PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Proyeksi lonjakan teknologi yang bergantung pada data, termasuk Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan generatif (AI), secara global akan memerlukan dukungan infrastruktur TI besar yang disediakan oleh pusat data edge.
Analisis yang dilakukan oleh perusahaan konsultan real estat global JLL (NYSE: JLL) memperkirakan infrastruktur IT dan pusat data yang canggih akan bernilai $317 miliar secara global pada tahun 2026, tumbuh 107% dari $153 miliar pada tahun 2020.
Baca Juga: Surakarta Catatkan Kenaikan Harga Bulanan Rumah Seken Tertinggi Mencapai 6,3 Persen
JLL mendefinisikan pusat data edge sebagai sebuah fasilitas yang membawa daya komputasi lebih dekat ke tempat data dihasilkan atau digunakan.
Secara global, pertumbuhan edge computing akan dipengaruhi, tidak hanya oleh munculnya beberapa megatren berbasis teknologi, tetapi juga oleh kebutuhan akan transfer data yang lebih cepat dan komputasi yang tinggi, serta faktor-faktor seperti kebijakan dan regulasi.
Dari sudut pandang infrastruktur, perusahaan dan organisasi mengandalkan edge data center untuk memproses dan menganalisis data secara real-time di ujung jaringan, memudahkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan operasional yang lebih efisien.
Kehadiran infrastruktur edge IT yang berfokus pada pusat data akan mengikuti pertumbuhan perangkat IoT, yang menurut analisis JLL diproyeksikan akan naik dengan compound annual growth rate (CAGR) sebesar 9,8% selama lima tahun ke depan.
Baca Juga: Kinerja Hotel Paruh Kedua 2024 Diperkirakan Akan Meningkat
Analisis JLL terhadap survei atas karyawan pusat data pada tahun 2023 mengutip bahwa permintaan terhadap latensi rendah dan bandwidth tinggi (41%) adalah faktor pendorong paling penting dalam penggunaan edge data center, diikuti oleh keamanan dan privasi data (38,3%).
Konsumen dan perusahaan yang menuntut produk dan layanan yang lebih baik seperti latensi rendah, komputasi tinggi, AI generatif, dan omnipresence (kehadiran di berbagai lokasi) dapat memastikan bahwa lingkungan cloud dan masa depan edge data center tetap baik melalui pengamatan peluang.
Selain itu, kawasan Asia Pasifik (APAC) dan Timur Tengah Afrika Utara (MENA), yang memiliki potensi pertumbuhan signifikan karena peningkatan penetrasi internet dan mobile di kalangan populasi pedesaan, akan lebih mendorong peluang di pasar edge data center yang dapat dijangkau. Di Amerika Serikat, 21% pengembangan pusat data terjadi di kawasan edge.
“Konsumen dan perusahaan akan terus beradaptasi dengan teknologi transformasional dalam kehidupan sehari-hari, dan tanpa distribusi pemrosesan dan penyimpanan data di berbagai lokasi, efisiensi dan solusi mutakhir seperti IoT dan kecerdasan buatan (AI) generatif tidak akan diterima secara luas,” kata Jonathan Kinsey, EMEA Lead and Global Chair, Data Centre Solutions JLL.
Baca Juga: Klaster Pertama Sukses Terjual, Grand Wisata Bekasi Luncurkan Klaster Vicente di Kawasan Klasika, Rumah Mulai Rp1,7 Miliar
Kata dia, edge data center penting untuk memastikan kelancaran operasi bisnis di masa depan serta meningkatkan langkah-langkah keamanan dan melindungi terhadap potensi gangguan.
“Mengurangi latensi dengan membawa infrastruktur komputasi lebih dekat ke sumber data dan pengguna, infrastruktur IT edge akan menjadi komponen penting dalam ekonomi internasional,” lanjut Jonathan Kinsey.
Farazia Basarah, Country Head JLL Indonesia menambahkan, kapasitas Pusat Data di Jakarta telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak akhir tahun 2020. Sebelumnya, banyak pelaku pusat data membangun fasilitas pusat data di dalam kawasan industri yang terletak di timur Jakarta.
“Saat ini, para pemain pusat data juga sedang memperluas ke wilayah tengah Jakarta dan area komersial sekitarnya di pusat bisnis Jakarta, terutama di lokasi yang memiliki infrastruktur memadai untuk membangun fasilitas dan mendekatkan keberadaan end user,” ungkap Farazia.
Analisis JLL menyimpulkan bahwa perusahaan biasanya menggunakan kombinasi berbagai jenis pusat data, termasuk on-premises, colocation, cloud, dan edge, saat menggunakan infrastruktur IT mereka, tergantung pada kebutuhan pengguna.
Baca Juga: 5 Cara Bikin Rumah Adem Tanpa Boros Listrik
Namun, pertumbuhan data dan perangkat yang terhubung secara terus menerus telah mendorong kebutuhan akan peningkatan penyimpanan, komputasi, dan kemampuan jaringan yang lebih dekat dengan titik akhir penggunaan dan menciptakan kebutuhan akan komputasi edge dan pusat data terkait.
Pasar edge computing dapat diukur dengan berbagai pendekatan. Menurut estimasi JLL, total pasar yang dapat dijangkau bernilai $317 miliar dan mencakup seluruh infrastruktur IT, pendapatan kolokasi, pasokan kolokasi, dan pendapatan layanan cloud, semuanya terkait dengan edge.
Baca Juga: Tingkatkan Profesionalisme Industri Properti, Ikatan Manajer Real Estate Indonesia (IMREI) Gelar Deklarasi
Dari perspektif infrastruktur IT, pasar edge computing mencakup semua perangkat keras IT, termasuk peralatan penyimpanan, komputasi, dan jaringan yang memungkinkan penyampaian layanan digital di titik-titik terjauh dari jaringan.
Baca berita lainnya di GoogleNews