PropertiTerkini.com, (TANGERANG) — GNA Group, salah satu pengembang menengah yang tumbuh kian eksis melalui proyek-proyek perumahan yang tersebar di Tangerang, Banten hingga Bekasi, Jawa Barat. Sejatinya, perusahaan ini bermula dari konsultan arsitek yang dirintis tahun 2000 lalu.
Semasa berkecimpung di bidang itu, ternyata banyak permintaan dari developer properti untuk mendesain perumahan, ruko hingga masterplan-nya. Beberapa developer tersebut, seperti grupnya Jaya di Bintaro, kemudian Podomoro, Agung Sedayu dan grupnya BSD, juga Paramount Land.
Baca Juga: Indonesia Properti Expo 2022 Digelar, Tawarkan Suku Bunga Mulai 2,22 Persen
“Saat itu kami menyadari juga bahwa sebagai konsultan arsitek ada cukup banyak risiko yang harus dihadapi. Karyawan arsitek kami juga semakin banyak, belum lagi kendala pembayaran yang lambat dari para klien kami. Jadi kerjaan kami saat itu adalah menunggu dikasih orderan kemudian mengerjakan itu dan mendapatkan pembayaran sehingga payment ke karyawan juga sangat kesulitan,” cerita Gregorius Gun Ho, Direktur Utama GNA Group, beberapa waktu lalu.
Dari pengalaman tersebut, pada tahun 2009, GNA memulai untuk mendesain dan mendevelop sendiri. Pengembangan pertama adalah sebanyak 11 unit rumah dan 4 ruko di lahan 2000 m2. Penjualan proyek perdana ini berhasil dirampungkan selama 1 tahun.
“Inilah yang mungkin menjadi keunggulan dan menjadi ciri dari GNA Group adalah memang basic kami lahir dari konsultan arsitek. Sehingga desainnya pasti kita beda. Itulah yang menjadi pembeda sekaligus keunggulan kami dengan yang lain. Dari situ kemudian proyek kami terus berkembang,” lanjut Gun Ho.
Baca Juga: Usung 4 Strategi Baru, SCG Perkuat Komitmen Terhadap ESG
Adapun hingga saat ini, GNA Group sudah mengembangkan sebanyak 15 proyek, dimana yang benar-benar sudah sold out sebanyak 6 proyek. Sementara 9 proyek lainnya masih dalam proses pemasaran dan pembangunan. Bahkan ada beberapa proyek lainnya yang punya potensi untuk pengembangan lahan di sampingnya.
“Bermula dari 2000 m2, sekarang yang terbesar di Karawang seluas 45 hektar. Kemudian di sini di Golden Park 3 ini ada 20 ha, di Parung Panjang 18 ha. Jadi makin hari proyek kami juga semakin bertumbuh dan semakin besar,” ujarnya.
GNA Punya Ciri dan Keunikan Sendiri

Setiap proyek yang dikembangkan oleh GNA Group menyajikan ciri dan keunikan sendiri. Artinya meskipun proyek tersebut kecil, dibaliknya selalu ada satu kisah yang menjadi kenangan.
Sebut saja di Bintaro, misalnya, dulu tanahnya kecil, hanya 2000 m2. Tetapi itu sangat berkesan karena menjadi proyek pertama.
Baca Juga: ITC Group Gelar Bazar Minyak Goreng Murah
Saat awal dibeli, kondisi tanahnya agak turun. “Karena saya belum paham, sehingga saat itu kami timbun dan ternyata mengakibatkan air terbuang ke belakang, sehingga warga kebanjiran. Nah hal-hal seperti itu selalu menjadi pembelajaran buat kami,” terang Gun Ho.
Dari pengalaman tersebut, lanjutnya, akhirnya mereka belajar dan menemukan solusinya. Airnya tidak dibuang ke belakang tetapi dibuatkan resapan yang besar, sehingga air tersebut dibuang di situ.
Berikutnya adalah proyek di Cikeas (Golden Cikeas) yang baru diluncurkan tahun lalu. Proyek ini juga punya keunikan, karena agak masuk ke dalam kampung. Namun, suasana kampung itulah yang kemudian disulap seperti desa di Bali.
Baca Juga: Sarhunta di Borobudur Jadi Pilihan Penginapan Wisatawan
“Jadi saya bikin konsep dengan suasana semacam Villa yang rumahnya didesain unik. Kecil, tetapi ditata sedemikian rupa, sehingga suasana villanya dapat. Hasilnya amazing, luar biasa. Market juga sambutnya sangat bagus,” tandasnya.
Di proyek tersebut, GNA juga membuat green wall di tebing, taman yang cukup tinggi dan hijau. Proyek yang semula berkontur dan di bawahnya banjir, kini menjadi kawasan hunian yang indah dan nyaman.
Selanjutnya, proyek Golden Park 3 juga sama. Proyek ini berada di tepian sungai. Di sini, pengembang menghadirkan konsep tanggul. Namun bukan sekadar tanggul biasa seperti pada umumnya, GNA telah menyulapnya seakan-akan seperti green area, green belt. Bayangkan saja, sepanjang sungai, sekitar 450 meter kini menjadi hijau dan dilengkapi taman kebun bunga.
Baca Juga: KÅSEBERGA dari IKEA Indonesia, Produk Fungsional Berbahan Daur Ulang
“Pada akhirnya memang dari suatu kelemahan menjadi keunggulan. Nah itu memang tidak mudah tetapi dengan konsistensi, maka kami bisa mewujudkan apa yang kami bayangkan secara desain,” tegas Gun Ho.
Tidak hanya itu, di proyek Golden Flower, Parung Panjang, juga sama. Proyek ini juga telah tertata rapi. Semula, hanya ada jalan setapak dengan ukuran kecil, bahkan tanahnya juga sama turun ke sungai. Namun, kini telah dikreasikan, dibuatkan terasering yang cukup menarik, kemudian jalannya juga sudah diperlebar.
“Sekarang sedang proses memulai pembangunan masal unitnya. Di sana juga sudah mulai cluster kedua, jadi cepat sekali,” katanya.
Baca Juga: Sinar Mas Land Luncurkan Urban Gateway Fund
Menariknya di proyek Golden Flower ini, meski hunian dijual dengan harga Rp300 jutaan, tetapi didesain diberikan sentuhan berkelas, bahkan dengan high ceiling.
“Sehingga orang yang punya budget juga bisa melihat bahwa ternyata rumah tipe 21 dan tipe 30 itu juga bisa menjadi sangat bagus. Jadi seperti itulah yang membuat kami berbeda,” ungkap Gun Ho.
Masih soal desain, Gun Ho menuturkan bahwa setiap unique design terus dihadirkan melalui inovasi yang lebih kreatif dalam menata ruang. Untuk saat, kata dia, desain yang dihadirkan adalah yang lebih modern, kemudian natural. Artinya desain dengan bukan cahaya dan kaca yang cukup lebar, sehingga sinar matahari dan sirkulasi udara yang sehat bisa masuk ke dalam rumah tersebut.
Baca Juga: Dukung SDG, Sharp Indonesia Bangun Ekosistem Bisnis Pertanian
“Kemudian double volume, rumah itu tidak terlalu pendek lagi, tetapi sekarang lebih tinggi. Bahkan tinggi ceiling bisa sampai 4 meter lebih. Sehingga walaupun rumah 1 lantai tetapi terlihat seperti dua lantai. Meskipun orang beli rumah kecil, tetapi tidak terasa sempit dan kecil. Jadi bagaimana caranya kita bisa menata integrated antara desain dengan budget dan style, juga spesifikasi material dalam suatu rumah yang kompak,” terangnya.
Proyek Baru di Bekasi

Hingga saat ini, GNA Group tetap fokus menggarap perumahan segmen menengah dengan range harga mulai dari Rp300 jutaan hingga Rp2 miliaran. Gun Ho yakin, segmen ini termasuk memiliki pangsa pasar yang luas di Indonesia.
“Kami cukup yakin bahwa segmen market ini cukup kuat. Jadi saya mau tetap fokus di bidang yang kami ahli di situ,” tegasnya.
Bahkan, dalam tahun ini pun GNA Group juga akan meluncurkan proyek baru, termasuk juga perluasan lahan dari beberapa proyek yang sudah ada.
Baca Juga: Gandeng Museum MACAN, Mowilex Jadi Mitra Cat Resmi Museum
“Setiap tahun kami memiliki target untuk membuka proyek baru. Kami sudah memiliki beberapa lokasi lahan baru, terutama di daerah Bekasi juga ada dua lahan baru,” terangnya.
Adapun proyek baru di Bekasi tersebut dikembangkan di lahan seluas 12 ha yang direncanakan akan diluncurkan Agustus 2022 ini. Lokasinya strategis lantaran adanya jalan tol baru.
“Harganya pasti friendly bagi kalangan milenial. Rencananya proyek di Bekasi Utara ini akan kami pasarkan huniannya mulai dari Rp300-700 jutaan,” ungkap Gun Ho.
Baca Juga: PropertyGuru Indonesia Property Awards ke-8 Perluas Kategori Penghargaan 2022
Sementara proyek-proyek eksisting yang punya potensi perluasan lahan, seperti di Golden Flower Parung Panjang, kemudian di Golden Park 3 yang akan perluas ke selatan.
“Mungkin Agustus ini akan kami launching cluster ke-2. Golden Hills juga sama sedang siap-siap cluster kedua,” sambungnya.