Iklan Mesin Cuci Sharp
Thursday, April 18, 2024

Meski Lockdown, Harga Hunian di Sydney dan Melbourne Diprediksi Tumbuh Signifikan

Pada semester pertama tahun 2021 qualified leads yang didapatkan didominasi oleh first time buyers/investors.

PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Head of Consumer Researcher Finder, Graham Cooke, mengungkapkan hasil survei termutakhirnya atas 40 ekonom dan ahli yang dilakukan bersama-sama dengan CoreLogic. Melalui survei tersebut terungkap bahwa meski Kota Sydney dan Melbourne yang saat ini mengalami lockdown akan mengalami kenaikan harga properti masing-masing sebesar 8 dan 9 persen dalam 12 bulan ke depan.

“Rata-rata pemilik hunian di Sydney, dengan hanya duduk-duduk dan tidak melakukan apa-apa, menghasilkan lebih dari rata-rata penghasilan rumah tangga di Sydney dalam pendapatan tahunan hanya melalui ekuitas rumah mereka,” kata Graham Cooke.

Baca Juga: Milenial dan Gen Z Jadi Next Generation Property Buyers

Finder sendiri adalah sebuah situs perbandingan yang beroperasi di 83 negara dan memiliki lebih dari 400 karyawan, dengan 9,7 juta pengunjung per bulan di seluruh dunia. Ini adalah situs perbandingan yang paling banyak dikunjungi di Australia.

Berdasarkan data yang didapatkan, rata-rata harga hunian di Sydney akan tumbuh sebesar AUS$76.619 menjadi AUS$1.070.917 pada Juli 2022.

Dan di Melbourne, mereka akan tumbuh sebesar AUS$64.014 menjadi AUS$817.114. Sementara di Perth dan Brisbane, harga akan naik sebesar 8%, atau masing-masing sebesar AUS$42.498 dan AUS$47.342.

“Kebijakan lockdown sejatinya tidak memiliki banyak pengaruh selama 12 bulan terakhir atau lebih pada harga properti,” ungkap Cooke.

Baca Juga: Pertumbuhan Harga Properti Australia Lampaui Prediksi Awal

Tetapi, lanjutnya, pencabutan kebijakan tersebut akan memiliki efek percepatan. “Kami telah melihat efek tersebut ketika sektor pinjaman menjadi lepas landas saat lockdown dicabut. Oleh karena itu, saya berharap kenaikan harga properti yang telah kita lihat akan terus dipercepat ketika lockdown yang saat ini masih berlangsung dicabut,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Sales and Marketing Director Crown Group Indonesia, Tyas Sudaryomo, mengatakan, hal ini berdampak positif terhadap permintaan akan hunian khususnya apartemen dari pasar Indonesia.

“Dampak yang ditimbulkan tersebut dapat terlihat dari jumlah inquiries dari pasar Indonesia yang relatif stabil dengan rerata mencapai 100 inquiries setiap bulannya yang kami dapatkan melalui saluran pemasaran secara daring dengan mengoptimalkan platform media sosial,” katanya.

Dan ini bukan kali pertama bagi Crown Group, kata dia, Crown Group bersinggungan dengan teknologi daring karena ketika meluncurkan ARTIS di Indonesia, pihaknya mempergunakan fasilitas telewicara virtual untuk berinteraksi dengan para calon konsumen kami.

Baca Juga: SKYE Suites Sydney Peringkat 26 dari 205 Hotel Berbintang di Sydney

“Yang menarik, adanya pergeseran tipe pembeli dari pasar Indonesia yang saat ini didominasi oleh owner-occupiers dalam 3 bulan terakhir,” ungkap Tyas

Pada semester pertama tahun 2021 qualified leads yang didapatkan didominasi oleh first time buyers/investors dimana mereka banyak yang tertarik dengan proyek off the plan seperti ARTIS di Melbourne dan Mastery by Crown Group di Sydney.

“Sementara pada bulan Juni – September 2021, didominasi oleh owner-occupiers yang lebih banyak tertarik dengan proyek siap huni seperti Waterfall by Crown Group di kota Sydney yang selama ini dikenal sebagai ‘The Greenest Address in Waterloo,” jelas Tyas

Peningkatan inquiries juga terjadi untuk proyek The Grand Residences Tahap I yang diperkirakan akan rampung pada Oktober 2021.

“Kami melihat hal ini terjadi karena meskipun Australia sedang mengalami lockdown, namun institusi-institusi pendidikan tinggi di Australia sudah bersiap untuk buka kembali, sehingga banyak pembeli yang membutuhkan hunian yang siap huni,” katanya.

Baca Juga: Selain KPR, Kenali 4 Jenis Pinjaman Bank Sebelum Beli Rumah

“Suku bunga pinjaman KPA di Australia saat ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi pembeli dari Indonesia, yaitu 3,5% – 3,9% per tahun untuk floating rate,” lanjut Tyas.

- Advertisement -
Demo Below News

BERITA TERKAIT

ICBT - 2023

BERITA TERBARU

Demo Half Page