Pintu Baja Fortress, Canggih untuk Keamanan Rumah Maksimal
Monday, November 17, 2025
Pintu Baja Fortress, Canggih untuk Keamanan Rumah Maksimal

BERITA TERKAIT

Pameran Teknologi Pendinginan, Ventilasi, Pemanas, dan Efisiensi Energi (Refrigeration & HVAC Indonesia)

Jakarta Peringkat ke-20 Biaya Konstruksi Data Centre 2025

Data centre AI lebih besar, lebih canggih, dan membutuhkan pasokan listrik lebih besar serta pendinginan modern. Sementara ketersediaan listrik tetap menjadi hambatan kritis.

PropertiTerkini.com(JAKARTA) — Jakarta peringkat ke-20 dunia dalam indeks biaya konstruksi data centre 2025, menegaskan posisi Indonesia sebagai pasar strategis di Asia Tenggara untuk pengembangan fasilitas digital berteknologi tinggi, menurut laporan terbaru Turner & Townsend.

Laporan Data Centre Construction Cost Index 2025 mencatat biaya konstruksi data centre di Jakarta mencapai Rp187.207 per watt, lebih rendah dibandingkan Singapura (Rp257.681) dan Tokyo (Rp253.005), sehingga memperkuat daya saing Indonesia di kawasan.

Baca Juga: Asia Pasifik Catat Kenaikan 5% Investasi 2025, Colliers Soroti Sektor Perkantoran hingga Data Center

Namun, pasar dalam negeri juga menghadapi tekanan biaya yang signifikan akibat lonjakan permintaan pusat data berbasis kecerdasan buatan (AI), terutama kebutuhan energi dan pendinginan berdensitas tinggi.

Tekanan Infrastruktur dan Lonjakan Permintaan AI

Peningkatan pemanfaatan teknologi AI diproyeksikan mendorong kenaikan konsumsi daya hingga 165% di Asia Pasifik pada 2030, menciptakan beban besar terhadap infrastruktur data centre Indonesia.

Seiring meningkatnya kebutuhan data centre berkapasitas tinggi dan siap AI, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan struktural yang berpengaruh langsung terhadap biaya, kecepatan pembangunan, dan efisiensi operasional.

Meski daya saing biaya konstruksi Jakarta tetap kuat di kawasan, dinamika permintaan teknologi dan tuntutan infrastruktur modern memunculkan isu-isu kritis yang perlu segera mendapatkan perhatian.

Baca Juga: Sektor Industri Teknologi Aktif Mencari Lahan Industri: Data Centre Mendominasi, Diikuti Otomotif

Berikut tiga tantangan utama yang saat ini paling memengaruhi pembangunan data centre di Indonesia:

1. Ketersediaan daya menjadi tantangan utama Data Centre

Sebanyak 48% responden global menyebut keterbatasan daya sebagai hambatan terbesar dalam penyelesaian proyek data centre.

Di Indonesia, pasokan listrik relatif mencukupi, namun kapasitas transmisi tegangan tinggi belum merata. Pemerintah disebut terus memperluas infrastruktur untuk mengejar kebutuhan fasilitas AI yang meningkat pesat.

2. Rantai pasok lokal belum siap sepenuhnya

Sebanyak 83% ahli industri menilai rantai pasok lokal masih belum siap mendukung pendinginan canggih—terutama liquid cooling—yang dibutuhkan data centre AI berdensitas tinggi. Banyak proyek besar tetap bergantung pada komponen impor.

3. Biaya operasional dan desain meningkat 2–3 kali lipat

Kombinasi tuntutan teknologi AI, kebutuhan listrik besar, dan pendinginan modern membuat biaya OPEX dan desain data centre AI menjadi 2–3 kali lebih tinggi dibandingkan fasilitas tradisional.

Baca Juga: Akses Tol Langsung Jakarta–Tangerang KM 25 Capai 95 Persen, Tegaskan Komitmen Paramount Land

Pandangan Strategis Eksekutif Global tentang Posisi Indonesia

Di tengah dinamika pasar data centre yang semakin kompleks dan berorientasi pada kebutuhan AI, pemahaman para pemimpin industri menjadi elemen penting dalam membaca arah perkembangan regional.

Perspektif strategis dari para eksekutif yang berpengalaman memberikan gambaran menyeluruh mengenai posisi Indonesia, termasuk potensi, tekanan biaya, serta kesiapan infrastrukturnya dalam menyambut gelombang permintaan baru.

Sumit Mukherjee, Managing Director for Real Estate in Asia, Turner & Townsend, menegaskan bahwa Indonesia tetap menjadi pasar prioritas bagi pengembangan data centre meski terjadi tekanan biaya.

“Indonesia, dengan karakteristik pertumbuhan tinggi, berlimpah sumber daya, dan semakin siap untuk AI, tetap menjadi pasar kunci di Asia Tenggara untuk pembangunan data centre. Meskipun peringkat biaya konstruksinya telah menurun, permintaan yang terus meningkat untuk infrastruktur yang siap AI memberikan tekanan signifikan pada struktur biaya dan kapasitas jaringan listrik yang ada,” ujar Sumit Mukherjee.

Baca Juga: Investasi Properti Naik 7,2% Dorong Penataan Tata Ruang Menuju Indonesia Emas 2045

Sumit, yang berbasis di Jakarta dan memimpin operasional Turner & Townsend di Asia Tenggara, diketahui memainkan peran penting dalam strategi real estate dan pengembangan solusi infrastruktur regional.

Sementara Paul Barry, Data Centres Sector Lead North America, menyoroti bahwa ketersediaan daya menjadi hambatan kritis bagi pembangunan data centre secara global.

“Ketersediaan listrik tetap menjadi hambatan kritis, dengan waktu tunggu yang lama untuk koneksi jaringan listrik sebagai kendala utama. Data centre AI lebih besar, lebih canggih, dan membutuhkan pasokan listrik lebih besar serta pendinginan modern,” ungkapnya.

Ia mendorong developer mempertimbangkan solusi off-grid serta memastikan rantai pasok yang lebih andal.

Peringkat dan Pembandingan Biaya Global, serta Rekomendasi Turner & Townsend

Baca Juga: Sektor Ritel Jakarta Tahan Banting: Okupansi Mal Premium Dekati 90% di Q3 2025

Ilustrasi 3D pusat data center futuristik dengan deretan rak server yang menyala, menyoroti infrastruktur teknologi canggih dan jaringan kabel yang kompleks.
Interior data center yang modern dan canggih, menunjukkan kapasitas besar dan sistem manajemen yang kompleks, mencerminkan peningkatan investasi pada infrastruktur digital. (Ilustrasi/PropertiTerkini.com)

Berikut posisi Jakarta dalam indeks biaya konstruksi data centre:
– Tokyo: USD 15.15/Watt (Peringkat 1)
– Singapura: USD 14.53/Watt (Peringkat 2)
– Kuala Lumpur: USD 11.37/Watt (Peringkat 17)
– Jakarta: USD 11.21/Watt (Peringkat 20, turun 6 peringkat)
– Mumbai: USD 6.64/Watt (Peringkat 51)

Temuan tersebut menunjukkan potensi besar Indonesia sebagai pasar ekspansi regional, sejalan dengan perkembangan Malaysia dan India.

Baca Juga: Rapikan Kamar Mandi dengan 3 Cara Berikut: Lebih Nyaman dan Terjangkau!

Turner & Townsend menyarankan klien untuk:

  1. Meninjau ulang model pengadaan agar rantai pasok lebih kuat.

  2. Mengadopsi inovasi desain efisiensi energi untuk mengurangi tekanan biaya.

  3. Mengantisipasi keterlambatan sambungan listrik melalui mitigasi risiko sejak awal.

***
Untuk berita santai yang tak kalah serumampir juga kePropertiPlus.com

*** Baca berita lainnya di GoogleNews
——— KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: redaksi@propertiterkini.com
Email Iklan: iklan@propertiterkini.com
Pameran Teknologi Pendinginan, Ventilasi, Pemanas, dan Efisiensi Energi (Refrigeration & HVAC Indonesia)

BERITA TERBARU

Demo Half Page