Uap minyak esensial lampu aromatherapy adalah terapi penyembuhan berbagai penyakit, seperti influenza, dan stroke.
Lelah bekerja seharian? Ini salah satu solusi untuk menghilangkan lelah bahkan stress, mengembalikan dan menemukan kedamaian pikiran Anda, hanya dengan menikmati suasana santai dan rileks dengan aroma variatif yang menentramkan dari lampu aromatherapy. Tak hanya itu, suasana hati dan kesehatan Anda pun dapat teratasi dengan ‘terapi’ lampu aromatherapy ini.
Adalah Sutoyo, kreator dibalik hadirnya beragam lampu aromatherapy ini. Warga Dusun Menayu Lor, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tersebut menggeluti bisnis ‘barunya’ itu sejak Juni 2012 lalu. Kini, omzet puluhan juta berhasil ia raih dari bisnis rumahan ini.
“Saya gunakan kaca-kaca bekas, seperti dari akuarium, dan lainnya untuk membuat dinding lampu ini. Dari sini saya bisa memperoleh keuntungan yang cukup untuk memulai hidup baru,” tutur Sutoyo kepada IndoTrading News, belum lama ini.
Pria kelahiran Bantul, 24 Oktober 1977 ini mengatakan, ide awal usahanya tersebut bermula disaat ibu mertuanya terserang stroke dan terlilit hutang. Apalagi saat itu, 25 Juni 2012, istrinya baru melahirkan anak kedua mereka, Rizqilla Brilliantio Dwi Atmajaya yang tentu banyak biaya sudah harus dikeluarkan.
“Saya mencoba memotong kecil-kecil akuarium yang pecah di sebelah rumah untuk dibuat bentuk-bentuk yang unik. Akhirnya ketemu ide untuk membuat lampu. Setelah kami uji beberapa lampu pemanas dan di atasnya kita kasi mangkuk sambel untuk tempat airnya,” tutur pria yang kerap disapa Mas Toyo tersebut.
Hanya dengan modal Rp 100.000 untuk membeli kabel dan lampu, akhirnya pada awal Oktober, Mas Toyo mampu mendemonstrasikan hasil karyanya tersebut di hadapan guru-guru di sebuah sekolah di daerahnya.
“Hasilnya fantastis. Hampir semua guru berminat dan mereka memesan sebanyak 80 pcs. Kami bingung menyelesaikan pemesanan tersebut. Kami butuh 21 hari untuk mengerjakan semuanya,” ceritanya.
Dari situ, Mas Toyo kian optimis untuk melanjutkan usaha yang diyakini mampu mendongkrak ekonomi keluarganya tersebut. Usahanya itu pun dipatenkan dengan nama “Titoy Jaya Production (TJP) – Lampu Aromatherapy & Handycraft”, sebuah usaha kecil menengah (UKM) yang memroduksi lampu Aromatherapy, juga beberapa produk kerajinan lainnya, seperti vas bunga, lampu tidur, lampu hias, dan lainnya.
Usahanya itu pun terus berjalan, konsisten memanfaatkan limbah-limbah kaca untuk memroduksi beragam produk lampu aromatherapy dalam berbagai bentuk dan jenis yang unik. Lampu aromatherapy tersebut hadir dalam beragam bentuk, seperti flamboyan, night queen, kenangan, kamboja, bogenvil, rose, ylang-ylang, edelwis, sandal wood, lily, akasia, dan bali flower.
Sementara aroma minyak esensial yang dihadirkan, antaralain lavender, jasmine, green tea, peppermint, sandalwood, rose, opium, sakura, bali flower, apple, strawberry, vannila, lemon, ylang-ylang, frangipani, lotus, night queen, dan orange.
TJP kini telah mempekerjakan sekitar 8 orang karyawan, termasuk ibu-ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah. Dan dalam sebulan, TJP mampu memroduksi sekitar 300-400 pcs. Semua produk lampu aromatherapy, dikatakan Mas Toyo adalah produk fungsional.
“Lampu TJP Aromatherapy untuk aroma therapy, pewangi ruangan, penghangat massage oil, penghangat, lulur, juga sebagai lampu hias,” Mas Toyo menjelaskan fungsi produknya tersebut.
Adapun keunggulan produk Lampu TJP Aromatherapy milik Mas Toyo, antara lain ramah lingkungan, lebih ekonomis, aman, dan efisien. “Go green, produk kami adalah produk daur ulang, memanfaatkan limbah kaca,” tegasnya.
Keunggulan lainnya, sebut Mas Toyo, yakni produknya itu memiliki banyak varian bentuk yang unik dan khas. Produk ini pun sederhana dan minimalis sehingga mudah pula dibawah ke mana-mana. Konsumen pun dapat memesan desain dan bentuk produk sesuai selera yang diinginkan.
Cara kerja lampu aromatherapy itu sangat sederhana. Lampu LED (bisa 10 atau 20 watt) dinyalakan yang kemudian akan memanaskan dan menguapkan minyak esesnsial yang telah dituangkan ke dalam sebuah mangkuk kecil, persis di atas lampu tersebut.
“Jadi selain untuk penerangan dan pengharum ruangan, uap minyak esensial tersebut juga bisa sebagai terapi penyembuhan berbagai penyakit, seperti influenza, stroke, dan lain,” ungkap suami dari Dwi Astuti ini.
TJP menerima pesanan dengan kapasitas maksimal 500 pcs dalam kota dan luar kota. Syaratnya, sebuat Mas Toyo, pembelian pertama sebanyak 6 pcs dengan harga khusus dibayar cash di muka. Ongkos kirim ditanggung pembeli. 2-3 hari kemudian barang dikirim.
“Kami siap mengerjakannya dalam waktu singkat dan tepat waktu karena dapat memobilisasi anak-anak muda dan ibu-ibu rumah tangga sekitar untuk mengerjakannya,” kata Mas Toyo.
Sejauh ini, produk-produk TJP masih dominan dipasarkan di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Mas Toyo optimis, produk-produk yang dipasarkan dengan rentang harga Rp 10.000-Rp 450.000 ini segera merambah ke daerah lainnya.
“Khusus untuk lampu, harga termurahnya mulai dari Rp 140 ribu. Sasaran terbaik adalah kota-kota besar seperti Jabodetabek, karena tingkat kesibukan yang tinggi,” tegasnya.
Diakuinya, saat ini usahanya tersebut masih terkendala pada keterbatasan modal untuk pengadaan permesinan dan peralatan lainnya, belanja bahan baku, dan tempat usaha yang belum memadai. Namun demikian, Ketua KUBE Karang Taruna “Bhakti Muda” di kecamatan Kasihan ini optimis produknya tersebut bakal bisa diterima pasar internasional.
“Untuk saat ini 100% di pasar lokal. Tapi apabila ada kesempatan pameran ke luar negeri atau ada pesanan dari luar negeri, maka kami siap untuk ekspor. Sudah ada beberapa buyer Timur Tengah yang sudah mulai tertarik dengan produk-produk TJP,” katanya bangga.
Kreativitas Mas Toyo patut diacungi jempol. Meski dengan berbagai keterbatasan, ia mampu memroduksi beragam produk kreatif yang bernilai ekonomi tinggi. Produk yang awalnya hanya dipasarkan di sekitar tempat tinggalnya ini, kini mulai tersiar luas ke berbagai daerah. Setidaknya dua kali ia mengikuti pameran di luar kota, yakni di Nusa Dua Bali dan Plasa Industri Kementrian Perindustrian Jakarta, telah menuai hasil positif.
“Alhamdulillah respons masyarakat sangat bagus, produk TJP terjual habis lebih dari 100 pcs di hari pertama dan kedua,” kata Ketua Paguyuban Multi Usaha DIY ini.
Omzet usahanya pun kian meningkat. Meski kadang tak pasti namun rata-rata ia mampu meraup keuntungan Rp 10 juta-Rp 25 juta. Sungguh luar biasa, perlahan Mas Toyo mampu mengembalikan ekonomi keluarganya yang sempat terpuruk. Lebih dari itu, para pekerja lokal pun sangat terbantu dari penghasilan di TJP. Minimal keuntungan 10% sudah pasti ia salurkan untuk menyantuni warga sekitar, baik anak yatim maupun fakir miskin.
“Alhamdulillah Februari 2013 dari satu anak yatim sampai sekarang sudah ada 28 orang, meliputi 15 orang anak yatim, 2 orang tunakarya, 11 orang lansia sangat miskin,” terangnya.
Dan, untuk terus mengembangkan dan memperluas jaringan pemasaran produknya itu, Mas Toyo kini mencari distributor dan agen di berbagai daerah. Syaratnya, pembelian cash di muka atau dengan DP 50% dengan jumlah barang minimal 6 psc berbagai model. “Keuntungan bisa 100% atau lebih.” [Pius Klobor/IndoTrading News]