Hunian dengan konsep transit oriented development (TOD) semakin diminati. Investasi properti tentu akan semakin meningkat ketika terintegrasi dengan sarana transportasi yang memadai.
Bekasi Utara adalah salah satu wilayah yang terkena dampak positif ini, bahkan penjualan diprediksi bakal naik hingga 100%. Berbatasan langsung dengan Jakarta Timur, pembangunan infrastruktur yang berorientasi pada sektor transportasi, seperti akses Tol Lingkar Luar Utara dan Tol JORR 2 Cibitung-Cilincing punya peran penting. Dan lebih lagi adanya pembangunan double-double track (DDT) KRL Manggarai-Bekasi-Cikarang yang juga melintasi wilayah tersebut.
Sejumlah pengembang tengah bersiap menyambut datangnya banjir investasi di kawasan itu. Sebut saja Metropolitan Park dan Summarecon Bekasi yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Bekasi. Selain itu, ada Grup ISPI (Mutiara Gading City) yang tengah bersiap menyambut akses tol Cibitung-Cilincing.
Liong Subur Kusuma, General Manager Sales & Marketing Metropolitan Park tak menampik jika banyak developer dan pengembang yang tengah mengarah ke Bekasi Utara. Kata dia, konsep TOD sebagaimana diusung Metropolitan Park berdampak besar pada kenaikan properti di wilayah itu.
“Ada tiga stimulus yang bisa menaikkan harga properti kami. Pertama, depan kawasan kami akan dibangun Jalan Lingkar Utara Bekasi. Progress-nya sedang berjalan. Kedua, jalan ini akan terhubung dengan tol JORR 2 dari Cibitung ke Cilincing. Ketiga, DDT KRL yang sudah dibangun dari Manggarai ke Bekasi dan Bekasi ke Cikarang. Ini akan menjadi pemicu kenaikan daripada Metropolitan Park,” jelas Subur.
Menurut dia, jika DDT KRL tersebut sudah mulai beroperasi pada 2016 mendatang dengan frekwensi kedatangan kereta setiap lima menit, maka Bekasi dan khususnya Bekasi Utara akan terkena imbas yang signifikan. Bahkan ayah dua anak kelahiran Jakarta, 23 Desember 1972 ini memrediksi kenaikan properti mencapai 100% lebih. “Ya, minimal 100% itu sudah pasti naik, karena kami cuma 9 menit dari stasiun Bekasi,” tegas Subur.
Tidak hanya itu, Metropolitan Park juga berdekatan dengan beberapa kawasan bisnis dan industri. Sebut saja Kampus Binus (akan dibangun), Mall Summarecon, dan Kawasan Industri Pondok Ungu yang akan akan menjadi potensi besar bagi para penyewa.
“Dekat dari kami juga ada beberapa pabrik dan perusahaan besar, baik nasional maupun internasional. Ini akan menjadi potensi market menyewa, juga buyers. Itulah kenapa sehingga 95% produk kami tipe studio dan hanya 5% 2 Bedroom,” terang alumnus Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti ini.
Setelah sukses sold out Tower Paris sebanyak 500 unit, kini PT Starindo Kapital Indonesia (SKI) mulai memasarkan Tower Milan sebanyak 530 unit dari empat tower di atas lahan seluas 1,8 hektar. “Selama 10 bulan sejak diluncurkan, Maret 2014 lalu, Tower Paris sudah sold out. Tower Milan yang baru kami pasarkan mulai dari Rp250 jutaan sudah 35% laku. Jadi kenaikan penjualan sejak Maret 2014 hingga Desember 2014 sudah mencapai 20%. Apalagi jika akses jalan tol dan DDT KRL sudah mulai beroperasi,” terang Subur.
Prospek investasi di Bekasi Utara, sebagaimana dikatakan Executive Director PT Summarecon Agung Tbk., Albert Luhur, akan sangat menjanjikan. Kenaikan sangat signifikan bila infrastruktur berbasis transportasi sudah beroperasi. “Setiap tahun, nilai investasi properti di Bekasi Utara ini terus naik, bahkan beberapa tahun lalu bisa mencapai 50 persen. Memang setahun belakangan ini sedang mengalami perlambatan sehingga hanya sekitar 10 persen saja,” papar Albert ketika ditemui di Kantornya.
Proyek prestisiusnya yang tengah digenjot oleh Summarecon adalah The SpringLake yang merupakan kawasan terpadu (mixed use) di atas lahan seluas 8 ha. Hunian vertikal yang akan dibangun sebanyak 12 tower ini semakin singkat jika diakses melalui jalan Tol Jakarta Cikampek Exit Tol di Bekasi Barat. Fasilitas Shuttle Bus pun telah beroperasi yang akan melayani penghuni melintasi Fly Over KH Noer Ali yang sengaja dibangun oleh Summarecon. Belum lagi letak Stasiun KRL Commuter Line Bekasi yang juga tidak jauh dari hunian high rise tersebut.
Albert sendiri pernah merasakan betapa nyaman dan cepatnya menggunakan jasa KRL dari Bekasi ke Jakarta. “Saya pernah naik kereta dari Bekasi ke Stasiun Sudirman hanya dalam waktu 20 menit saja. Coba bandingkan kalau naik mobil, satu setengah jam pun belum tentu nyampe,” tegas pria 39 tahun ini.
Lebih lanjut, Albert mencontohkan, “Rumah di Bekasi Utara sudah sangat mahal. Tahun 2010, dengan uang Rp 500 juta masih bisa mendapatkan satu unit rumah. Sekarang rumah yang sama mungkin sudah sekitar Rp 1,7 miliar. Jadi ketika tempat ini nyaman dan transportasi juga lancar, pasti kenaikannya sangat cepat.”
Summarecon Agung mencatat keutungan besar pada 2014 lalu. Meski ekonomi sedang melambat ditambah adanya aturan BI soal LTV, ternyata tak berdampak besar. “Penjualan kami di-2014 malah naik dibandingkan 2013 lalu, yakni mencapai Rp 5,3 triliun, naik sekitar Rp 1,2 triliun. Kita RUPS Tahunan, dan menjadi penjualan tertinggi sepanjang sejarah Summarecon,” terang Albert. Kenaikan tersebut disumbang oleh tiga proyek besar Summarecon, yakni Apartemen Spring Lake di Bekasi, Serpong Midtown, dan Kensington di Kelapa Gading.
Sementara ISPI Group tidak mematok angka yang signifikan terkait prospek penjualan hunian di Mutiara Gading City, Bekasi Utara. Menurut Direktur Marketing ISPI Group Haryono Po, penjualan project-nya tengah mengalami penyusutan. “Lagi kurang bergairah dibanding dua tahun lalu. Mungkin sekitar 60 persen,” ungkapnya kepada Property and The City Magazine.
Penjualan perumahan di Mutiara Gading City berkisar mulai dari Rp 200 jutaan yang disasar langsung ke user. Menurut Haryono, saat ini calon pembeli lebih selektif terhadap pilihannya, sehingga banyak yang menundanya. “Kalau masih bisa ditunda ya diutunda dulu, ketimbang harus beli sekarang,” terangnya.
Namun demikian, Haryono mengakui bahwa pembenahan dan pembangunan infrastruktur yang berorientasi transportasi di wilayah Bekasi Utara akan berdampak positif. Transportasi lancar, sebutnya, akan berimbas pada ekonomi yang juga semakin tumbuh. Apalagi, jika akses tol Cibitung-Cilincing, DDT KRL, dan transportasi lainnya sudah mulai beroperasi.
“Ekonomi maju, tentu masyarakat juga semakin mudah untuk mendapatkan hunian. Jadi sekarang, kita ikuti saja perkembangan pasar yang ada,” katanya.
Properti Berkelanjutan
Gencarnya pengembangan properti di kawasan Bekasi tetap harus memperhatikan ruang terbuka hijau (RTH). Pakar Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga mengatakan, setidaknya para pengembang harus menyediakan RTH seluas minimal 30%. “Tata ruang Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi kalah dengan percepatan pembangunan properti, sehingga pengembang lebih berperan dan Pemda tidak berdaya. Harusnya, Pemda yang mengatur, pengembang yang mengikuti dan mematuhi,” katanya.
Menurut dia, pengembang properti di Bekasi dapat difokuskan pada sekitar stasiun kereta api, terminal bus, dan halte Trans Jabodetabek, berupa kawasan terpadu hunian vertikal, fasilitas sekolah, pasar, dan perkantoran terpadu. “Sehingga hemat bahan, dimana 30% luas lahan per-kavling diperuntukkan sebagai RTH,” tegas Nirwono.
Nirwono menjelaskan, ada delapan persyaratan penting yang harus dilakukan oleh para pengembang properti yang berkelanjutan. Pertama, konsep perencanaan kawasan dan perancangan bangunan berwawasan lingkungan. Kedua, menyediakan RTH minimal 30%. Tiga, mengelola air secara lestari dan keempat, mengelola sampah ramah lingkungan. Selanjutnya, kelima, mengembangkan transportasi berkelanjutan. Keenam, memanfaatkan energi terbarukan. Ketujuh, menerapkan bangunan hijau dan kedelapan, membudidayakan masyarakat atau penghuni sebagai komunitas hijau.
“Inilah yang belum sepenuhnya dijalankan oleh para pengembang,” pungkasnya. (Sumber: Majalah Property and The City edisi 12/2015)
[…] Bekasi Utara Semakin Diperhitungkan […]