PropertiTerkini.com, (TANGERANG) — Jakarta dipastikan akan melepas statusnya sebagai ibu kota negara setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ) yang mengatur pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara.
Meski tak lagi sebagai ibu kota negara, DKJ tetap memiliki prospek tinggi sebagai kota bisnis bahkan menuju kota global.
Baca Juga: Industri Properti Kembali Bergairah, Pengembang Harus Jemput Bola
Soelaeman Soemawinata, Praktisi Perkotaan dan Properti yang juga Ketua Badan Kejuruan Teknik Kewilayahan dan Perkotaan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mengatakan, setelah tidak lagi menjadi ibu kota Republik Indonesia, Jakarta disiapkan menjadi kota global dan pusat pertumbuhan ekonomi nasional.
Tetapi untuk menjadi kota global, kata dia, maka Jakarta harus mampu meningkatkan daya saingnya sebagai pusat finansial dan investasi dunia.
Secara teori, menurut Eman, ada 8 syarat yang harus dipenuhi Jakarta untuk menuju kota global. Saat ini yang sudah terpenuhi hanya 3 yaitu populasi yang besar, adanya perusahaan multinasional dan dominasi ekonomi nasional.
“Yang lainnya belum, dan itu menjadi tugas yang harus dipenuhi ke depan termasuk oleh Dewan Kawasan Aglomerasi Jabodetabek-Punjur,” kata Eman dalam acara Elevee Media Talk bertajuk “Peran Baru Kota Jakarta dan Prospek Properti di Barat Jakarta” di Alam Sutera, Tangerang, Senin (29/4/2024).
Adapun kelima syarat yang belum dipenuhi Jakarta sebagai kota global yaitu terkait belum seragamnya pembangunan di Jakarta (Hi Degree of Urban Development), kemudian unsur significant and globalized financial sector tidak ada.
Baca Juga: Pertumbuhan Harga Hunian di Bogor dan Denpasar Paling Konsisten Pada Kuartal I 2024
Selanjutnya unsur well developed transportation infrastructure yang kurang maksimal dan tidak simpel, serta globally influential output of ideas; innovations, or cultural products.
Dia menambahkan karena Indonesia hanya memindahkan pusat pemerintahan (ibu kota) dari Jakarta ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, maka posisi Jakarta akan tetap strategis terlebih karena berperan sebagai kota global.
Sebagai kota terbesar di Indonesia, peran Jakarta akan tetap eksis karena terdapat banyak institusi keuangan dan kantor pusat perusahaan multinasional.
“Jakarta tidak akan lumpuh kecuali semuanya dipindahkan (bukan hanya pusat pemerintahan),” ungkap Eman.
Disebutkan, perpindahan 1,5 juta orang yang terdiri dari aparatur pemerintahan dan militer tidak akan berarti apa-apa bagi Jakarta.
Justru hal itu membawa dampak positif karena Jakarta untuk sementara waktu dapat melakukan proses “penyembuhan” atau healing agar menjadi normal kembali.
Baca Juga: Socia Garden Karawang Mulai Dibangun, Penjualan Tahap Kedua Segera Dibuka
Menurut Eman, saat ini ada sekitar 30 juta manusia yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya yang membutuhkan konsumsi oksigen yang cukup banyak.
Tetapi oksigen yang tersedia tidak sebanding dengan produksi karbon dioksida yang dalam kadar berlebih sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Produksi karbon dioksida terbesar di perkotaan berasal dari polusi kendaraan bermotor dan pabrik.
“Pindahkan pusat pemerintahan akan membuat jumlah penduduknya turun dan penggunaan kendaraan bermotor akan berkurang. Jakarta juga punya kesempatan untuk meningkatkan kualitas transportasi massalnya dan terus menambah ruang terbuka hijau untuk memperbaiki kualitas udaranya. Jakarta akan healing sejenak,” kata Board of Directors Member FIABCI Dunia dan Perwakilan FIABCI Dunia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut.
Prospek Barat Jakarta
Tidak dipungkiri sebagian besar kota di dunia termasuk Jakarta, pembangunannya dilakukan oleh swasta.
Contohnya di kawasan CBD Jakarta seperti Thamrin, Sudirman dan Kuningan, pembangunan gedung-gedung bertingkat dikembangkan oleh swasta. Demikian pula di kawasan Bodetabek (Bogor Depok, Tangerang, Bekasi) mayoritas dikembangkan oleh swasta.
Baca Juga: Infrastruktur Kawasan KSPN Wakatobi Telah Selesai, Siap Dukung Pariwisata Sultra
Merujuk data, ungkap Eman, pihak swasta melakukan pengembangan lahan seluas hampir 50.000 hektar di Bodetabek dalam skala menengah dan besar.
Pengembangan itu berhasil mengubah wajah kawasan-kawasan yang dikembangkan itu. Dia memberi contoh di sekitar Serpong, Tangerang, ada hampir 10.000 hektar pengembangan lahan yang dilakukan swasta.
Pengembangan kawasan skala besar bisa memberikan kontribusi terhadap pembangunan infrastruktur perkotaan. Di Alam Sutera misalnya, dari exit toll hingga ke dalam kawasannya mendorong akses publik dan menggerakkan perekonomian.
Eman menilai, kawasan barat dan timur Jakarta berkembang paling pesat di Bodetabek. Namun keduanya memiliki karakteristik berbeda dalam fokus pengembangannya.
Jika value of economic ada di timur Jakarta seperti di Cikarang (Bekasi), maka di barat Jakarta yang menonjol adalah value of life-nya.
Baca Juga: Infrastruktur Kawasan KSPN Wakatobi Telah Selesai, Siap Dukung Pariwisata Sultra
Kualitas udara dan air yang cukup baik itu membuat pengembangan hunian di barat Jakarta berkembang cukup pesat dan diminati pasar.
Selain itu, sebut Eman, saat ini barat Jakarta bukan lagi berperan sebagai kota penyangga, karena regional economic growth bukan lagi hanya ada di Jakarta. Bahkan banyak kampus atau universitas bagus ada di barat Jakarta termasuk Alam Sutera.
“Kawasan barat Jakarta kini bahkan menjadi barometer perkembangan properti di Indonesia karena memiliki infrastruktur kawasan yang bagus,” ungkap Eman.
Hal senada diungkap Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer Elevee Condominium. Dia mengungkapkan masyarakat berduyun-duyun tinggal di barat Jakarta yang telah menjelma menjadi new territory yang menjanjikan.
Selain itu, salah satu faktor berkembangnya properti di barat Jakarta adalah konsep township development yang dikembangkan secara terencana.
Baca Juga: Show Unit Upper West BSD City, Mudahkan Konsumen Rasakan Kenyamanan Tinggal di Apartemen
“Faktor lain yang juga menjadi penentu sebuah pengembangan skala kota seperti Alam Sutera menjadi kawasan yang diminati konsumen dan jadi trend setter adalah faktor manajemen kota atau yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi siapa saja yang ada di dalamnya. Sehingga apa yang disebut value of life itu memang nyata ada, dan dapat dirasakan,” jelas Alvin.
Ditegaskan, value tercipta dalam waktu yang panjang. Alam Sutera butuh waktu hampir 30 tahun untuk membangun kawasan seluas 800 hektar tersebut.
Saat ini produk yang dikembangkan terus berkembang, berawal dari konsep landed house bergaya cluster dan saat ini sedang dikembangkan produk superblok.
Baca Juga: Paramount Petals dan Gebrakan Masif Tahun Ini, Siap-siap Harga Properti Naik Double Digit
“Seperti Elevee Condominium yang tidak hanya berkonsep sebagai hunian vertikal saja tapi dilengkapi dengan beragam fasilitas untuk kebutuhan penghuninya termasuk forest park seluas 4 hektar,” paparnya.
Elevee Condomium berada dalam kawasan yang dinamakan Escala seluas 19 hektar yang juga dilengkapi area komersial. Menurut Alvin, dalam waktu dekat tower pertama Elevee Condominium akan segera melakukan penutupan atap atau topping off.
Baca berita lainnya di GoogleNews