercapai, Lippo Andalkan Rumah Tapak
Lalu pertanyaannya siapa saja yang perlu membutuhkanĀ coaching?
Semua orang yang ingin maju
Individu-individu bertalenta
Mereka yang berada di masa transisi
Siapa pun yang rindu menemukan makna dalam hidup
—
Tingginya tuntutan kinerja yang harus dicapai karyawan khususnya di kota-kota besar menuntut Ā pemilik bisnis membekali para pemimpin organisasi dengan kompetensiĀ coach.
CoachingĀ merupakan proses panjang dan dilakukan secara terus menerus untuk memaksimalkan potensi karyawan. Semakin banyak karyawan dengan kinerja baik akan memajukan perusahaan.
KeberhasilanĀ coachingĀ tidak saja ditentukan oleh keahlianĀ coachĀ namun juga partisipasi dariĀ coacheeĀ serta dukungan dari manajemen dan pemilik bisnis. [Rujukan: Falaq Arsendatama, Al. (2021).Ā Professional Coach Certification Program. Jakarta: Kognisio PT Cipta Adhi Potensia].
Kris Banarto, MM, CPM,Ā adalahĀ Praktisi Bisnis Properti dan Blogger
*** Baca berita lainnya diĀ GoogleNews