PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Investasi properti yang terus meningkat menempatkan tata ruang sebagai instrumen strategis dalam menjaga arah pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Momentum Hari Tata Ruang Nasional tahun ini menggarisbawahi bahwa percepatan investasi di sektor properti harus dikawal dengan pengendalian pemanfaatan ruang agar pertumbuhan ekonomi tetap inklusif, terkendali, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Paramount Enterprise Rayakan 19 Tahun Berkarya, Mantapkan Inovasi dan Komitmen Keberlanjutan
Pemerintah, melalui Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (UU RPJPN) 2025–2045, telah menetapkan dua fokus utama: pemerataan kewilayahan dan ketahanan ekologi.
Paradigma baru ini menandai pergeseran dari pembangunan yang semata-mata bertumpu pada ekspansi ekonomi menuju pendekatan yang menyeimbangkan pertumbuhan, kelestarian lingkungan, dan ketahanan sosial.
Sektor Properti Jadi Motor Investasi Nasional
Sektor properti menunjukkan kinerja kuat sepanjang 2024. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi untuk subsektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran mencapai Rp122,9 triliun.
Angka tersebut setara dengan 7,2 persen dari total investasi nasional sebesar Rp1.714,2 triliun, menjadikan properti sebagai salah satu dari empat sektor dengan kontribusi terbesar.
Baca Juga: Sektor Ritel Jakarta Tahan Banting: Okupansi Mal Premium Dekati 90% di Q3 2025
Namun, laju investasi yang meningkat juga menghadirkan tantangan. Para ahli menilai bahwa pertumbuhan ini harus selaras dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk mencegah ketidaktertiban pemanfaatan ruang dan risiko pembangunan yang tidak terkendali.
Head of Research Rumah123, Marisa Jaya, menegaskan pentingnya tata ruang sebagai dasar setiap keputusan pembangunan.
“Tata ruang seharusnya menjadi kompas utama dalam menentukan arah pertumbuhan ekonomi. UU RPJPN 2025–2045 sudah menegaskan pentingnya keseimbangan antara pemerataan wilayah dan ketahanan ekologi. Pembangunan yang mengikuti arah tata ruang akan menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif dan berdaya tahan,” ujarnya.
Perubahan perilaku pasar juga menunjukkan makin tingginya kesadaran konsumen terhadap kualitas ruang.
Baca Juga: Harga Rumah Sekunder di Indonesia Naik 0,7% YoY, 3 Kota Ini Jadi Magnet Properti
Data internal Rumah123 pada semester I 2025 mencatat permintaan hunian di kawasan sekitar stasiun LRT Jakarta–Depok–Bekasi meningkat 1,8 kali lipat dibandingkan semester I 2024, dan naik 24,8 persen dibandingkan semester II 2024.
Sementara itu, kawasan sekitar MRT Jakarta mengalami peningkatan minat 1,5 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan kenaikan 11,8 persen dari semester sebelumnya.
“Tren ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin memahami pentingnya keberlanjutan dan konektivitas dalam menentukan lokasi rumah,” kata Marisa.

Preferensi terhadap hunian terjangkau di kawasan yang tertata juga semakin kuat. Pada semester I 2025, minat terhadap rumah di segmen Rp400 juta–Rp1 miliar mencapai 45,6 persen, naik dari 41,2 persen pada semester I 2024 dan 40,2 persen pada semester II 2024.
“Pembeli kini jauh lebih kritis. Mereka tidak hanya melihat harga dan ukuran rumah, tetapi juga memperhatikan kesiapan infrastruktur, akses transportasi publik, hingga potensi risiko bencana. Ini menunjukkan bahwa konsumen semakin sadar mengenai pentingnya konteks ruang,” jelas Marisa.
Dengan backlog perumahan yang masih berada pada angka 9,9 juta keluarga pada 2023, keseimbangan antara percepatan pembangunan hunian dan penataan ruang menjadi isu krusial yang harus dihadapi bersama.
***
Untuk berita santai yang tak kalah seru, mampir juga ke: PropertiPlus.com






