Pintu Baja Fortress, Canggih untuk Keamanan Rumah Maksimal
Sunday, October 26, 2025
Pintu Baja Fortress, Canggih untuk Keamanan Rumah Maksimal

BERITA TERKAIT

ICBT 2025: Pameran Teknologi Pemeliharaan Fasilitas, Smart Building, dan Sustainability

Ketahanan Kota Jadi Dilema, 75% Pemimpin Terkendala Dana untuk Investasi Jangka Panjang

Sebanyak 75 persen pemimpin di Indonesia memprioritaskan kesejahteraan, keselamatan, dan inklusi, yang melampaui rata-rata global sebesar 71 persen.

PropertiTerkini.com(DUBAI) — Ketahanan Kota global menghadapi tantangan serius. Riset terbaru dari Expo City Dubai mengungkapkan dilema pelik yang dihadapi para pemimpin kota di seluruh dunia, yakni keharusan mendesak untuk menyediakan layanan dasar esensial (seperti perumahan, kesehatan, dan mobilitas) sekaligus berinvestasi dalam ketahanan jangka panjang guna menghadapi gelombang urbanisasi yang pesat.

Laporan Kesiapan Perkotaan 2025 (2025 Urban Readiness Report), yang dikembangkan melalui kemitraan dengan YouGov dan mensurvei lebih dari 1.000 pemimpin kota di seluruh dunia, menunjukkan bahwa meskipun mayoritas pemimpin menyadari pentingnya kedua keharusan tersebut, sekitar tiga perempat dari mereka terhambat oleh keterbatasan dana dan kesenjangan tata kelola.

Baca Juga: Perumnas Buka Kemitraan Strategis Samesta Alonia Kemayoran, Dorong Hunian Terjangkau di Tengah Kota

Temuan krusial ini akan menjadi inti diskusi penting di 2025 Asia Pacific Cities Summit (KTT Kota Asia Pasifik 2025/2025APCS) & Forum Walikota pada 27-29 Oktober, sebuah forum global yang diselenggarakan oleh Expo City Dubai.

KTT ini dirancang untuk mempertemukan para pemimpin kota guna bertukar gagasan, mengembangkan model-model baru, dan berkolaborasi dalam menemukan solusi yang akan mengatasi berbagai tantangan urbanisasi yang mendesak.

Menyikapi temuan ini, Nadia Verjee, Executive Director Global Initiatives and Advisory, Expo City Dubai, menekankan adanya kerentanan yang semakin besar pada kota di tengah pertumbuhan populasi yang masif.

“Seiring kota-kota menyerap populasi yang terus bertambah, mereka semakin rentan terhadap tekanan sosial dan iklim, mulai dari infrastruktur yang tidak memadai hingga krisis kesehatan masyarakat,” ujar Verjee.

Baca Juga: Investasi Real Estate Komersial Asia Pasifik Tembus US$31,2 Miliar pada Q2 2025

Ia menambahkan, “Di saat yang sama, para pemimpin kota bergulat dengan keterbatasan dana untuk prioritas yang saling bersaing, sehingga semakin sulit untuk menyediakan layanan esensial sembari berinvestasi dalam solusi yang diperlukan untuk mengatasi guncangan lingkungan dan ekonomi.”

Prioritas Mendesak: Layanan Esensial vs Investasi Ketahanan Kota

Laporan tersebut secara gamblang mengungkap adanya ketegangan nyata antara penyediaan layanan esensial dan tuntutan ketahanan iklim.

Tekanan lingkungan seperti banjir, kebakaran hutan, dan panas perkotaan muncul sebagai area intervensi mendesak selama lima tahun ke depan.

Namun, perhatian ini harus bersaing dengan tantangan layanan inti yang secara langsung memengaruhi kehidupan sehari-hari warga, termasuk mobilitas perkotaan, sistem layanan kesehatan, dan penyediaan perumahan terjangkau.

Baca Juga: 4 Tren Kunci: Properti Komersial Jakarta Q3 2025 Pilih Kualitas dan Green Building

Di Indonesia, fokus pada layanan inti masih mendominasi. Sebanyak 72 persen pemimpin kota di Indonesia menyatakan bahwa mereka menghadapi kekurangan dana yang signifikan, yang secara langsung menghambat kemajuan menuju ketahanan jangka panjang.

Akibatnya, banyak yang masih berfokus pada penyediaan utilitas dan layanan dasar yang diandalkan warga.

Untuk mengatasi kekurangan dana dan skala tantangan ini, para pemimpin kota menyatakan bahwa kemitraan publik-swasta (KPS) akan menjadi mekanisme penting untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan penyediaan layanan, terutama di bidang kesehatan.

Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Hidup Warga

Di sisi sosial dan ekonomi, para pemimpin kota mengidentifikasi ketimpangan ekonomi sebagai hambatan paling signifikan dalam membangun masyarakat yang lebih kohesif secara sosial.

Hal ini menjelaskan mengapa satu dari tiga pemimpin kota meyakini bahwa perluasan peluang ekonomi dan kewirausahaan bagi kaum muda merupakan prioritas utama dalam menciptakan lingkungan perkotaan yang siap menghadapi masa depan.

Baca Juga: Kisah Transformasi Paradise Indonesia: 23 Tahun Membangun, Kini Jajaki Kota ke-9

Dalam aspek kualitas hidup, Indonesia menunjukkan komitmen tinggi terhadap desain yang berpusat pada manusia.

Sebanyak 75 persen pemimpin di Indonesia memprioritaskan kesejahteraan, keselamatan, dan inklusi, yang melampaui rata-rata global sebesar 71 persen.

Meskipun demikian, komitmen ini belum terintegrasi secara menyeluruh. Hanya dua dari lima pemimpin kota di Indonesia yang menerapkan kebijakan yang mengutamakan manusia dalam setiap keputusan perencanaan, menunjukkan bahwa prinsip-prinsip ini masih diterapkan berdasarkan proyek per proyek, alih-alih terintegrasi sepenuhnya dalam seluruh proses perencanaan kota.

Disparitas Digital dalam Transformasi Kota

Laporan 2025 Urban Readiness Report juga mencatat adanya disparitas digital yang tajam dalam transformasi kota.

Meskipun segelintir kota global telah mencapai tahap “kognitif” dengan sistem prediktif dan layanan berbasis AI—seperti 47 persen kota di India yang menggunakan analisis data tingkat lanjut dan kembaran digital—sebagian besar kota belum cukup cepat berakselerasi.

Baca Juga: Two Sudirman Private Residences Tawarkan Hunian Premium di Jantung Ibu Kota, Apartemen Tertinggi!

Di pasar berkembang yang lebih maju, termasuk UEA, Arab Saudi, Malaysia, dan Filipina, satu dari dua pemimpin kota menggambarkan kota mereka berkembang dari “cerdas” menjadi “terhubung,” menggunakan sistem terintegrasi dengan IoT dan data real-time.

kawasan bsd city, bsde, fortune southeast asia 500
Ilustrasi-BSD City, kawasan kota mandiri yang dikembangkan oleh Sinar Mas Land. (Dok. SML)

Sayangnya, Indonesia masih tertinggal. Hanya 10 persen pemimpin kota di Indonesia yang melaporkan kemajuan kota mereka sebagai “terhubung”.

Angka ini jauh berbeda dengan negara-negara berpendapatan tinggi seperti Jerman, Inggris, dan AS, di mana hanya satu persen pemimpin kota yang meyakini transformasi digital mereka telah mencapai tahap ‘kognitif’, dengan hambatan utama berupa koordinasi yang terfragmentasi antar departemen dan keterbatasan dana.

Sebagai cetak biru pembangunan perkotaan berkelanjutan, Expo City Dubai akan memanfaatkan temuan survei ini untuk mendorong aksi nyata di 2025APCS, membangun reputasinya sebagai fasilitator global.

Baca Juga: King Salman Gate Resmi Diluncurkan: Proyek Seluas 12 Juta M² Tandai Transformasi Kota Suci Makkah

KTT ini diharapkan dapat menghasilkan solusi konkret guna memperkuat resiliensi dan mendukung perkembangan kota yang tangguh di tengah laju urbanisasi yang semakin cepat.

***
Untuk berita santai yang tak kalah serumampir juga kePropertiPlus.com

*** Baca berita lainnya di GoogleNews
——— KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: redaksi@propertiterkini.com
Email Iklan: iklan@propertiterkini.com
ICBT 2025: Pameran Teknologi Pemeliharaan Fasilitas, Smart Building, dan Sustainability

BERITA TERBARU

Demo Half Page