Barang bekas oleh sebagian orang hanyalah sampah, namun di tangan Suwandi disulap menjadi kipas lipat sakti, produk bernilai jual tinggi.
PropertiTerkini.com – “Tua-tua kelapa, makin tua banyak santannya“, peribahasa ini tepat disematkan kepada Suwandi (55) asal Desa Sentul, Tembelang, Jombang, Jawa Timur. Meski usianya kian bertambah, namun kreatifitas dan inovasinya tak pernah lekang dimakan usia. Ada saja karya, inovasi, dan temuan-temuan baru dari ayah tiga anak ini.
Adalah potongan kain batik bekas (perca) dan plastik bekas yang oleh sebagian orang adalah sampah, disulapnya menjadi produk bernilai jual tinggi.
Kipas batik lipat atau kerap disebut “kipas sakti” merupakan salah satu temuannya. Begitu juga dengan beberapa produk lain, seperti dompet batik, gantungan kunci, dan sarung HP. Semua produk tersebut merupakan hasil olahan barang bekas dari industri-industri di sekitar kampungnya.
Kini, Suwandi menjadi sakti, perlahan, dia mulai menuai hasil dari kerja kerasnya itu. Dia tak pernah menyangka jika produk-produknya itu mendapat sambutan positif dari masyarakat Indonesia, bahkan luar negeri.
Muasal, karyanya itu dimulai sekitar tiga tahun lalu. Saat itu, Suwandi tak memiliki pekerjaan. Sementara kebutuhan ekonomi keluarga terus berjalan, Suwandi harus menghidupi keluarganya.
“Saya cuma bisa serabutan (baca: kerja tidak tetap). Jadi kalau dipanggil ke sana ya ikut,” ujar Suwandi kepada IndoTrading News di sela kesibukannya menjajakan produk tersebut dalam Trade Expo Indonesia (TEI), di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (20/10/2012) lalu.
Tak tahan terhadap situasi tersebut, pada 2009, Suwandi banting stir, menjalani pekerjaan baru sebagai pengerajin. Keputusan berwirausaha tersebut lantaran dia geram melihat potongan kain batik bekas (perca) yang dibuang begitu saja di pinggir jalan. Belum lagi plastik-plastik bekas yang juga menjadi momok, dan sumber penyakit bagi warga sekitar.
“Saya berpikir, apa yang bisa saya lakukan dengan barang-barang bekas ini. Apalagi batik perca yang begitu banyak dan mudah dijumpai di wilayah saya,” kata Suwandi.
Coba dan terus mencoba. Sempat pesimis saat memulai, namun akhirnya dia terus melangkah, mencari bentuk dan model produk yang akan dibuatnya. Enam bulan kemudian, Suwandi yang juga mantan pelukis realis jalanan ini baru berhasil menemukan model dan formasi produk yang hendak diciptakannya, yakni kipas batik lipat.
“Bukan sembarang lipat, cara lipatnya beda dengan kipas yang lainnya,” ujar Suwandi seraya memperlihatkan dan memperagakan keunikan serta cara melipat kipas tersebut.
Seiring waktu berjalan, pria kelahiran Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, 1957 silam ini terus menyempurnakan kipas batik lipat temuannya tersebut. Dan kemudian, siap untuk dipasarkan.
“Intinya, semua bagian dari produk saya ini menggunakan barang bekas, mulai dari kain batik, kawat baja, hingga pegangannya yang menggunakan plastik, bekas wadah oli motor, atau sejenisnya,” tutur Suwandi sumringah.
Dan, sebagai service kepada para pembeli, Suwandi pun dapat memproduksi kipas lipat dengan lukisan wajah atau foto para pemesan.
Kini, bersama beberapa tenaga kerjanya, Suwandi dapat memproduksi sekitar 300 pieces kipas lipat per harinya.
Masuk UKM Provinsi Jatim

Tak hanya kipas lipat, hasil inovasinya dari potongan kain batik bekas tersebut dijadikan berbagai produk lain, seperti dompet dengan beberapa ukuran, gantungan kunci, dan sarung HP.
Atas kreativitas dan keuletannya tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Kabupaten Jombang, dan Provinsi Jawa Timur pun mau memfasilitasi dan mendorong usahanya. Sejak saat itu, produk-produk Suwandi mulai giat dipasarkan, baik melalui pameran, maupun ditempatkan di gerai-gerai atau showroom.
“Oleh pemerintah daerah, saya dimasukkan sebagai anggota UKM (usaha kecil menengah). Saya benar-benar terbantu, sehingga sejak saat itu, usaha saya terus berjalan,” terang Suwandi sembari melayani pengunjung yang menghampiri stand-nya.
Kipas batik lipat dan ragam produk lain yang tadinya ‘tak bernilai’ kini disejajarkan dengan produk-produk kerajinan dan kreativitas lainnya dari berbagai wilayah di Jawa Timur.
“Saya diberikan fasilitas dan diikutsertakan dalam berbagai pameran. Dari situlah produk saya ini semakin dikenal, dan sekitar satu tahun kemudian produk saya sudah merambah ke berbagai wilayah di Indonesia,” tutur Suwandi.
“Bahkan produk-produk saya juga sudah ada di tangan ibu-ibu menteri dan pejabat negara,” cerita Suwandi, seraya menambahkan, “Ibu Gubernur Jawa Timur pernah memesan kipas lipat saya sebanyak 5100 pieces dan dompet sebanyak 3000 pieces, saat Bapak Wakil Presiden Boediono berkunjung ke Jawa Timur.”
Kian Optimis, Setelah Trade Expo

TEI 2012 boleh saja usai. Namun bagi Suwandi, pameran tersebut menjadi kenangan sekaligus pengalaman tersendiri, pasalnya, produk-produknya akan segera melanglang buana ke pasar luar negeri.
“Sudah ada beberapa orang dan perusahaan, termasuk juga dari luar negeri yang mau beli produk-produk saya. Jadi segera saya selesaikan dalam waktu dekat ini untuk kemudian dikirim ke alamatnya,” papar Suwandi sembari menunjukkan bukti pemesanan produknya.
Menurut dia, berkat pameran tersebut, permintaan produknya untuk bulan ini meningkat cukup tajam.
“Untuk semua jenis produk, meningkat dalam bulan ini, bahkan saya perkirakan pendapatan saya juga meningkat hingga mencapai Rp40 juta. Tertinggi dari sebelumnya,” tegas Suwandi.
Melihat perkembangan tersebut, Suwandi optimis, pendapatannya akan terus bertambah seiring produknya yang semakin dikenal di masyarakat luas. [Pio- pernah diulas di IndoTrading News]