PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Nabung cuan beli rumah melalui Peer to Peer (P2P) Lending. Apakah lebih aman dan menjanjikan investasi properti dengan cara ini?
Salah satu startup yang bergerak di bidang investasi P2P Lending, Amartha, melalui Representative Fenny Febri Krisdayanti menjelaskan konsep P2P Lending sebagai instrumen investasi yang berpotensi untuk membantu khalayak umum dalam membeli properti. Sebab menurutnya, investasi P2P ini memiliki kedudukan yang aman dari segi risk dan return.
Baca Juga: Volume Investasi Real Estat Asia Pasifik Diperkirakan Turun 5-10% di 2023
“Berdasarkan jenisnya, investasi itu dibagi menjadi dua, yang stabil dan yang tidak stabil. Letak dari investasi P2P ini ada di tengahnya, yang berartikan bahwa Peer to Peer Lending dari segi risk maupun return-nya ada di tingkat moderat. Definisi dari P2P itu sendiri simpelnya merupakan sebuah platform marketplace yang menghubungkan dua pihak antara pemegang dana dan peminjam dana (borrowers),” terang Fenny dalam webinar yang bertajuk, “Tips Finansial 2023: Investasi untuk Hunian Impian”, yang digelar oleh Pinhome bersama Amartha beberapa waktu lalu.
Webinar tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk membeberkan tips cara menabung secara efisien guna membeli rumah menjelang tahun 2023, di tengah gempuran isu ekonomi sebagai investasi jangka panjang.
Sebagaimana diketahui bahwa, memiliki hunian sendiri merupakan dambaan bagi setiap orang. Namun, harga properti yang menjulang tinggi serta melebarnya isu-isu ekonomi memasuki 2023 ini menjadi momok yang menyulitkan bagi masyarakat dalam membeli properti.
Baca Juga: Ide Investasi Tahun Baru: Nyicil Apartemen Seharga Kos-Kosan, Kapan Lagi!
Dilema akan keinginan untuk membeli properti dan bayang-bayang isu ekonomi di 2023 membuat masyarakat agaknya berpikir dua kali untuk mengeluarkan dana dalam jumlah besar guna membeli properti.
Head of Account Agent Management Pinhome, Panca Satria, mengatakan bahwa menjadikan properti sebagai instrumen investasi menjadi pilihan yang aman karena isu-isu ekonomi menjelang 2023 tidak akan terlalu berpengaruh terhadap sektor properti. Hal tersebut diimbangi dengan pertumbuhan angka pembelian properti yang menandakan minat serta kebutuhan masyarakat akan properti meningkat.
“Properti diprediksi sebagai instrumen investasi yang paling aman, adanya isu-isu ekonomi 2023 tidak akan memberi dampak terhadap industri properti sebagai sektor riil. Alasannya adalah fluktuasi inflasi yang cenderung stabil, rendah risiko dalam jangka panjang, dan harga properti yang stabil dan meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan pembelian unit properti tercatat pada platform Pinhome setiap secara rata-rata dari quarter awal tahun 2021 sampai dengan akhir quarter 2022 ini meningkat sebesar 30-40%,” terangnya.
Baca Juga: Tak Hanya Investasi Miliaran, Hotman Paris Juga Punya Bisnis Properti ‘Receh’ di Bali
Kendati demikian, tiap orang pasti memiliki definisi financial goals yang berbeda-beda. Salah satu contohnya adalah untuk mempunyai properti sebagai kebutuhan primer.
Harga properti yang tidak kecil mendorong khalayak umum untuk lebih giat dalam mempersiapkan dana untuk membeli properti. Seperti kata pepatah, “Banyak cara menuju Roma” hal ini juga berlaku bahwa banyak cara untuk membeli properti, salah satunya adalah dengan ‘nyemplung’ ke investasi P2P Lending.
Lebih lanjut Fenny mengatakan, return yang moderat dari investasi P2P Lending ini jika dikumpulkan, maka sedikit demi sedikit lama-lama akan menjadi bukit. Hal tersebut akan sangat membantu menunjang kesiapan finansial bagi khalayak umum. Terlebih lagi bagi yang sudah ada di tahapan intend to buy property melalui investasi P2P.
Baca Juga: Apartemen Siap Huni di Tangerang Rilis Promo Buyback dan Rental Guarantee
“P2P ini bagus banget dari segi diversifikasi mengingat risk dan return dari P2P ini moderat, return-nya tidak terlalu rendah dan risk-nya juga tidak high-risk. Selanjutnya, bunga yang ditawarkan cenderung lebih besar dibandingkan dengan instrumen investasi yang stabil. Selain itu, jangka waktunya yang pendek cukup menguntungkan karena keuntungan itu bisa diputar kembali. Nah, kalau investasi P2P di Amartha itu tenornya 1 tahun atau 50 minggu, tapi angsuran dari peminjamnya setiap minggu akan masuk ke e-wallet kita dan bisa ditarik kapanpun bahkan di weekend juga bisa,” jelasnya.
Melalui instrumen investasi ini, tidak hanya return yang akan didapat, tapi melakukan investasi Peer to Peer Lending seperti contohnya di Amartha ini berarti peminjam juga turut berkontribusi dalam menciptakan social impact dalam memajukan bisnis serta perekonomian suatu daerah.
Berkaca dari visi dan misinya, Amartha berkomitmen untuk membantu mendorong perkembangan bisnis dan UMKM lokal yang membutuhkan dorongan dari segi permodalan.