Rata-rata per bulan Dekor Asia mampu menjual sebanyak 50 unit rumah bambu lipat, sementara pagar bambu yang diekspor 3-4 kontainer per bulan.
RUMAH bambu merupakan salah satu produk Indonesia yang sangat diminati dan diburu oleh buyers dari berbagai negara dalam ajang pameran bertajuk Trade Expo Indonesia ke-27, 2012 lalu. Produk unik yang dapat dibongkar pasang (lipat) tersebut merupakan kreasi Bambang Wijaya, SE., pengusaha sukses asal Kota Gudeg, Yogyakarta.
Tak hanya rumah bambu lipat, melalui bendera usaha PT Dekor Asia Jayakarya yang telah berdiri sejak 1997 lalu, Bambang telah menciptakan ratusan desain produk dari bambu dan kayu. Produk bernilai seni tinggi tersebut antaralain meliputi, garden accessories, hospitality product, dan home decoration.
Garden accessories dapat berupa pagar yang terbuat dari bambu dan kayu, dan patung-patungan yang terbuat dari GRC (glass fibre reinforced concrete), terracotta dan batu. Sementara hospitality products merupakan produk-produk yang biasanya digunakan untuk keperluan restauran dan hotel, serta rumah tangga. Produk-produk ini antaralain bath room acceessories, yang dapat berupa berbagai tempat/peralatan mandi, bak sampah, dan lainnya. Adapun home decoration adalah produk-produk untuk hiasan rumah, seperti boxes yang berguna selain sebagai hiasan, kap lampu, furniture, dan sebagainya.
“Jadi aneka produk kami antaralain furniture dan kerajinan bambu yang terbuat dari bambu cendani, rumah knock down, gazebo bambu petung, wulung, apus, kayu, dan aneka pagar bambu, water fountain dari bambu wulung, tutul, apus, petung dan kayu,” ujar Direktur PT Dekor Asia Jayakarya, Bambang Wijaya, kepada IndoTrading News.
“Saat ini produk andalan kami di Dekor Asia adalah bamboo panel dan rumah bamboo,” sambungnya.
Tak hanya itu, sebagai upaya untuk juga mendukung kelestarian alam, perusahaan ini pun memanfaatkan material dari limbah (barang bekas), seperti potongan kayu bangunan dan kayu kapal (reclaimed wood and boat wood furniture) untuk menciptakan berbagai produk baru.
“Barang-barang bekas dari kayu tersebut kami gunakan untuk menciptakan berbagai varian produk terbaru kami, seperti hospitality products dari kayu dan home deco yang terbuat dari kayu kapal. Produk lainnya lagi adalah home deco yang terbuat dari bahan bahan natural (natural material), seperti pandan, mendong, rotan, dan sebagainya,” terang Bambang.

Intinya, handicrafts dan funiture tersebut terbuat dari beberapa material berbeda, yakni dari serat alam (enceng gondok, pandan, mendong, lidi, pelepah pisang, tapas, dan lain-lain); metal/logam (tembaga, perak, perunggu, besi); dan kayu (recycled wood terbuat dari kayu perahu bekas, rumah bekas, dan sebagainya). Ada juga yang terbuat dari rotan (aneka jenis rotan dan manfaatnya); kulit (aneka jenis kulit, processing dan manfaatnya); serta tekstil (aneka tenunan manual untuk keperluan fashion dan home furnitshing).
Produk-produk Dekor Asia ini dipasarkan dengan harga yang bervariasi, mulai dari USD 10 hingga USD 300.00.
Kata dia, sebagian besar produk-produk tersebut memanfaatkan bahan lokal, antaralain didatangkan dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti dari Wonosobo, Probolinggo, dan Yogyakarta. “Jadi sebagian besar lokal, hanya beberapa accessories import yang dibeli dari distributor lokal,” kata pendiri PT Dekor Asia Jayakarya ini.
Saat ini Dekor Asia mempekerjakan sekitar 150 orang di tiga tempat produksi dan melibatkan sedikitnya 50 orang sebagai pemasok. Dan sebagian besar (80%) produk tersebut dikerjakan di tiga workshop, sementara sisanya dikerjakan oleh para kolega dan mitra desainer dan produsen yang mengerjakan di workshop mereka.
“Setiap jam kami bisa menghasilkan beberapa produk. Tapi ada juga yang memerlukan waktu agak lama. Produk yang perlu waktu lama adalah yang memerlukan sentuhan seni seperti tatah tangan atau ukiran. Untuk rumah bongkar pasang yang berukuran 5×7 meter bisa mencapai 30-45 hari,” terang alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Kewalahan Layani Pesanan

Menyajikan berbagai varian produk yang unik dan menarik, serta bernilai seni tinggi, tak pelak menjadikan produk-produk Dekor Asia diburu para pembeli dari berbagai penjuru dunia. Bambang mengungkapkan, keterbatasan prasarana produksi seperti oven disaat musim hujan adalah salah satu hambatan terbesarnya untuk dapat mengimbangi permintaan pasar tersebut.
“Yang ada hanya dua oven. Saat ini kami sementara membangun dua oven lagi. Semoga ini bisa membantu,” harapnya.
Meskipun demikian, Bambang meyakinkan, bahwa pihaknya tetap berusaha untuk memenuhi dan melayani pesanan dari para pembeli dan terus menjaga kualitas serta service yang baik. “Ini adalah konsep terbaik. Good service is a good business,” tegasnya.
Kata Bambang, sebagian besar produknya, yakni mencapai 99% dipasarkan ke luar negeri, seperti ke Eropa, Amerika, Australia, juga ke Asia dan Timur Tengah.
“Ekspor terbesar kami adalah bamboo panel, terbuat dari bambu yang selalu kehabisan stok dan selalu dikerjakan sepanjang musim tanpa mengenal musim panas maupun musim salju di luar negeri, kerana pasar kami ada di benua Australia dan Eropa, juga Amerika,” terang dia.
Untuk satu bulan, sambungnya, rata-rata perusahaannya melakukan ekspor produk pagar bambu sebanyak 3-4 kontainer, dengan main market untuk pagar bambu dan rumah bambu adalah ke Australia, Perancis, Jerman, Spanyol, Swiss, Inggris, Israel, China, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Singapura, Timur Tengah, Dubai, Oman, Libya, dan beberapa negara lain.
“Tapi negara yang paling banyak menjadi tujuan ekspor kami adalah ke Australia dan Perancis. Sedangkan untuk pasar lokal, yang paling banyak adalah di Jakarta dan Bali,” jelas Wakil Ketua Kadin Bantul Yogyakarta bidang Industri Kreatif, Musik & Photography ini.
Rumah Bambu Terjual 50 Unit per Bulan

Rumah bambu lipat atau rumah bambu yang dapat dibongkar pasang merupakan produk andalan Dekor Asia. Produk yang menggunakan merek dagang Black Bamboo ini telah menjadi pusat perhatian dunia, terutama Perancis dan Australia, dalam beberapa tahun belakangan ini.
“Saat ini, pesanan per bulan mencapai 50 unit untuk ukuran kecil, dengan pasar Australia. Kami juga baru mendapatkan pesanan lagi untuk ukuran besar sebanyak 2 unit dan gazebo sebanyak 4 unit,” kata Bambang Wijaya.
Rumah bambu lipat yang mampu bertahan hingga lima tahun ini, sebut Bambang dipasarkan dengan harga USD 150 per meter persegi-nya. Rumah bambu lipat tersebut biasanya digunakan sebagai pelengkap bangunan, seperti di vila atau hotel.
Diakuinya, peningkatan permintaan terhadap produknya itu lantaran berbagai event pameran yang beberapakali diikuti, baik dalam maupun luar negeri. Namun demikian, pemasaran melalui media internet (online) pun menjadi sarana yang paling ampuh. Bahkan, sebagian besar transaksi bisnisnya tersebut dilakukan melalui media ini. [Pius Klobor/IndoTrading News]