PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Pasca-pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur, nasib 40 gedung pemerintah termasuk kementerian dan lembaga negara (tidak termasuk aset badan usaha milik negara), di Jakarta menjadi sorotan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan, gedung-gedung ini mencakup total 1.333.585 meter persegi ruang kantor, atau sekitar 55% dari ruang kosong (2,43 juta meter persegi) di pasar perkantoran komersial di Jakarta.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik tentang Tren Pasar Perkantoran di Jakarta 2024
Dengan kondisi pasar yang sudah kelebihan pasok, pertanyaannya adalah: Apakah gedung-gedung ini tetap menarik untuk dikolaborasikan dengan perusahaan swasta?
Potensi Strategis Gedung Pemerintah di Lokasi Utama
Sebagian besar gedung pemerintah di Jakarta berada di lokasi strategis seperti kawasan pusat bisnis (CBD).
Hal ini menjadikan properti ini sebagai aset berharga dengan potensi besar untuk dikembangkan.
Baca Juga: Jakarta Tetap Jadi Magnet Investasi Setelah Kehilangan Status Ibu Kota ke IKN
Namun, mengubahnya menjadi ruang komersial yang kompetitif memerlukan upaya besar, terutama mengingat pasar ruang kantor Jakarta yang sudah jenuh.
Ferry Salanto, Head of Research dari Colliers Indonesia, mengungkapkan bahwa tambahan pasok ruang dari gedung pemerintah bisa memperburuk situasi pasar.
Namun, ia juga menyebutkan bahwa gedung-gedung ini dapat menjadi opsi menarik bagi penyewa jika dikelola dengan baik.
Tantangan Bermitra dengan Sektor Swasta
Dari perspektif investasi, kolaborasi dengan sektor swasta bukan tanpa hambatan. Nilai buku aset pemerintah yang tinggi seringkali menyulitkan untuk mencapai hasil finansial yang ideal.
Di sisi lain, banyak perusahaan multinasional mensyaratkan standar Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (HSE) serta sertifikasi bangunan hijau.
Baca Juga: Tiga Pengembang Besar Resmikan Jalan Boulevard BSD City-Gading Serpong
Maka, renovasi besar-besaran diperlukan untuk memenuhi standar modern, yang tentunya membutuhkan investasi signifikan.
Kemudian, salah satu solusi yang pernah menarik adalah skema Build-Operate-Transfer (BOT).
Model ini memungkinkan pengelolaan jangka panjang tanpa kehilangan kepemilikan aset. Namun, nilai aset yang tinggi dan pendapatan sewa yang masih rendah membuat skema ini menjadi kurang menarik tanpa penyesuaian, seperti memperpanjang periode konsesi.
Peluang dan Langkah ke Depan
Untuk memaksimalkan potensi aset ini, diperlukan pendekatan inovatif. Penjualan langsung memang dimungkinkan menurut aturan, tetapi prosesnya seringkali rumit karena harus memastikan transparansi dan akuntabilitas.
Alternatif lain adalah kolaborasi strategis dengan perusahaan yang berfokus pada properti berkelanjutan.
Baca Juga: 10 Keunggulan Mesin Cuci Midea yang Memudahkan Hidup Anda
Dengan langkah yang tepat, gedung-gedung ini bisa menjadi solusi untuk revitalisasi pasar properti Jakarta sekaligus menarik investasi baru.
Baca berita lainnya di GoogleNews
———
KONTAK REDAKSI:
Telepon: 021-87971014
Ponsel: 0813 8225 4684
Email Redaksi: [email protected]
Email Iklan: [email protected]