PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Tantangan di tengah ketidakpastian global masih terus berlanjut pada semester pertama tahun 2025. Meski begitu, transaksi sewa ruang perkantoran di kawasan pusat bisnis (CBD) Jakarta tetap berjalan, didorong oleh tren keberlanjutan atau ESG (Environmental, Social, and Governance).
Mayoritas (88%) gedung perkantoran premium di CBD Jakarta kini telah bersertifikasi hijau, menunjukkan pergeseran preferensi penyewa terhadap properti yang ramah lingkungan.
Baca Juga:Â Pasar Kondominium Jakarta 1H25: Harga Jual Menguat, Transaksi Kelas Menengah Masih Dominan
Menurut data terbaru, selama lima tahun terakhir, pertumbuhan ruang perkantoran bersertifikasi hijau di Jakarta CBD sangat pesat. Sebagian besar gedung baru yang memasuki pasar juga sudah mengantongi sertifikasi ini.
Tren ini didukung oleh fakta bahwa tingkat okupansi rata-rata gedung bersertifikasi hijau lebih tinggi daripada gedung yang tidak bersertifikasi, dengan harga sewa yang relatif stabil.
Penyewa, terutama perusahaan multinasional, semakin mengintegrasikan ESG ke dalam strategi real estat mereka. Mereka tidak lagi melihat ESG hanya sebagai kepatuhan, melainkan sebagai pendorong nilai.
Sebuah studi global Knight Frank, Y(OUR) SPACE 2025, mengungkapkan tiga prioritas ESG utama bagi penyewa global: mengurangi jejak karbon, meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui ruang kerja berkelanjutan, dan memperoleh sertifikasi bangunan ramah lingkungan.
Baca Juga:Â 7 Keunggulan Arumaya Financial Center, Gedung Perkantoran Ramah Lingkungan di TB Simatupang
Pergeseran Preferensi dan Kondisi Pasar Perkantoran
Perusahaan properti global terkemuka, Knight Frank, menyatakan bahwa pergeseran preferensi penyewa terus bergerak ke arah gedung kantor bersertifikat hijau.
“Tren ini diperkirakan akan terus mewarnai pertumbuhan perkantoran di Jakarta. Secara jangka panjang, tren ini akan memberikan dampak positif terhadap efisiensi penggunaan energi dan air dalam operasional gedung perkantoran,” ujar Willson Kalip, Country Head of Knight Frank Indonesia.
Sertifikasi lingkungan GBCI GREENSHIP menjadi sertifikasi keberlanjutan paling umum untuk gedung perkantoran di Jakarta CBD, mencakup 61% dari total sertifikasi yang ada, mengungguli sertifikasi lain seperti WELL yang berfokus pada kesehatan.
Jackie Cheung, Director of ESG at Knight Frank Asia Pacific, menambahkan bahwa gedung perkantoran premium Grade A bersertifikasi hijau di Jakarta berada di posisi yang sangat menguntungkan.
Baca Juga:Â Pasar Properti Indonesia Kuartal II 2025: Bertahan Tangguh di Tengah Dinamika Sektor
“Gedung perkantoran ini tidak hanya memenuhi kriteria keberlanjutan, tetapi juga menawarkan ketahanan operasional yang dicari penyewa,” katanya.
Ia juga memprediksi bahwa pemilik gedung yang proaktif berinvestasi pada aset yang selaras dengan prinsip ESG akan menjadi yang paling siap untuk menarik dan mempertahankan penyewa berkualitas tinggi.

Berikut data kinerja pasar perkantoran Jakarta CBD per semester pertama 2025 menunjukkan kondisi yang stabil:
- Stok Perkantoran: Tetap di angka 7.326.495 m2. Tidak ada stok baru yang masuk sepanjang tahun 2024 hingga semester pertama 2025, dan kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2028.
- Tingkat Okupansi: Secara perlahan naik menjadi 77,16%, menunjukkan optimisme di pasar.
- Serapan: Tercatat sekitar 63.460 m2 pada paruh pertama 2025.
- Harga Sewa Rata-rata: Mengalami sedikit penurunan sekitar 1-2% (yoy).
- Penyewa Potensial: Berasal dari sektor pertambangan, konstruksi, dan energi.
Tren ESG dalam real estat di Jakarta CBD bukan sekadar tren sesaat, melainkan pergeseran mendalam yang didorong oleh prioritas global.
***
Untuk berita santai yang tak kalah seru, mampir juga ke: PropertiPlus.com
*** Baca berita lainnya di GoogleNews