PropertiTerkini.com, (JAKARTA) – Seperti yang telah diungkapkan banyak pihak, dalam laporan terbaru Colliers International Indonesia juga menegaskan adanya dampak signifikan Covid-19 terhadap bisnis properti di Indonesia, termasuk sektor perkantoran di Jakarta.
Ferry Salanto, Senior Associate Director and Research Colliers International Indonesia menjelaskan, terhadap sektor perkantoran, dampaknya belum terasa langsung sepanjang Q1 2020. Hanya saja ada perlambatan dalam sewa menyewa.
Baca Juga: Imbas Corona Jokowi Beri Insentif Properti, Pengamat: Bisa Kolaps
“Dari sisi supply, pada 2020 ini ada beberapa proyek perkantoran yang akan rampung. Dan sampai saat ini masih sesuai rencana. Tetapi kalau wabah ini berkelanjutan, bisa saja ini terhambat,” ujar Ferry kepada media melalui video conference, Rabu (8/4/2020), lalu.
Di sisi lain, banyak perusahaan menahan diri tidak melakukan relokasi dan ekspansi. Sebagian perusahaan memilih wait and see. Sementara opsi meminta keringanan juga mulai dibicarakan. Salah satunya yang terkena dampak Covid-19 adalah penyedia ruang kerja bersama (coworking space operator), dimana anggota mereka mulai mengajukan keringanan sewa setelah diberlakukannya kebijakan work from home (WFH).
“Sampai akhir Maret masih ada aktivitas sewa menyewa di luar CBD. Tapi kita lihat di akhir tahun 2020, kemungkinan okupansi akan menurun cukup dalam, dari 84% mungkin menjadi sekitar 80%. Apalagi pasokannya juga masih cukup tinggi. Sementara dalam CBD masih ada kenaikan,” terangnya.
Baca Juga: Pemesanan Skye Suites Naik di Tengah Wabah Corona
Adapun tarif sewa perkantoran dalam CBD pada Q1 2020 berkisar rata-rata Rp250 ribu/m2/bulan, turun dari Rp300 ribu/m2/bulan pada Q1 2019 lalu. Sementara tarif sewa perkantoran di luar CBD masih lebih stabil, yakni berkisar rata-rata Rp200 ribu/m2/bulan.
Ferry melanjutkan, sebelum terjadinya virus Corona, Colliers memprediksi bahwa pada 2021 akan terjadi kebangkitan dari perkantoran. Ini dikarenakan pada 2020 ini, Colliers masih melihat adanya siklus perkantoran yang akan mencapai puncaknya di 2020, kemudian di 2021 baru recovery.
“Dengan adanya wabah ini, kemudian kita lihat proyeksi ekonomi juga melambat di tahun 2020, maka di 2021 rasanya masih akan menjadi periode yang cukup menantang buat sektor perkantoran,” terang Ferry.
Melihat perkembangan tersebut, Colliers menyarankan beberapa hal. Terhadap coworking space yang cukup mendominasi sejak 3 tahun lalu, agar dengan adanya kebijakan WFH ini, maka mereka harus bisa menghitung kembali resiko, dan juga jangan terlalu ekspansif.
Baca Juga: Intiland: Corona, Tantangan Berat Tahun Ini
“Kebutuhan dari tenant-tenant sekarang ini juga tidak sebanyak sebelumnya. Kami menyarankan agar mereka menunda dulu investasi awal yang melibatkan dana besar,” tegas Ferry.
Kemudian dari sisi pengembang, lanjutnya, juga harus mulai memikirkan penerapan digital teknologi, terutama dalam aplikasi pemasaran, promosi dan inspeksi. “Supaya kegiatan sewa menyewa tetap berjalan, walaupun ada pembatasan, baik dari tenant maupun developer untuk tidak keluar dari rumah. Jadi ini akan menjadi sebuah tren baru di dalam aplikasi dunia pemasaran,” kata Ferry.
Baca Juga: Cocok Untuk Perkantoran dan Ritel, Terminal Pemindaian Wajah MinMoe “Tanpa Sentuhan”
Untuk ini, Ferry kembali menyarankan agar, baik pengembang maupun penyewa harus mencari solusi bersama terutama dalam menentukan penurunan tarif sewa yang fair buat semua pihak. “Karena dalam kondisi saat ini, mau tidak mau, tidak bisa dihindari bahwa sewa nantinya akan terkoreksi. Apalagi ditambah sejak beberapa tahun ini situasinya adalah tenant market sehingga tidak bisa dihindari akan adanya negosiasi antara penyewa dengan pemilik gedung,” pungkasnya.