Tak pernah terlintas dalam benak Vivit, usaha yang dijalankannya kini, apalagi hingga meraup omzet puluhan juta per bulan. Bisnis ramuan herbal adalah berkah dari sakit yang pernah ia rasakan.
“Banyak jalan menuju roma.” Harapan bisa diraih, meski tak harus direncanakan sejak dini. Demikianlah yang terjadi dengan pemilik Bale Sehat, Eka Novitri. Wanita 41 tahun ini, kini meretas sukses melalui usaha rumahan yang digelutinya.
Sukses menjadi mompreneur melalui bisnis ramuan herbal sesungguhnya tak pernah terlintas di benak Vivit, demikian dia biasa disapa. Usaha ini baru dia geluti setelah terbebas dari sakit kista dan servikcitis kronis yang bertahun-tahun menggerogotinya. “Ya, itu berkat ramuan herbal yang saya konsumsi,” demikianlah Vivit mengawali ceritanya.
“Jadi sakit membawah berkah. Kalau saya tidak sakit, mungkin saya tidak seperti sekarang ini,” sambung ibu tiga anak ini.
Sesungguhnya wanita yang awalnya ingin berkarir sebagai dosen ini pernah menjalankan usaha butik di Semarang, pada 2001 hingga 2002 silam. Namun bisnisnya tersebut kandas di tengah jalan. “Belum jodoh kali,” katanya sumringah.
Akhirnya pada Desember 2006, Vivit mulai menekuni bisnis ramuan herbal. Dia optimis, usahanya ini bakal berjalan ‘mulus’, lantaran khasiatnya sudah dia rasakan sendiri. Produk pertamanya saat itu adalah madu sehat yang dibelinya seharga Rp 300 ribu di Bandung, Jawa Barat.
“Saya beli lima botol, kemudian menjualnnya kembali seharga Rp 60.000/botol (900 gr),” ujar anak tunggal dari pasangan M Hamdani dan Enizar.
Meski belum banyak keuntungan yang diperoleh, namun Vivit tetap optimis. Pasalnya, ia meyakini, produknya tersebut bakal dicari banyak orang lantaran khasiatnya. Keyakinannya itu semakin kuat setelah izin merek atas usahanya itu diterbitkan pada November 2008. “Jadi Januari 2009 baru kita benar-benar jualan,” tutur penggamar musik klasik dan slow ini.
Sejak saat itu, Vivit kian giat berinovasi, menghadirkan produk-produk herbal berkhasiat, plus kemasan-kemasan menarik sesuai brand-nya, “Bale Sehat”.
Hingga kini, wanita berjilbab ini telah menghasilakan lima jenis produk dengan berbagai variasi rasa dan kemasan. Meski masih sering terkendala pada pemasaran produk-produknya, namun diakui Vivit, penghasilan per bulannya bisa mencapai Rp 30 juta.
Lima Produk Herbal, 2013 Tembus Rp 60 Juta
Sejak 2006, Vivit telah berhasil mengkreasikan lima jenis produk herbal dalam kemasan, “Bale Sehat”. Semua bahan dari produk-produk tersebut berasal dari alam Indonesia.
Dikatakannya, lima produk itu telah dipasarkan ke beberapa gerai supermarket dan toko-toko organik yang tersebar di sekitar wilayah Jabodetabek, sejak 2010 lalu. Kelima produk tersebut yakni, Madu, Gula Semut, Teh Rosella, Bekatul, dan Mie Sayur. Masing-masing produk memiliki khasiat dan manfaat yang berbeda, yakni untuk mencegah dan mengobati berbagai Janis penyakit.
Madu, merupakan produk pertama Vivit yang dipasarkan sejak 2006 silam. Produk yang berasal dari cairan manis nektar tanaman yang diproses oleh lebah pekerja ini terdiri dari beberapa varian, yakni bunga kapuk randu, bunga rambutan, bunga lengkeng, bunga mangga, dan madu hutan.
Demikian halnya Gula Semut. Produk yang berbahan baku gula kelapa ini terdiri dari, gula semut jahe, kencur, kunir, lengkuas, temu kunci, dan temu lawak. Gula semut sudah mulai diperkenalkan ke pasar pada 2009 lalu.
Selanjutnya adalah Teh Rosella. Produk ini juga dikemas dan mulai dipasarkan pada 2009. Teh Rosella memiliki ragam manfaat, diantaranya adalah menurunkan asam urat, penetral racun, menstabilkan tekanan darah, menurunkan kadar gula, menurunkan kolestrol, dan memperbaiki metabolism, serta mencerdaskan otak, dan melangsingkan tubuh.
Produk keempat yakni Bekatul atau rice bran, yang merupakan bagian luar dari beras yang terlepas menjadi serbuk halus pada proses penggilingan beras. Produk ini mulai diperkenalkan pada 2010, dan terdiri dari dua jenis, yakni bekatul beras merah dan beras putih. Bekatul beras merah dijual seharga Rp 25.000 per kemasan, sedangkan beras putih seharga Rp 22.000 per kemasan.
Terakhir adalah Mie Sayur, yang merupakan produk teranyar Bale Sehat yang baru diadakan pada Oktober 2011 lalu. Kehadiran Mie Sayur cukup mendapat sambutan positif dari masyarakat Indonesia.
“Sejauh ini, bekatul, khususnya beras merah adalah produk saya yang paling banyak dibeli,” tegas wanita lulusan Teknologi Pertanian Universitas Ekasakti Padang ini. Bekatul paling banyak dibeli di daerah Jabodetabek. “Mie sayur juga banyak dibeli, tapi tersebar di berbagai wilayah di Indonesia,” ungkap Vivit yang juga aktif di Komunitas Organik Indonesia (KOI) tersebut.
Untuk mengembangkan pemasaran produk-produknya, Vivit berencana membuka pasar di Bali. Menurut dia, Bali merupakan pasar yang potensial, pasalnya pembeli yang diincar adalah wisatawan asing yang lebih ‘melek’ ramuan herbal dan organik.
“Bali menjadi target potensial bagi produk saya. Sekarang dalam rencana untuk mendistribusikan ke Bali,” katanya.
Melihat geliat positif tersebut, Vivit yakin targetnya untuk meraup omzet ratusan juta per bulan bukanlah hal yang sulit diraih. “Paling tidak hingga tahun 2013 omzet saya sudah bisa melebihi Rp 60 juta per bulan,” pungkasnya. [Pio/IndoTrading News]