PropertiTerkini.com, (JAKARTA) — Harga rumah sekunder di Indonesia kembali mencatatkan kenaikan, meskipun tipis, di tengah tren pelambatan pertumbuhan nasional.
Berdasarkan Flash Report Oktober 2025 yang dirilis oleh marketplace properti terkemuka Rumah123 dan 99.co, harga rumah secara keseluruhan naik 0,7% secara year-on-year (YoY) hingga September 2025.
Baca Juga: Harga Rumah Sekunder Nasional Naik Tipis, Yogyakarta Catat Kenaikan Tertinggi Mencapai 7,9 Persen
Meskipun pertumbuhan ini masih berada di bawah angka inflasi nasional (Indeks Harga Konsumen/IHK) sebesar 2,65% pada periode yang sama, kinerja kuat tercatat di beberapa kota suburban yang terpengaruh oleh pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas baru.
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi konsumen, dimana hunian di pinggiran kota—terutama yang memiliki konektivitas unggul—kini menjadi primadona bagi pembeli, khususnya generasi muda.
Secara bulanan (month-on-month), harga rumah di Indonesia juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,5% pada September 2025.
Infrastruktur dan Konektivitas Dorong Kenaikan Harga Rumah Sekunder
Pembangunan infrastruktur terbukti menjadi pendorong utama pertumbuhan nilai properti di area suburban.
Wilayah seperti Yogyakarta, Denpasar, dan beberapa kota di Jabodetabek seperti Depok dan Tangerang mencatatkan kinerja harga yang signifikan di tengah tren nasional yang cenderung melambat.
Yogyakarta menjadi jawara kenaikan harga tahunan tercepat di Indonesia dengan lonjakan harga hingga 7,9% (YoY) pada September 2025.
Kenaikan ini sangat dipengaruhi oleh proyek infrastruktur besar seperti pembangunan Tol Solo-Yogyakarta-NYIA dan Tol Yogyakarta-Bawen.
Di luar Jawa, Denpasar juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat, mencatatkan kenaikan harga tahunan sebesar 5,2%.
Selain faktor pariwisata yang kembali meningkat, kebijakan pemerintah pada akhir 2023 untuk mempermudah Warga Negara Asing (WNA) membeli dan menetap di Indonesia, seperti Second-Home Visa dan Golden Visa, juga mendorong permintaan properti di Bali.
Sementara itu, di kawasan Jabodetabek, Depok menjadi kota yang paling konsisten mencatatkan pertumbuhan harga di sepanjang tahun 2025.
Baca Juga: Episode Kuta Bali Bangkit Lebih Kuat: 2 Pembaruan Pasca Banjir
Harga rumah di Depok naik 0,5% secara tahunan, didorong oleh beroperasinya Tol Depok-Antasari dan pembukaan pintu Tol Sawangan, yang telah mengubah kawasan ini menjadi magnet baru bagi hunian dan fasilitas komersial.
Tangerang juga mencatatkan kenaikan harga rumah sebesar 1,1% secara tahunan.
Pergeseran Preferensi Generasi Muda
Tren kenaikan harga di kota-kota suburban juga sejalan dengan pergeseran preferensi pencari properti, terutama dari generasi muda.
Mereka kini semakin rasional dalam memilih hunian, menjadikan aksesibilitas dan konektivitas sebagai faktor utama.
Baca Juga: Paramount Color Walk 2025 Gading Serpong Siap Gebyar Hadiah Rp200 Juta!
Marisa Jaya, Head of Research Rumah123, mengungkapkan bahwa konektivitas telah menjadi kata kunci baru dalam perilaku pencarian properti.
Ia menekankan bahwa pembeli muda kini lebih sadar bahwa nilai properti tidak hanya ditentukan oleh lokasi inti, tetapi juga oleh akses dan potensi pengembangan jangka panjang kawasan tersebut.
“Konektivitas kini menjadi kata kunci dalam perilaku pencarian hunian, khususnya di kalangan generasi muda. Mereka semakin sadar bahwa nilai properti tidak hanya ditentukan oleh lokasi, tetapi juga oleh akses dan potensi pengembangan jangka panjang kawasan tersebut,” ujar Marisa.
Suplai Menurun dan Peran Suku Bunga BI
Baca Juga: Anandaya Home Resort: Rumah Rp300 Jutaan Nempel BSD, 80 Persen NUP Terserap!

Berlawanan dengan tren harga, volume suplai rumah sekunder secara nasional tercatat mengalami penurunan signifikan.
Berdasarkan Indeks Suplai Rumah Sekunder di 99.co Indonesia & Rumah123, volume suplai turun 2,1% secara bulanan dan 6,1% secara tahunan (YoY). Perlambatan suplai ini terjadi setelah adanya lonjakan besar pada tahun 2024.
Dari sisi makroekonomi, Bank Indonesia (BI) terus berupaya menstimulus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga acuan.
Baca Juga: Dukung MBR Mendapatkan Rumah, Proses Pengurusan BPHTB dan PBG Diminta Dipercepat
Per September 2025, BI menurunkan suku bunga ke level 4,75%. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat memicu turunnya suku bunga KPR/KPA, sehingga biaya mencicil rumah menjadi lebih terjangkau dan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap properti
***
Untuk berita santai yang tak kalah seru, mampir juga ke: PropertiPlus.com






