Pintu Baja Fortress, Canggih untuk Keamanan Rumah Maksimal
Tuesday, August 12, 2025
Pintu Baja Fortress, Canggih untuk Keamanan Rumah Maksimal

BERITA TERKAIT

Pameran Teknologi Pendinginan, Ventilasi, Pemanas, dan Efisiensi Energi (Refrigeration & HVAC Indonesia)

Corona Baru Sebulan, Sudah 25 Hotel Jakarta Tutup, Bagaimana Nasib Ritel?

Pada kuartal pertama 2020, sudah sebanyak 25 hotel berbintang di Jakarta yang ditutup. Padahal wabah Corona baru sebulan. Sementara sektor ritel pun banyak yang tutup. Bagaimana dengan nasib 11 mal baru di Jabodetabek yang akan dibuka tahun ini?

PropertiTerkini.com, (JAKARTA) – Wabah Corona telah memukul sektor apartemen dan perkantoran. Meski belum begitu terasa, lantaran Corona baru terdeteksi di awal Maret, namun diperkirakan akan terus terpuruk dalam beberapa waktu ke depan. Ini berbeda dengan perhotelan dan ritel, bahkan sudah 25 hotel Jakarta yang ditutup.

Senior Associate Director and Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, jika dirunut, lima sektor properti (apartemen, perkantoran, ritel, hotel, dan kawasan industri), maka yang paling terdampak adanya pandemi Covid-19 adalah hotel dan ritel. Kata dia, saat ini sudah banyak mal yang tutup, termasuk hotel yang kemudian ada beberapa hotel yang juga beralih fungsi.

Baca Juga: Colliers: Periode Menantang Bagi Sektor Perkantoran

“Sektor perhotelan adalah yang paling terdampak dengan adanya wabah Corona ini. Beberapa hotel sudah mulai ditutup dan merumahkan karyawannya,” ujar Ferry beberapa waktu lalu.

Catatan Colliers, pada kuartal awal tahun ini sudah sebanyak 25 hotel Jakarta yang ditutup, sementara 9 hotel lainnya dialihfungsikan untuk menampung pekerja medis yang menangani pasien Covid-19.

Adapun rata-rata hotel Jakarta yang ditutup adalah hotel bintang 4 dan 3, dan hanya satu hotel bintang 5. Demikian halnya hotel yang dialihfungsikan, hampir semua adalah hotel bintang 3 dan 4, hanya 1 hotel bintang 5.

Ferry menjelaskan, pada Februari lalu, industri hotel di Jakarta belum terdampak Covid-19. Beberapa perusahaan khususnya yang melibatkan pihak asing mulai sedikit menurun, tapi dampaknya belum terlalu signifikan karena masih ada kegiatan dari tamu domestik

Baca Juga: Sektor Apartemen: Pengembang Fokus Pasarkan Stok Tersisa

“Penurunan kinerja mulai sangat terasa di Maret saat pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 di Indonesia, sehingga banyak pembatalan kegiatan,” ujarnya.

Sedangkan di Bali, industri hotel mengalami penurunan semenjak pemerintah resmi menutup penerbangan dari dan ke China, dimana turis Tiongkok adalah top 3 market di Bali. Bahkan turis asal Australia juga sudah tidak berkunjung lagi ke Bali.

“Bulan Maret semakin menurun karena tamu domestikpun lebih memilih untuk tidak bepergian,” lanjut Ferry.

Data Colliers memerlihatkan, tingkat hunian hotel di Bali hingga Februari lalu telah turun drastis dari 70-an persen menjadi nyaris 40 persen. Ini sejalan dengan data kunjungan wisatawan asing ke Bali selama Januari hingga Februari yang turun dari 500 ribu lebih menjadi hanya 300 ribu lebih wisatawan. Tren penurunan ini tentu akan lebih tajam lagi di Maret hingga kuartal 2 2020 ini.

Baca Juga: Supaya Tidak Kolaps, Pengembang Properti Harus Perhatikan Ini!

“Penurunan itu juga diikuti dengan turunnya tarif rata-rata harian. Sehingga saat ini banyak paket-paket wisata juga yang ikut banting harga. Jadi pilihannya hanya dua, tetap beroperasi atau tutup sementara. Tentunya setiap hotel punya pertimbangan. Ada untungnya juga mereka tetap buka, walaupun dengan operasional yang minimal, tapi ini lebih baik daripada tutup sama sekali,” ungkap Ferry.

Banyak Mal Tutup

Setali tiga uang, sektor ritel juga mengalami hal yang sama. Penutupan sementara adalah jalan satu-satunya saat ini.

“Penutupan mal memang tidak bisa dihindari lagi. Orang sudah dibatasi berkunjung, sehingga jika tetap beroperasi makan operasional cost dengan income-nya tidak seimbang. Sehingga pilihannya adalah menutup mal-mal tersebut,” ujar Ferry.

Baca Juga: Ciputra Group Tambah Ruang Isolasi Pasien Covid-19

Ferry mengatakan, dalam rencana, pada tahun ini akan ada 11 proyek mal baru yang akan beroperasi, 7 diantaranya berada diluar Jakarta (Bodetabek). Namun melihat kondisi saat ini, jadwal opening-nya bisa saja undur. “Mal yang ada saja tutup, bagaimana dia bisa buka yang baru,” imbuhnya.

Data Colliers juga menunjukkan bahwa rata-rata okupansi mal baik di Jakarta maupun sudah mulai turun sejak kuartal 1 2019 lalu. Meski di tiga bulan awal 2020 ini terlihat datar, namun diperkirakan di kuartal akhir 2020 akan turun signifikan hingga di bawah 75%, terutama di luar Bodetabek.

“Kalau kondisi seperti saat ini, maka mal-mal baru ini akan kesulitan mendapatkan tenant-tenant baru. Karena riteler ini menahan untuk melakukan ekspansi,” katanya.

Baca Juga: Menyulap Kamar Tidur Serasa Hotel

Sementara tarif sewa ruang mal di Jakarta pada kuartal 1 2020 juga sudah terlihat adanya koreksi, yakni dari Rp600 ribu/m2/bulan menjadi nyaris Rp500 ribu/m2/bulan.

*** Baca berita lainnya di GoogleNews
——— KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: redaksi@propertiterkini.com
Email Iklan: iklan@propertiterkini.com
ICBT 2025: Pameran Teknologi Pemeliharaan Fasilitas, Smart Building, dan Sustainability

BERITA TERBARU

Demo Half Page