Selain untuk material atap, Viro juga dapat diaplikasikan sebagai panel, flooring, dan decking, yang semuanya memberi kesan alami, modern, serta ramah lingkungan.
Material atap (roof) pada bangunan tradisional biasanya menggunakan alang-alang atau ilalang kering. Material ini membawa kesan tersendiri, selain sangat alami, juga punya daya tahan yang lama. Namun, seiring era modernisasi, alang-alang pun semakin tergerus dan hampir tak terlihat.
Hampir semua pemukiman sudah menggunakan bahan seng, maupun asbes dan genteng. Melihat kondisi ini, PT. Polymindo Permata menghadirkan ragam produk, material bahan bangunan natural dan alami, namun lebih modern dan tahan lama.
Produk-produk tersebut kemudian dikenal dengan “Viro Build”, yakni material yang terbuat dari serat sintetis, rotan maupun jerami. Kesan tradisional dan alami jelas terlihat dari berbagai produknya itu. Produk ini diklaim memiliki kualitas berstandar internasional, tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, termasuk tahan api.
“Dan lebih lagi, material produk kami ini terbuat dari bahan plastik, yakni HDPE (High-Density Polythylene) dan non PVC, aman terhadap orang di sekitar, tidak beracun, dan tentu ramah lingkungan,” kata Adhi Susanto, bagian Promosi Polymindo Permata kepada IndoTrading News, beberapa waktu lalu.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa serat sintetis, material Viro tersebut tahan terhadap pelapukan yang keras dan tidak akan pudar atau retak. Lebih dari itu, produk ini juga didesain tahan api, sehingga apabila terbakar, tidak akan hancur hingga lapisan paling dalam. Ini karena Viro menggunakan standar Amerika kelas A, ASTM E108. Selain itu, panel bersifat anti bocor (waterproof).
Foto: Padre
“Jadi, dengan penerapan teknologi pada produk kami ini memungkinkan bahan tersebut tahan api. Bisa terbakar, tetapi tidak akan merambat. Sudah kami buktikan kualitas dan daya tahannya. Bisa dilihat di Beachwalk, Sahid Kuta Bali, yang kami pasang seluas 10 ribu meter persegi,” terangnya.
“Dan daya tahan material viro tersebut bisa sampai 20 tahun,” lanjutnya.
Instalasi produk ini pun lebih mudah dan praktis, sehingga akan sangat menghemat biaya. Secara umum, produk ini terdiri dari lapisan bagian dalam (ceiling), kayu (plywood), water proofing, serta beberapa panel (tech).
“Jadi cukup di-screw, seperti ini,” jelas Adhi Susanto sembari menunjukkan contoh atap tersebut.
Adhi bilang, hampir semua bahan untuk pembuatan produk tersebut merupakan bahan lokal. “Hanya bahan tambahan saja yang kami impor.”
Produk-produk tersebut dijual dengan kisaran harga mulai dari Rp 500 ribu-Rp 1 juta per lembar (1 meter persegi). Harga tersebut sudah termasuk material lain, seperti kayu, dan lainnya.
Varian Viro Build
Adapun varian produk atap tersebut, terdiri dari Virothatch, Viroreed, dan Viroumbrella. Sedangkan Virosurface merupakan panel dinding. “Semuanya, 100 persen dapat didaur ulang,” tegas Adhi Susanto.
Virothatch, tersedia dalam dua pilihan, yakni Virothach Bali dan Virothatch Java. Virothach Bali memiliki permukaan lebih halus dan helai serat menggunakan proses reproduksi yang mereplikasi ilalang ala pulau Bali yang terlihat cokelat menyerupai ilalang kering. Sementara Virothatch Java memiliki permukaan bertekstur. Setiap helai serat seperti jerami alami, dengan tekstur yang lebih kasar. Java terlihat lebih coklat madu dan lebih gelap.
Selain tidak membutuhkan pemeliharaan khusus, produk jenis ini juga tidak akan lapuk ataupun membusuk, anti rayap dan hama lainnya, serta 100 persen tahan air dan cuaca. Produk yang terbuat dari HDPE, high density polyethylene ini adalah 100% dapat didaur ulang. Virothatch tidak akan memudar atau menghitam. Setiap untai bervariasi dalam pilihan warna dari coklat madu, sehingga terlihat otentik dan sangat alami.
Viroreed, juga tersedia dalam dua pilihan, yakni Viroreed-Euro Style, dan Viroreed-Natural. Viroreed, Euro Style didesain menyerupai buluh yang didasarkan pada atap dengan gaya bahan buluh tradisional Eropa. Sedangkan Viroreed-Natural biasanya digunakan sebagai panel subroof. Produk jenis ini pun terlihat seperti buluh yang alami.
Viroumbrella, juga merupakan payung luar berbahan sintetik 100% dapat didaur ulang, tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, tidak akan retak, mengelupas atau memudar. Produk ini tersedia dalam tiga pilihan, yakni Bali Smooth, dan Java Textured, serta Viroreed Umbrella. Adapun Bali Smooth menggunakan serat yang lebih halus dibanding Java yang lebih kasar. Sementara Viroreedlebih menyerupai buluh yang dapat dipadukan menjadi atap payung.
Virosurface. Jika ketiga produk di atas diaplikasikan untuk atap di berbagai bangunan, seperti restoran, hotel, dan lainnya, Virosurface lebih kepada panel-panel sintetis yang juga memiliki kualitas yang sama.
Virosurface dapat diaplikasikan di dalam (indoor) mapun luar (outdoor) ruangan, sebagai penutup dinding. Produk ini pun tidak beracun dan ramah lingkungan, kedap air, serta tidak mudah memudar. Produk ini tersedia dalam empat motif anyaman yang khas, yakni Basket weave, Trifecta, Herringbone dan Bandeau.
Semua varian dan jenis produk di atas tersedia dalam beragam pilihan warna maupun motif, sehingga memudahkan pembeli untuk memilih sesuai seleranya. “Kami juga bisa menerima pesanan dari costumer terkait ukuran atau bentuk sebuah produk Viro,” kata Adhi.
Selain dipasarakan di dalam negeri, produk perusahaan penerima Primaniyarta Award 2011 ini juga diekspor ke luar negeri, seperti ke negara-negara di Amerika, Autralia, Eropa, Timur Tenga, juga Asia dan Afrika.
“Bahkan di Doha-Qatar juga sudah sangat familiar terhadap produk kami ini,” tegasnya.
Sejatinya PT. Polymindo Permata telah memroduksi Viro sejak tahun 1980-an. Sejak awal perusahaan ini sudah konsen pada produk-produk berbasis plastik Polythylene (PE) rotan sintetis untuk furniture.
“Sejak awal kami supply material ke beberapa pabrik furniture. Namun baru sekitar tiga tahun belakangan ini kami memperluas pasar kami dengan memroduksi berbagai bahan untuk bangunan, tetap natural namun lebih modern,” tuturnya.
Produk lain yang juga diproduksi oleh perusahaan ini, yakni Ederra, yang diaplikasikan untuk flooring (indoor) dan decking (outdoor), dan seluruhnya terbuat dari bambu asli. Ada juga Technowood atau yang sering disebut sebagai papan untai.